Jumat, 8 Mei 2015, di Kantor 06, DPD Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Jawa Timur (Jatim), berlangsung pertemuan. Rapat tersebut dihadiri 42 pengurus setempat, semua terungkap dalam dokumen notulen yang diperoleh Rakyat Kalbar dari seorang sumber.
Ocsya Ade CP, Pontianak
Dalam rapat selama dua jam itu disampaikan hasil pertemuan di tingkatan pengurus pusat (DPP) mereka. Diduga kuat, rapat di DPP dipimpin langsung pembesut Gafatar, Ahmad Musadeq, sebab ada penekanan terkait intisari organisasi terlarang tersebut. Juga dibahas risiko eksodus ke Kalimantan Barat (Kalbar).
“Dokumen ini kita dapatkan dari salah satu anggota eks Gafatar asal Sleman yang dievakuasi dari Ketapang,” terang Sang Sumber yang enggan namanya dipublikasikan, belum lama ini.
Salah seorang yang hadir dalam rapat bernama Supardan, Ketua DPD (Gubernur) Gafatar Jatim, yang beberapa waktu lalu disebut oleh Deny Sulistiawan sebagai investor lahan pertanian di Dusun Moton Asam, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kalbar.
Deny sendiri, yang menjabat Ketua Bidang Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Bidikpora) Gafatar Jatim, juga datang. Diketahui, ia merupakan koordinator Kelompok Tani Manunggal Sejati Desa Antibar. Lalu ada Soeharto yang mengaku anggota kelompok tani, padahal sebenarnya Ketua DPK Gafatar Malang, Jatim.
Seperti yang tertera dalam notulen, rapat dimulai dengan pembacaan naskah persaksian, janji anggota, dan janji pengurus oleh dr. Budi Lasmono yang disapa Bung Lasmono. Peran dia di DPD Jatim sebagai Ketua Bidang Kesehatan (Bidkes). (Bung) Sujito, Sekretaris DPD Jatim, bertindak sebagai pimpinan rapat.
Esensi ajaran Gafatar yang pertama kali dipaparkan. Memang tersirat ‘penyimpangan’ dan keinginan untuk membuat negara dalam negara. Di awal pertemuan, diingatkan kembali tentang eksistensi Gafatar yang berjalan atas petunjuk Tuhan di bawah bimbingan Mesias (MS).
“Membawa misi risalah yang dikenal dengan jalan kebenaran tuan semesta alam yang menjadi panutan dari seluruh orang-orang besar di dunia yang telah berlalu,” tertera dalam notulen itu.
Dalam penggalan lain dokumen juga disebutkan harus disadari bahwa Gafatar diutus oleh Tuhan kepada Nusantara untuk memberikan kabar gembira bahwa bangsa ini akan diampuni dan akan diangkat menjadi bangsa terhormat.
“Kita datang kepada mereka membawa konsep jalan kebenaran tuan semesta alam. Seluruh ilmu yang sudah saya sampaikan kepada saudara intinya adalah misi kerajaan Tuhan,” penggunaan kata “saya” sepertinya merujuk kepada Ahmad Musadeq.
Kemudian, juga ditulis jalan kebenaran bagi Gafatar yang disebut Millah Abraham. “Kitalah yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menawarkan konsep alternatif kepada bangsa ini. Dari hari ke hari dan bulan ke bulan, mereka sudah menyusun rencana untuk menggagalkan misi Tuhan YME ini. Mereka sudah bersepakat untuk menggagalkan tegaknya kerajaan Allah yang sering disebut Yerussalem atau Darussalam di Nusantara,” dari penggalan statement ini, sepertinya Musadeq sudah tahu gerakannya tengah diawasi.
Ada pula kalimat yang terindikasi sebagai rencana makar kepada Pemerintah Republik Indonesia yang disebut orang-orang Gafatar sebagai ‘Firaun’: “Tentu saja dalam satu teritorial tidak boleh ada dua kekuasaan. Dengan kata lain, ketika Tuhan akan menegakkan kerajaan-Nya, maka orang-orang yang menentangnya akan ditenggelamkan sebagaimana Firaun ditenggelamkan oleh Tuan Semesta Alam. Kita sudah menyampaikan misi ini kepada bangsa Indonesia”.
Mengibaratkan dirinya sebagai Nabi Musa, Musadeq mengaku grogi karena sedang dicari-cari oleh ‘Firaun’. “Tuhan tetap memerintahkan Musa untuk berangkat dan tetap melindunginya. Ini tidak gampang untuk menemui raja Firaun. Jika dibandingkan kita, khususnya MS, maka sama saja dengan peristiwa tahun 2007 bahwa saya menjadi orang yang tidak disukai oleh mereka sehingga sulit berbicara kepada bangsa ini,” seperti tertulis dalam penggalan kalimat lainnya.
Musadeq pun berkesimpulan harus ada sarana untuk pendekatan, memakai sarana yang lama tidak bisa berjalan. Inilah yang disebutnya sebagai dasar lahirnya Gafatar.
“Gafatar adalah ormas yang merupakan sub sistem dari kerajaan Firaun sehingga pada akhirnya mereka mengetahui pengatur Musa adalah Tuan semesta alam,” tersurat di notulen itu.
Dokumen tersebut juga menyebut ulama agama mengganjal perjalanan Musadeq: “Tentara dan polisi ini tidak paham tentang firman Tuhan, maka mereka memakai ulama untuk menghadang. Dalam rapat besar mereka akan segera mendesak Farisi Saduki (ulama) untuk membuat fatwa melarang keberadaan Gafatar di Nusantara ini” . (*/bersambung)