eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Namanya juga mahasiswa. Sempat berdebat saat menggelar aksi, namun kembalinya semangat berjuang lumayan menggembirakan. Rada rancunya item 4 dari 8 tuntutan, mereka tetap kompak berunjuk rasa di Gedung DPRD Kalbar, Rabu (25/9).
Gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang bertandang ke DPRD Kalbar, itu salah satunya melayangkan penolakan pengesahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS).
Mendadak sikap penolakan untuk disahkan itu menjadi kontroversi. Mahasiswi Intistitut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Ayu Safitri, menyayangkan tuntutan itu. Sebagai perempuan, dirinya merasa RUU PKS harus segera disahkan.
“Saya heran, letih saya cari tau tentang RUU PKS itu. Saya yang gak sampai ilmunya atau gimana?” ujarnya ketika diwawancarai, Rabu (25/9).
Ia menilai pengesahan itu perlu dilakukan juga untuk melindungi hak perempuan. Sehingga ia sangat menyayangkan tuntutan yang terdapat pada point nomor empat (lihat grafis). “RUU PKS itu harusnya segera disahkan. Itu untuk kepentingan perempuan juga,” tuturnya.
Tak pelak kalau pengamat sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Tanjungpura, Dr. Syf Ema Rachmaniah Almutahar, merasa heran atas tuntutan menolak RUU PKS dalam aksi mahasiswa itu. Ia merasa mahasiwa yang menolak ini belum paham subtansi tentang RUU PKS.
“Padahal kalau dilihat dari kasus kekerasan seksual di Kalbar yang terjadi pada anak di Kalbar terus bertambah. Begitu juga angka humantraficking,” ucapnya.
Menurutnya, RUU PKS dibuat untuk melindungi perempuan dari upaya kejahatan fisik maupun seksual. Dia menilai sebagian dari massa aksi mahasiswa ini digerakkan oleh organisasi mahasiswa yang menjadi kader partai yang menolak RUU PKS.
Bahkan Ema meyakini tidak semua organisasi mahasiswa menolak RUU PKS. Karena mereka sudah pernah mengadakan kajian kritis dan bedah mendalam tentang pro dan kontra RUU PKS.
“Situasi yang serba spontan menyebabkan mereka terkondisikan untuk ikut tandatangan nota kesepakatan,” ujarnya.
Karena itu dia berharap mahasiswa bisa melakukan kajian ulang tentang RUU PKS secara kompeten dalam aspek hukum, komisi perlindungan anak dan HAM. Serta harus menganalisis secara kompeten fiqih sosial dengan analisis gender.
“Pro kontra itu wajar tapi harus dengan landasan kajian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Seperti diketahui, mahasiswa yang menolak pengesahan RUU PKS menyebut banyak pasal justru rancu. Mengecilkan hak-hak perlindungan perempuan.
Bersihkan Sampah
Di tengah unjuk rasa yang tertib, sopan, ramah dan manis dari para mahasiswa gabungan perguruan Tinggi di Kota Pontianak, datang pujian dari Kapolresta AKBP Ade Ary Syam Indradi. Usai berdemo ria, para mahasiswa tak langsung cabut angkat kaki. Sebagian mereka mengumpulkan botol bekas, bungkus rokok, dan memungut sampah berserakan di halaman Gedung Dewan, Rabu (25/9).
Salah satunya Rizki. Pemuda ganteng itu memungut botol minum dan memasukannya ke kantong plastik esar untuk dikumpulkan bersama sampah lainya.
“Gimana mau bangun Indonesia kalau buang sampah aja kita ndak bisa,” kata mahasiswa 21 tahun itu.
Memang tak semua, dan tidak ramai mahasiswa yang peduli. Rizki bersama beberapa mahasiswa lain berinisiatif berhasil menyapu bersih lapangan gedung wakil rakyat. Mencintai keindahan dan tak ingin melihat negerinya kotor. “Kadang kayak kita ini lihat hal kecil kan. Tapi banyak banget dari kita yang malas untuk melakukanya,” tuturnya.
Falsafah Rizki, kebersihan adalah sebagian dari iman. Ia berharap agar mahasiswa lainnya mau turut andil dalam memajukan Indonesia.”Bukan cuma hal besar kaya demo. Tapi mau untuk ndak nyampah juga merupakan hal penting untuk Negara,” tutur Rizki.
Kapolresta Pontianak AKBP Ade Ary Syam Indradi pun terkesan saat bertugas menjaga ketertiban demonstran. “Alhamdulillah lancar aman. Mahasiswa hebat tertib,” tutur perwira menengah yang akrab disapa Ade Ary itu.
Kapolres yang baru dilantik sebulan itu menuturkan demo dikawal sekitar 900 personil kepolisian yang berkerja sama dengan pihak lain. “Dari polres 500 orang, Polda 300 dan kodim 100 kita sama-sama mengamankan,” ucapnya.
Selain itu ia berharap agar penyampaian pendapat oleh masyarakat ini juga dapat ditiru dan dilanjutkan oleh masyarakat. Agar tercipta Kalbar yang kondusif.
“Kami mengapresiasi mahasiswa yang sudah melakukan demo dengan baik, dan mari lestarikan budaya damai,” tutupnya.
Laporan: Rizka Nanda, Suci Nurdini Setiowati
Editor: Mohamad iQbaL