-ads-
Home Bisnis Membangun Brand Image Tak Boleh Setengah-setengah

Membangun Brand Image Tak Boleh Setengah-setengah

Khairul Ali memaparkan kiat membangun brand bisnis kuliner dalam acara Klinik Bisnis, Kamis (22/12) malam di Mie Tiaw Melayu, Jalan Pattimura, Kota Pontianak.

eQuator.co.id – Membangun usaha kuliner bukan perkara gampang. Makanan enak saja tidak cukup untuk menarik minat pembeli. Harus dibarengi dengan brand image yang kuat, agar usaha kuliner terus tumbuh dan berkembang.

“Menghadirkan sesuatu yang dekat, namun ditambah dengan sesuatu yang unik sehingga bisa menjadi ciri khas,” ujar Khairul Ali, Owner Mie Tiaw Melayu.

Pria yang biasa akrab disapa Bang Yul ini hadir sebagai pembicara dalMie Tiaw Melayuam Klinik Bisnis Edisi ke-31. Berbagai resep jitu diungkap Bang Yul dalam acara yang dihelat di Mie Tiaw Melayu, Jalan Pattimura, Kota Pontianak, Kamis (22/12) malam.

-ads-

Pemilihan mie tiaw sebagai menu andalan bukan tanpa alasan. Menurut Bang Yul, mie tiaw adalah salah satu makanan khas yang mewakili Kota Pontianak. Namun, selama ini mie tiaw identik dengan masyarakat etnik Tionghoa. Sehingga sebagian masyarakat, khususnya muslim ada yang ragu akan kehalalannya.

Bang Yul mencoba menghadirkan citarasa yang tidak kalah dengan mie tiaw asli Tionghoa, namun hadir dengan nuansa Melayu yang khas. “Karena di Pontianak, sebagian besar mayoritas orang Melayu, kemudian Islam, jadi makan mie tiaw disini ndak ragu kehalalannya,” papar Bang Yul.

Sesuai jargonnya “Sille cubbe, sille rase,” Bang Yul menjamin menu mie tiawnya bisa memanjakan selera para penggila kuliner di Pontianak. Bahkan, dia yakin bisa bersaing dengan gerai mie tiaw lain yang telah lama berdiri. “Soal rase kite yakin, orang bilang jak makan disini, dagingnye ndak tanggung-tanggung,” tutur pria Melayu ini.

Soal branding, Bang Yul tidak main-main. Ia mengemas usaha kulinernya dengan nuansa Melayu yang kental. Tidak hanya nama dan jargon, karyawannya juga wajib melayani pelanggan dengan bahasa Melayu Pontianak yang kental. “Ini jadi ciri khas untuk orang luar Pontianak, mereka bisa menemukan suasana Pontianak asli disini,” ujarnya.

Jika ingin membangun sebuah brand image produk, tegas Bang Yul, tidak boleh setengah-setengah. Bang Yul punya kisah menarik. Di sela-sela kedatangan Presiden Joko Widodo ke Pontianak, kedai mie tiawnya didatangi oleh anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Rupanya, salah seorang anggota Paspampres pernah membaca tentang mie tiaw Melayu, dan bertekad akan mendatanginya saat berkunjung ke Pontianak. Hal ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Bang Yul, karena mie tiawnya bisa dikenal oleh orang diluar Pontianak. “Harapannya mereka ini cerita ke presiden, nanti kalau ke Pontianak lagi, siapa tahu pak presidennye tertarik mau coba juga,” seloroh Bang Yul sembari tertawa.

Meski usaha kuliner Mie Tiaw Melayu baru berusia sekitar lima bulan. Namun pria yang juga memiliki usaha jasa layanan transportasi ini optimis, bisnis kulinernya bisa bersaing dengan usaha kuliner lain di kota Pontianak. Selain berada di kawasan strategis dan memiliki sarana parkir yang luas, harga yang ditawarkan cukup bersaing. “Harganya ndak mahal, tapi rasanya boleh diadu,” ujar Bang Yul.

Dia menyebut, promosi melalui sosial media merupakan salah satu sarana marketing yang efektif. Selain murah, juga bisa menjangkau banyak orang. Kuncinya adalah dengan membuat promosi yang menarik. “Seperti saya buat tagar ‘MelayuLagak,’ biar untuk membangkitkan kebanggaan terhadap identitas dan budaya Melayu,” pungkas Bang Yul.

 

Foto dan Narasi: Imam Santosa

Exit mobile version