Memiliki keterbatasan, tak menghentikan dua penyandang tunanetra: Ikhsanul Sodikin, 17, dan Muhammad, 20, untuk menggapai prestasi. Mereka baru-baru tadi berhasil meraih juara dalam Festival dan Lomba Literasi Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus 2018.
SUTRISNO, Martapura
Radar Banjarmasin, Sabtu (3/11) tadi menemui dua siswa SLB A Negeri 3 Martapura tersebut di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Fajar Harapan Kalsel, Jalan A Yani Km 37,5, Kelurahan Sungai Paring, Martapura.
Didampingi guru pembimbing mereka, Aan Setiawan, keduanya secara bergantian menceritakan pengalaman mereka saat mengikuti lomba literasi yang diikuti oleh perwakilan dari 34 provinsi di Indonesia itu.
Ikhsanul Sodikin, yang lebih dulu bercerita mengaku tidak menyangka bisa meraih juara II kategori cipta dan baca puisi dalam ajang yang digelar di Jakarta pada tanggal 27 hingga 31 Oktober tersebut. “Padahal saya baru satu bulan ini intens belajar membaca dan membuat puisi, tapi Alhamdulillah bisa juara,” katanya.
Dia mengaku mulai mengenal puisi pada 2016 lalu. Ketika itu, dirinya diikutsertakan dalam lomba membaca puisi di Balai Bahasa Kalsel. “Setelah itu saya sering diajak guru ke Minggu Raya untuk mendengarkan orang-orang sedang membaca puisi,” ucapnya.
Dari situ dia mulai tahu bagaimana cara membaca puisi, kemudian awal September 2018 ikut seleksi di tingkat provinsi untuk mengikuti Festival dan Lomba Literasi Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus. “Ternyata saya terpilih mewakili Kalsel dalam lomba literasi,” kata pria asal Desa Tungkaran, Kabupaten Banjar ini.
Lomba literasi sendiri dimulai dengan babak penyisian. Dalam tahap itu, peserta secara bergantian diminta membaca puisi di hadapan para juri. “Saya kemudian masuk final, bersama 11 peserta lainnya. Di babak final kami diminta membuat puisi dengan tema cerita rakyat,” kata Ikhsanul.
Dari tiga judul cerita rakyat yang ditentukan panitia, dia memilih kisah Timun Emas untuk materi puisinya. Juri pun tertarik dan membuat dirinya meraih juara II. “Puisi saya ketik pakai laptop pinjaman yang dilengkapi aplikasi menulis untuk tunanetra. Dengan aplikasi itu, kita akan tahu huruf apa yang kita ketik lantaran ada suaranya,” ungkapnya.
Selain Ikhsanul. Muhammad juga mengaku tak menyangka berhasil mendapatkan juara III dalam Festival dan Lomba Literasi Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus kategori penulisan kreatif cerpen. Meski sebelumnya pernah juara III literasi sinopsis dalam ajang yang sama pada 2016 lalu. “Saya memang suka membaca. Kalau ada waktu senggang, suka menulis. Jadi sudah biasa merangkai kata,” ucapnya.
Dalam festival literasi sendiri, dia harus menulis dua cerpen. Yaitu, di tahap penyisian dan ketika masuk fase final. “Yang masuk final 12 orang, Alhamdulillah saya terpilih jadi juara III,” ujar pria berasal dari Rantau, Tapin ini.
Muhammad mengaku senang mampu meraih juara, sebab hadiah yang diterimanya dapat ditabung untuk tambahan biaya kuliah jurusan IT khusus penyandang tunanetra. “Saat ini jurusan IT tunanetra hanya ada di Banten. Saya, ingin sekali kuliah di sana,” katanya.
Guru SLB A Negeri 3 Martapura Aan Setiawan mengaku mendukung semua keinginan siswanya, asalkan berada di jalur yang baik. “Kita beri semangat saja sesuai minat mereka. Lalu, dikembangkan dengan cara dipertemukan dengan ahlinya untuk menambah wawasan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, selain Ikhsanul dan Muhammad. Tahun ini, juga ada siswa lain yang berprestasi di tingkat nasional. Yaitu, Ahmad Nazimullah meraih juara II nasional catur dan Leman Abidin juara harapan I Tilawatil Quran. (*/Radar Banjarmasin)