Metal Ring Jantung yang Luruh dengan Pembuluh Darah

Bioresorbable Scaffold, Teknologi yang Sempat Vakum

dr. M. Iqbal SpJP di RS Pertamina Balikpapan menjelaskan teknologi cincin luruh, Rabu (27/4). Anggi Praditha-Kaltim Post

eQuator.co.id – Teknologi anyar di dunia kedokteran bioresorbable scaffold alias cincin luruh membuat bahan metal tak diperlukan lagi sebagai ring jantung. Teknologi ini sebenarnya sudah berkembang sejak 2013, namun sempat vakum.

CINCIN jantung jadi salah satu solusi bagi penderita jantung koroner. Yakni, pasien yang mengalami penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan pemasangan cincin dapat mengembalikan fungsi pembuluh darah tersebut.

Teknologi ring ini sudah berkembang sejak 1980-an. Saat itu mulai diperkenalkan metode balon. Ternyata cara ini tidak dapat bertahan lama dan angka penyempitan ulang semakin tinggi.

Kemudian berkembang lagi cincin dengan bahan stainless. Hasilnya tetap saja terjadi penyempitan ulang sekitar 30 persen. Teknologi selanjutnya dikenal dengan Drug Eluting Stent (DES). Metode ini menggunakan ring berlapis obat yang berfungsi mencegah penyempitan ulang usai pemasangan ring. Tetapi, bahannya masih berbentuk metal atau logam. Di antaranya stainless steel, cobalt, chromium atau titanium.

Seiring waktu, teknologi di bidang kedokteran terus berkembang. Metode teranyar adalah cincin luruh. Cincin yang terbuat dari kandungan zat kimia Poli Asam Laktat. Bahan ini membuat cincin meluruh dan menyatu dengan pembuluh darah dalam waktu enam bulan. Bahkan, akan hilang secara total tanpa bekas dalam kurun waktu 2 tahun.

Disebut cincin luruh karena ring yang digunakan akan menjadi satu dengan pembuluh darah. Tanpa meninggalkan bekas sama sekali.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Pertamina Balikpapan, Dokter Muhammad Iqbal SpJP, menjelaskan kelebihan utama metode cincin luruh karena akan mengembalikan fungsi pembuluh darah normal seperti sediakala. “Juga dapat membantu otot pembuluh darah bekerja dengan mudah saat terjadi pelebaran dan penyempitan pembuluh. Ini sulit dilakukan dengan mereka yang menggunakan cincin berbahan metal,” ujarnya.

Keuntungan lain menggunakan cincin luruh adalah tidak adanya bahan metal dalam tubuh. Sehingga, apabila terjadi penyempitan pembuluh darah lagi, dokter bedah dapat melakukan bypass jantung tanpa mengalami kesulitan saat memasang graft.

“Jika sudah menggunakan cincin berbahan metal, maka akan sulit bagi dokter bedah melakukan bypass. Yaitu, menambah pembuluh darah baru karena terkendala benda metal,” ujarnya.

Pasien pengguna cincin luruh pun hanya diwajibkan meminum dua obat jenis pengencer darah dalam waktu 6 bulan. Sedangkan jika menggunakan metode pemasangan ring berbahan metal lainnya, pasien harus meminum obat dalam kurun ideal setahun. Konsumsi obat ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.

Hanya saja, bukan berarti kecanggihan metode cincin luruh tidak memiliki kelemahan. Menurut Iqbal, ring yang digunakan cincin luruh memiliki ukuran lebih besar daripada cincin berbahan metal. Pada umumnya, ketebalan ring yang dimiliki hanya sekitar 0,78 atau 0,82 milimeter. Sedangkan, cincin luruh memiliki ketebalan lebih besar dari ring biasa.

“Semakin tebal maka semakin sulit untuk masuk di pembuluh darah. Sehingga sangat sulit dipasang pada tubuh pasien yang memiliki pembuluh darah berliku-liku,” tutur pria berusia 48 tahun itu.

Jadi, tidak semua pasien jantung koroner dapat menggunakan metode cincin luruh. Menurutnya, teknologi ini dapat dinikmati bagi pasien yang memiliki pembuluh darah lurus dan tidak tergolong dalam kalsifikasi berat. Maksudnya, pembentukan deposit kalsium yang mengeras di dalam pembuluh darah yang disebabkan penumpukan lemak dan kalsium yang mengeras seperti kerak.

Ketika terjadi kalsifikasi pembuluh darah, ring yang terdapat pada metode cincin luruh tidak memiliki kemampuan untuk mendorong pembuluh darah yang sudah berkerak. Sebab, cincin luruh terbuat dari Poli Asam Laktat yang mudah larut, beda dengan ring berbahan metal yang lebih kuat.

“Selain itu, pasien yang ingin melakukan pemasangan cincin luruh sebaiknya yang memiliki ukuran pembuluh darah di atas 3 milimeter,” terang suami dari Ariyanti Dalmer tersebut.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu menuturkan, teknologi cincin luruh sebenarnya sudah mulai berkembang di Indonesia sejak 2013. Kemudian, metode ini pernah vakum selama 2 tahun karena satu-satunya perusahaan penyuplai obat atau vendor cincin luruh sempat berhenti beroperasi di Indonesia. Iqbal mengaku pernah melakukan operasi cincin luruh beberapa kali di Balikpapan.

“Kami bisa menanganinya di sini, pasien tidak perlu repot-repot ke luar kota atau negeri. Saat ini sedang dalam proses persiapan kembali,” ujarnya. (Kaltim Post/JPG)

DINA ANGELINA, Balikpapan