-ads-
Home disway “Musyrik Bisnis”

“Musyrik Bisnis”

Oleh: Dahlan Iskan

Dahlan Iskan

eQuator.co.id – Ternaknesia.com. Itulah start up yang dipilih Dalu Nuzulul Kirom. Idealisme membangun bekas lokalisasi Gang Dolly dia tinggalkan.

Bidang baru ini memang kelihatan jauh dari gelarnya: insinyur teknik elektro. Tapi idealisme di dadanya tetap menyala: ikut mencarikan solusi para peternak kita.

Cari solusi selalu jadi kiblat Dalu. Ketika menjadi ketua BEM ITS, dialah yang mengubah sistem kaderisasi mahasiswa baru. Tidak lagi ada kaderisasi tiap jurusan. Yang bikin egoisme jurusan. Sulit ada kerja sama antarjurusan. Sampai sekarang, kaderisasi mahasiswa baru tidak terkotak lagi. Sudah tujuh tahun. Itulah Gerigi, Ospek model ITS.

-ads-

Di zaman Dalu jadi ketua BEM, perubahan konstitusi ITS terjadi. Memang bukan dia saja yang merancang, tapi Dalu pegang peran penting. Sampai-sampai masa jabatan BEM-nya diperpanjang 1,5 periode.

“Kuliah saya juga molor satu semester. Tapi saya happy bisa ambil peran tersebut,” katanya.

Solusi. Dalu ingin jadi bagian dari solusi. Dadanya terus bergejolak. Terutama mencari solusi di bidang ketahanan nasional. Di segala bidang. Dia memulai dari satu sisi: ternak. Daging. Mengapa harga daging tinggi. Mengapa impor daging.

Dia pelajari semua itu. Lantas dia tahu banyak peternak kekurangan modal. Sebaliknya, dia juga melihat banyak juga orang yang punya uang lebih. Pemilik uang itu sering pula tertipu. Ikut investasi bodong. Maka Dalu, melalui ternaknesia.com ingin menjadi jembatan. Dia cari peternak kecil  yang ingin maju. Yang tidak bisa maju karena kurang modal. Yang tidak mungkin cari modal ke bank.

Dalu berkesimpulan: tidak mungkin peternak kecil ke bank. Peternak itu tidak punya penghasilan bulanan. Apalagi harian. Mereka baru punya pendapatan kalau ternaknya dijual. Berarti setelah 7 bulan. Kalau kambing. Atau satu tahun. Kalau sapi. Padahal bank mengharuskan bayar bunga tiap bulan.

Maka lewat ternaknesia.com, Dalu menggalang dana. Di ternaknesia dia publikasikan prospektus. Dia tawarkan: siapa ingin investasi di prospektus itu.

Tentu Dalu sangat selektif dalam membantu peternak. Misalnya mereka sudah menjadi peternak selama tiga tahun. Syarat lain: punya kandang. Untuk menunjukkan bahwa peternak itu serius. Bukan hanya menyerahkan ternaknya ke orang lain.

Di bidang keuangan, Dalu menetapkan syarat keras: bersedia memisahkan pembukuan. Harus jelas mana uang rumah tangga dan mana keuangan ternak.

Peternak itu dia kunjungi. Dia ajak diskusi. Untuk mendapatkan keyakinan. Agar penanam modal nanti terhindar dari resiko. Ternaknesia lantas membuat dokumen prospektus. Untuk ditawarkan ke pemodal. Lewat aplikasi. Saat ini Dalu sudah meloloskan empat peternak: dari Pacitan, Bojonegoro, Ponorogo, dan Wonogiri. Yang terbesar perlu Rp 500 juta.

Ternyata empat peternak tersebut bisa cepat tertolong. Untuk yang memerlukan modal Rp 500 juta itu misalnya. Ada 146 orang yang mau menanamkan modal. Ada juga seorang pemodal yang menaruh uang di empat peternak. Uangnya dipecah-pecah.

Memang usaha Dalu ini masih sangat permulaan. Baru empat peternak. Belum banyak pengalaman jatuh-bangun. Tapi Dalu sudah tahu. Investor harus mendapat laba. Lebih tinggi dari bunga deposito di bank.

Saya pun diminta menilai langkahnya itu. Mumpung masih tahap awal. Saya dengarkan penjelasannya dengan tekun. Saya sela dengan beberapa pertanyaan ujian. Dalu selalu bisa menjelaskan. Dengan uraian yang sistematis.

Saya pun menjawab: Anda sudah menemukannya. Menemukan bisnis. Dan menemukan tempat pengabdian. Bisnis yang penuh pengabdian. Pengabdian yang punya roh bisnis.

Banyak orang bisa memulai usaha. Lebih banyak lagi yang tidak bisa memulai usaha. Tapi dari banyak yang bisa tadi amat jarang yang bisa menemukan kombinasi itu: bisnis dan pengabdian.

Tidak ada lagi saran dari saya. Kecuali bahwa Dalu harus tabah dari godaan: menjadi politisi, menjadi selebriti dan menjadi gelembung busa. Banyak pemula yang tergoda untuk melebarkan usaha. Ke berbagai bidang. Sekaligus. Akhirnya tidak fokus. Itu yang saya namakan ‘musyrik bisnis’.

Lho apa pula itu? Nantilah. Kapan-kapan. Itu pembicaraan orang dewasa. Tunggu Dalu berusia di atas 17 tahun. (dis)

Exit mobile version