eQuator – Sekadau-RK. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sekadau sudah menetapkan kondisi Siaga Darurat Bencana Banjir, Longsor, dan Puting Beliung (Bansorting) sejak awal Desember tahun lalu. BPBD bahkan sudah memetakan sejumlah daerah yang dianggap rawan terjadinya bencana, terutama banjir.
Kepala Pelaksana BPBD Sekadau, Ir Akhmad Suryadi MT menegaskan, meski sejak Desember tahun lalu, iklim di Sekadau tampak cukup ekstrem, namun belum ada kejadian bencana yang terjadi di Sekadau. “Walau pun begitu, kita tetap siaga menghadapi potensi bencana,” ujar Akhmad kepada Rakyat Kalbar, Rabu (6/1).
Menurut Akhmad, saat ini BPBD Kabupaten Sekadau sudah mengevaluasi sejumlah daerah rawan bencana. Khusus untuk banjir, ada beberapa kecamatan yang dinilai rawan diterjang banjir.
“Yang paling rawan itu adalah Kecamatan Nanga Mahap. Hampir semua daerah di kecamatan itu, termasuk Kota Mahap, rawan diterjang banjir bandang,” bebernya.
Kota Mahap dilintasi beberapa anak sungai yang bersumber dari daerah pegunungan. Jika hujan turun sedikit lebat, maka daerah Mahap yang dilintasi beberapa sungai tersebut rawan tenggalam akibat debit air yang meluap.
Kondisi ini memang bukan teoritis saja. Selama beberapa tahun terakhir, Kota Mahap sebagai ibu kota kecamatan di daerah paling ujung selatan Kabupaten Sekadau itu memang selalu terendam jika kondisi hujan mulai lebat.
“Tiap tahun selama tiga tahun terakhir ini, Mahap selalu dilanda banjir bandang. Makanya kita masukkan ke daerah rawan bencana,” tutur Akhmad.
Selain Mahap, BPBD Kabupaten Sekadau juga memasukkan Kecamatan Nanga Taman sebagai daerah rawan banjir bandang. Namun khusus untuk Nanga Taman, banjir lebih kepada banjir kiriman dari Nanga Mahap, sebab kedua kecamatan itu masih bertetangga.
BPBD pun memberikan perhatian ekstra terhadap kedua daerah tersebut. Ini setidaknya terlihat dengan upaya mereka untuk melakukan MoU dengan pihak Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap, yang ditandatangani kemarin, terkait upaya antisipasi bencana.
“Kita melakukan kerjasama dengan dua kecamatan itu soal monitoring dan upaya penanggulangan bencana. Beberapa alat penanggulangan bencana akan kita tempatkan ke kedua kecamatan itu, seperti perahu karet dan lain-lain,” beber Akhmad.
“Penempatan peralatan itu untuk mempermudah tim melakukan penanganan bencana. Penempatan hanya sementara hingga status siaga Darurat Bansorting dicabut,” tukasnya.
Rudy, salah seorang warga Nanga Taman mengapresiasi pihak BPBD yang sudah mempersiapkan upaya penanggulangan bencana untuk Sekadau. “Khusus untuk Nanga Taman ini, sebagian daerah kami memang rawan banjir,” kata Rudy.
Rudy menuturkan, setiap banjir datang, banyak efek negative yang ditimbulkannya. Mulai dari lumpuhnya transportasi warga, hingga kesulitan mencari barang makanan pokok, termasuk air bersih.
“Kita minta hal ini diantisipasi pemerintah. Bila perlu bahan makanan untuk bantuan korban banjir sudah disiagakan di kecamatan sejak jauh-jauh hari,” cetus Rudy.
Reporter: Abdu Syukri
Editor: Kiram Akbar