Menghilang, Gabung Eks Gafatar di Kayong Utara

Ketemu Usai Baca Online Rakyat Kalbar

KELUARGA HILANG. Heri Susilo sedang diurut kerabatnya dan istrinya, Ratna Widia Ningsih yang menimang putri semata wayang, Arimbi ketika masih berada di salah satu kamp eks Gafatar di Dusun Melinsum, Desa Sejahtera, Kecamatan Sukadana beberapa waktu lalu. KAMIRILUDDIN

eQuator – Sukadana-RK. Heri Susilo dilaporkan hilang oleh keluarganya di Yogyakarta. Usut punya usut, Heri Susilo dan istrinya Ratna Widia Ningsih serta anak semata wayangnya berusia tujuh bulan, Arimbi, bergabung dengan warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan bermukim di Dusun Melinsum, Desa Sejahtera, Kecamatan Sukadana, Kayong Utara.

Hilangnya Heri Susilo sekeluarga dari daerahnya Yogyakarta disampaikan Edi Resdiyanto, kakak kandung dari Heri. Edi yang mengaku asal Jogja dan kerja di Lombok melihat ada foto rekan adiknya, terbit di koran ini pada 16 Januari 2016.

Bermula dari itulah, Edi melacak keberadaan adiknya yang hilang sejak beberapa bulan lalu, dengan menghubungi kantor redaksi Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group) beberapa waktu lalu.

Sambungan selulernya diterima Sekretaris Redaksi Rakyat Kalbar, Miftahul Jannati. Kepada Miftah, Edi menerangkan, dirinya telah membaca berita koran ini terbitan 16 Januari lalu. Diberitakan seputar eks Gafatar dengan judul “Hildi: Anda Gafatar, Siregar: Benar Pak!”. “Diberita itu, ada foto teman adik saya. Saya mau tahu, apakah adik saya juga ada di sana (Kayong Utara), tolong diinfokan,” kata Edi yang kemudian memberikan identitas nama adiknya beserta adik ipar dan keponakannya.

Berbekal dari pengaduan Edi, wartawan Rakyat Kalbar di Kayong Utara melakukan penelusuran. Dimulai dengan mencari rekan Heri yang diakui Edi tampil di muka depan koran ini. Tak salah lagi, wajah yang dikenali Edi itu bernama Feri. Di kamp eks Gafatar di Dusun Melinsum, Feri bekerja sebagai pedagang yang menyediakan barang keperluan warga di lokasi yang dihuni 23 Kepala Keluarga (KK) dengan 107 jiwa itu. Selain itu, sehari-hariya, Feri juga kerap terlihat masuk ke Dusun Parit Bugis, Desa Simpang Tiga, mengendarai sepeda motor dengan membonceng keranjang di belakangnya untuk membeli ubi (ketela).

Setelah memastikan bahwa orang yang dilihat Edi di koran ini adalah Feri. Rakyat Kalbar pun semakin penasaran, dengan terus menelusuri identitas Heri yang dilaporkan Edi telah hilang dari keluarganya di Jogja sejak beberapa bulan lalu. Tak lama kemudian, dari salah satu pintu di barak bangunan tengah, duduk seorang pria berambut ikal. Di dekatnya ada seorang perempuan sedang menimang anak perempuan yang masih balita. Tidak salah lagi, Rakyat Kalbar yang menaruh curiga pun coba menyapanya. “Ini Heri ya? tanya wartawan Rakyat Kalbar. Benar Pak, jawab Heri. “Apa kenal dengan Edi,” tanyanya lagi. Kenal Pak, itu abang saya, dan bisa kenal dari mana sama abang saya Pak,” timpalnya lalu bertanya.

Wartawan Rakyat Kalbar pun menceritakan, sesuai dengan apa yang disampaikan Edi.

Tak lama kemudian, Rakyat Kalbar mencoba menghubungi Edi via SMS (short message service). Edi pun balik menghubungi wartawan koran ini via HP seraya meminta waktu untuk berbicara sama adiknya, Heri. Sebab, Heri mengaku tidak memiliki alat komunikasi jarak jauh itu. Mereka pun saling berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa.

Terekam dari pembicaraan itu, bahwa Heri meminta kakaknya Edi tidak cemas. Dia juga pesan kepada Edi, agar menyampaikan ke keluarga untuk tidak khawatir dengan kondisi dirinya dan keluarganya di Kalimantan (Kayong Utara) yang baik-baik saja.

Usai percakapan dua saudara via HP, kepada Rakyat Kalbar, Heri menerangkan bahwa Edi Risdiyanto adalah kakak kandungnya. “Benar, dia kakak saya dan bekerja di Pegadaian di Lombok,” sebut Heri.

Heri menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan Rakyat Kalbar, telah mempertemukan dengan saudara kandungnya, walaupun baru bisa bicara via telephone. “Terimakasih Mas, atas bantuannya, Heri sekeluarga sudah sampe Solo kemarin Mas naek pesawat. Trimakasih ya Mas…,” tulis Edi via SMS yang diterima wartawan Rakyat Kalbar di Kayong Utara, Senin (25/1).

Hingga kemarin, Selasa (26/1), diakui Edi, pihak keluarga belum dapat bertemu dengan Heri sekeluarga. Sebab, dikabarkan, Heri dan eks Gafatar lainnya dibekali penyuluhan oleh Kemenag setempat. “Belum bisa ketemu Pak, mungkin belum boleh Pak, mungkin di karantina dulu. Saya juga belum dapat info dari adik saya juga Pak,” jawab Edi kepada Rakyat Kalbar.

Sebelumnya, Sabtu (22/1), Heri dan keluarga bersama ratusan eks Gafatar lainnya dari Sukadana diberangkatkan menuju Kota Pontianak menggunakan kapal yang disediakan pemerintah setempat. Dari Pontianak, Heri dan keluarga diterbangkan menuju Jawa.

Entah bagaimana, dari data yang didapat, Heri dan keluarga memilih bermukim di Kayong Utara dengan mengantongi surat pindah dari daerah Bengkulu. Di kampnya itu, umumnya warga Jawa, namun dalam surat pindah berasal kebanyakan dari Bengkulu. “Ya, saya pindahan dari Bengkulu, memang asalnya dari Jogja,” terang Heri.

Laporan: Kamiriluddin

Editor: Hamka Saptono