“Berbeda dengan ketika harga daging sapi naik jelang Lebaran, misalnya. Karena ada kenaikan demand dibandingkan supply saat momen itu. Sehingga harganya naik. Lha kalau cabai kan setiap hari dikonsumsi dan bukan hal yang terlalu wajib juga untuk dibeli. Konsumsinya juga ya paling segitu-segitu saja,” ulasnya.
Maka yang terjadi selama ini adalah salah penanganan. Perlu dilakukan penanganan khusus di dua area yaitu di kalangan petani (on farm) dan dari sisi produksi. On farm, perlu dilakukan pemetaan secara konkrit daerah yang petaninya memeroduksi cabai.
Tujuannya untuk diketahui berapa luasan dan potensi panen cabai untuk periode tertentu. Hal tersebut penting untuk menentukan penanganan pada sisi produksi. Dari sisi produksi, sebaiknya dibuat sentra produksi cabai dengan menyiapkan sistem penyimpanan yang baik.
“Tidak harus cool storage (gudang es). Yang penting baik untuk menyimpan,” terusnya.
Dengan begitu setiap panen di satu daerah dengan daerah lain bisa disimpan dengan baik. Ketika di satu daerah hasil panennya tidak mencukupi maka bisa dibantu oleh daerah lain yang berkelebihan. Begitu juga ketika di satu daerah hasil panennya dikhawatirkan kurang maksimal gara-gara curah hujan tinggi maka bersiap dibantu oleh daerah lain yang dianggap tepat untuk menutupi karena curah hujannya lebih rendah.
“Ini persoalan di tata niaga,” tegas Enny yang meraih gelar doktor Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Harus diakui, menurutnya, manajemen pascapanen di negara ini masih belum memadai. Padahal hal tersebut merupakan kebutuhan mendasar untuk mengelola tata niaga pangan terutama dari produk hasil pertanian.
“Persoalannya di mana? Jalur distribusinya bagaimana? Jual beli di sentra produksinya seperti apa? Bertahun-tahun yang kasat mata saja tidak bisa diperbaiki,” sesalnya.
Maka wajar jika penanganan yang dilakukan sepanjang bertahun-tahun itu hanya solusi parsial. Tidak diselesaikan secara fundamental. Padahal penyelesaian secara fundamental itu merupakan hal sangat penting untuk mendorong petani memeroduksi lebih baik dan berkualitas. Selain juga dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para petani.