eQuator.co.id – Meski tak berakhir seperti beberapa kisah keji pembunuhan oknum polisi terhadap orang dekatnya, termasuk mutilasi anak sendiri yang dilakukan Brigadir Petrus Bakus di Melawi, tetap saja bayang-bayang kekerasan dan maut membayangi kisah di Kapuas Hulu berikut ini.
“Kubunuh kau,” begitu Verawati menirukan ancaman Brigadir Supoyo Trubus kepadanya di rumah temannya, Jalan Raum Dogom, Kelurahan Putussibau Kota, Kecamatan Putussibau Utara, pada Selasa pagi, 3 Mei 2016. Trubus, disebut Vera, telah menikahinya secara adat.
Diceritakan perempuan berusia 27 tahun ini, pasangannya itu bertugas di Polsek Bunut Hilir. Ancaman pembunuhan yang dilontarkan Trubus sepertinya tak main-main. “Waktu itu sekitar jam 10.00 Wib, kami memang sedang berselisih. Adu mulut, kemudian ia memukul saya hingga saya terjatuh pingsan,” tutur Vera kepada wartawan, Sabtu (25/6).
Setelah siuman, lanjut warga Seluan, Kecamatan Putussibau Utara tersebut, ia melihat Trubus mengambil pisau kemudian mengayunkan ke arahnya dan melontarkan ancaman pembunuhan. “Namun sempat terhalang, karena ada teman saya yang menolong saat itu,” terangnya. Walhasil, tak terima dengan perlakuan tersebut, Vera pun melaporkan Trubus ke Polres Kapuas Hulu pada Kamis (9/6).
Di Kartu Tanda Penduduk (KTP) Trubus, terdata dirinya beralamat di Siantan, Pontianak Utara. Statusnya belum kawin. “Saya mau menikah dengan Trubus, karena saat itu dia ngakunya belum kawin dan dijanjikan setelah nikah adat akan dinikahinya secara dinas dan dipertemukan dengan keluarganya. Ternyata, sampai sekarang tidak,” beber Vera.
Ternyata, belakangan ia mengetahui bahwa Trubus sudah beristri. Karena itu, Vera dan keluarganya merasa tertipu dan juga membuat laporan ke Polres Kapuas Hulu atas tuduhan pemalsuan KTP. Terbongkarnya ‘identitas ganda’ Trubus ketika mereka mengarungi bahtera rumah tangga. Seiringnya berjalannya waktu, Vera menjelaskan, sifat suaminya itu mulai mencurigakan dan tidak terbuka.
“Handphonenya saja kalau di rumah selalu tidak diaktifkan dan saya pun tak boleh memegangnya. Mulai dari situ saya curiga. Sehingga, ketika saya telusuri dan selidiki, rupanya di dompetnya saya temukan ada KTP aslinya. Ternyata statusnya sudah menikah sebelum ia menikah dengan saya,” paparnya.
Atas kasus yang dialaminya, ia meminta atasan suaminya itu mengambil tindakan tegas. Ia merasa terancam dan tidak berani tinggal serumah lagi. “Saya minta dia dipecat jadi polisi, karena tak pantas dengan tingkah lakunya. Setelah dia (Trubus) ketahuan ada istri, dia jarang pulang ke rumah. Pascapemukulan, saya tidak ijinkan dia pulang,” tegas Vera.
Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Sudarmin SIK, membenarkan pihaknya telah menerima laporan penganiayaan. Menurut dia, Trubus merupakan pindahan dari Polda Kalbar karena pernah membuat masalah.
Hanya saja, dari keterangan Trubus kepada Polres Kapuas Hulu, ia dan Verawati tak pernah menikah. Setelah menjalin hubungan sekitar dua tahun, Verawati menginginkan Trubus menikahinya. “Tapi Trubus tak mau dengan alasan sudah punya istri,” tutur Sudarmin.
Ia membantah anak buahnya itu pernah menikah adat dengan Verawati. Sebab, Sudarmin menyatakan, Verawati tidak bisa menunjukkan buktinya. “Jadi apa yang dilakukan Trubus dengan perempuan itu selama ini ialah kumpul kebo, satu rumah tanpa satu ikatan,” ungkapnya.
Selama menjalin hubungan di luar ketentuan, lanjut dia, pada suatu hari Verawati mengeluarkan kata-kata yang tak pantas terhadap Trubus. Merasa harga dirinya dijatuhkan, terjadilah cekcok pada tanggal 3 Mei 2016 itu.
“Karena merasa dilecehkan, Trubus pun melakukan pemukulan. Setelah pemukulan itu, perempuannya melaporkan ke Polres,” terang Sudarmin.
Namun, penganiayaan tetap saja penganiayaan. Laporan Verawati sedang diproses. Untuk dugaan pemalsuan KTP, Sudarmin menyebut, pihaknya belum menerima laporan. “Tapi, kalau dalam prosesnya kita temukan pemalsuan identitas itu, kita tak akan tinggal diam,” tegasnya.
Di sisi lain, Brigadir Supoyo Trubus tidak pernah merasa menikahi Verawati. “Hubungan kami memang dekat, lagi pula sebelumnya saya sudah katakan ke Vera jika saya sudah punya istri,” tuturnya.
Soal penganiayaan, Trubus mengakui telah melakukan. Saat itu, Verawati mendatangi dia, sembari menuntut agar segera menikahinya. Trubus meminta Verawati bersabar.
“Saya juga tak pernah ada janji untuk menikahinya. Tapi saat kejadian itu, ia terlihat emosi dan marah ke saya. Saat ia emosi, saya diam saja dan ia meludahi saya dan keluarkan kata-kata penghinaan pada saya. Kemudian, ia menampar saya dan saya juga memukulnya,” papar pria berumur 30 tahun lebih ini.
Berbeda dengan penganiayaan yang diakui dia, Trubus menyangkal tuduhan pemalsuan identitas. “Selama ada hubungan dengan Vera, segala handphone dan dompet saya selalu dipegang yang bersangkutan,” tutupnya. (*)
Andreas, Putussibau