Merawat Simbol Sejarah, Mengenang Pejuang Penakluk Penjajah

Peringati Hari Bela Negara, Mengecat Tugu Perjuangan 27 di Bengkayang

BAKTI SOSIAL. Mengecat Tugu Perjuangan 27 di Jalan Raya Sanggau Ledo Kelurahan Bumi Emas Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang dalam rangka memperingati Hari Bela Negara, Kamis (21/12). Kurnadi-RK

eQuator.co.id – Banyak cara yang dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap negara. Walaupun itu kegiatan-kegiatan kecil, tetap bermakna.

Seperti yang dilakukan Komunitas Perbatasan 17 bersama Persatuan Purnawirawan TNI-Polri, Ormas LSM, Wartawan dan warga Bengkayang ini. Mereka melaksanakan kerja bakti dengan melakukan pengecatan Tugu Perjuangan 27 di Jalan Raya Sanggau Ledo depan Masjid Agung Syuhada Bengkayang Kelurahan Bumi Emas Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang, Kamis (21/12). Kegiatan positif ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Bela Negara yang jatuh pada 19 Desember 2017

Tugu tersebut diresmikan pada 3 Maret 1992 oleh Gubernur Kalbar Parjoko S. Tugu ini dibangun guna mengenang jasa gugurnya 27 orang pejuang pada 8 Oktober 1946. Kala itu, para pejuang yang dipimpin Ali Anyang tergabung dalam BPIKB (Barisan Pemberontak Indonesia Kalimantan Barat). Mereka melawan penjajahan Belanda yang berkedudukan di Bengkayang.

Para Pejuang tersebut berhasil menaklukan Belanda dan mengibarkan bendera Merah-Putih di tanah Bengkayang. Warna biru bendera Belanda mereka robek. Pengibaran bendera Merah-Putih tersebut diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

Ketua Komunitas Perbatasan 17 Kapten Wiradika selaku penggagas kerja bakti menyampaikan, kegiatan ini merupakan wujud kepedulian generasi penerus bangsa. Supaya selalu senantiasa mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur dalam membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah.

Kegiatan tersebut untuk merawat simbol sejarah. Agar masyarakat tidak lupa dan bukti sejarah yang pernah ada di Bengkayang. “Hendaknya kita selalu mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang positif,” ajak Wira, sapaan akrabnya.

Tampak ikut dalam bakti sosial tersebut salah seorang Veteran Pejuang 45, Oemar. Pria 80 tahun pernah ikut berjuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia di wilayah Bengkayang. Selaku veteran, dia mengaku bersyukur dengan pelaksanaan kegiatan pengecatan Tugu Perjuangan 27 ini.

Menurutnya, masih ada generasi yang peduli terhadap simbol sejarah. Salah satunya dengan merawat dan mengecat Tugu Perjuangan 27 tersebut. Dia berharap, sejarah perjuangan di Bengkayang bisa tetap dikenang. Sehingga tidak akan hilang ditelan waktu. “Tugu ini harus tetap dijaga dan lestarikan,” harap Oemar.

Paulus Jasmani Pensiunan TNI AD yang menjabat Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Laslar Anti Korupsi Pejuang 45 (LSM-LAKIP’ 45) Bengkayang mengaku masih mengetahui dengam pasti mengenai didirikannya Tugu Perjuangan 27.  Makanya, ia mendukung dan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Secara tidak langsung kegiatan ini merupakan sikap dalam bela negara. “Menjaga dan merawat simbol negara dan berhubungan dengan peninggalan sejarah perjuangan para pahlawan,” ucapnya.

Kendati begitu, masih ada oknum-oknum yang tidak peduli dengan sejarah perjuangan bangsa. Buktinya, masih ada tangan-tangan jahil yang merusak tugu tersebut dengan mencabut besi pembatasnya. “Sebagai warga negara Indonesia marilah kita jaga dan rawat simbol sejarah, sehingga ke depan generasi akan mengetahui sejarah bangsa Indonesia, terutama sejarah perjuangan masyarakat Bengkayang dalam melawan penjajah Belanda,” gugah Paulus.

Senada disampaikan oleh Ketua PEPABRI Bengkayang, Hariyadi. Menurutnya, generasi sekarang harus lebih peduli dengan situs sejarah. Situs-situs sejarah perjuangan dibangun agar setiap generasi tidak melupakan begitu saja perjuangan pahlawan yang telah merdekakan Indonesia dari penjajah. Selain itu Tugu Perjuangan 27, masih ada simbol sejarah perjuangan masyarakat Bengkayang. Di antaranya, yang perlu dijaga dan rawat adalah Benteng Belanda yang ada di Bukit Vandering. “Maka saya berharap generasi penerus mengetahui akan sejarah bangsa Indonesia, utamanya sejarah yang ada di Bengkayang,” seru Hariyadi.

 

Laporan: Kurnadi

Editor: Arman Hairiadi