eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Bencana kabut asap di Kalbar yang kian parah mengakibatkan sekolah diliburkan. Masyarakat diharapkan mengurangi aktifitas luar demi kesehatan.
Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyadi meminta kepada oknum masyarakat yang punya rencana membakar agar segera mengurungkan niatnya. Kodam XII/Tpr saat ini sudah melaksanakan patroli dengan jumlah kekuatan 2 SSK di wilayah Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak sekitarnya. Anggotanya yang berpatroli akan melakukan penangkapan dan melakukan tindakan tegas, apabila ada orang yang membakar. “Kami kemarin menemukan jirigen jadi ini memang dibakar,” tukas Pangdam dalam pernyataannya diterima Rakyat Kalbar, Senin (20/8).
Tindakan tegas untuk dilumpuhkan apabila ada perlawanan dan itu membahayakan anggota yang bertugas di kawasan Karhutla.
“Mengapa dilumpuhkan bukan berarti asal ditembak, dilumpuhkan itu selama masih bisa diringkus itu ya kita ringkus. Tapi kalau bisa jangan ada perlawanan, kalau tidak ada perlawanan secara administrasi kita serahkan kepolisian,” jelasnya.
Baca Juga: Pangdam: Ada Indikasi Karhutla Direncanakan
Pagdam memaparkan, bencana ini berdampak pada kesehatan. Termasuk juga hubungan internasional Kalbar dengan negeri jiran. Sebab Sarawak, Malaysia pun telah kena imbasnya.
“Karena kabut asap ini sudah mencapai lintas negara dan saat ini juga sudah ada warning dari Malaysia bahwa kabut asap sudah masuk ke Kuching (Sarawak),” paparnya.
Tak hanya mengganggu aspek ekonomi, tapi aspek pendidikan. Pemprov Kalbar melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan surat edaran tentang diliburkannya proses belajar dan mengajar yang di mulai tanggal 20-23 Agustus 2018. Dikatakan Pangdam, pihaknya telah melakukan langkah-langkah taktis dan strategis untuk meredam permasalahan kabut asap di Kalbar. Langkah taktis diantaranya dengan menghentikan pembakaran dan dengan dibentuknya Satgas Darat untuk menggelar pasukan di titik-titik kebakaran sepanjang Kalbar dan Kalteng yang menjadi tanggung jawab wilayah teritorial Kodam XII/Tpr.
Sedangkan untuk langkah strategis Pangdam memaparkan, saat ini sudah mengoptimalkan empat unit water boombing yang ada di Lanud Supadio. Selain itu juga menurunkan unit Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan tujuan untuk membuat dan memodifikasi cuaca menjadi hujan. Pangdam berharap kedepan ada solusi yang berkonsep terpadu agar masalah asap bersumber karhutla dapat dieliminir. Terpenting dihentikan, karena dampaknya sudah sangat luar biasa.
“Saya akan melakukan apapun baik tindakan di lapangan dengan tegas, karena saya lebih mementingan generasi-generasi kedepan kemudian saya juga akan ikut memfasilitasi, ikut berpikir mencari solusi dengan konsep terpadu kedepan,” pungkas Pangdam.
Kepala Manggala Agni Daops Pontianak, Sahat Irwan Manik menuturkan, karhutla di Kalbar setiap tahun selalu menjadi masalah yang terulang. Terlebih ketika musim kemarau tiba. Ini lantaran prilaku masyarakat belum dibina dengan baik.
“Semua pelaku pembakaran lahan tersebut diduga dari masyarakat. Intinya pengolahan lahan yang dilakukan masih dengan cara lama yakni dengan cara membakar,” terangnya kepada Rakyat Kalbar.
Menurut Sahat, untuk menanggulangi kasus karhutla di Kalbar mesti menggunakan sudut pandang lain. Jangan hanya terpaku pada pemadaman. Karena dengan begitu hanya menyelesaikan masalah sementara.
Baca Juga: Tangani Karhutla Jangan Ada Istilah Ribet
Untuk itu, Sahat lebih memfokuskan program pencegahan dan pengaktifan kelompok-kelompok kecil di tingkat desa. Kedepan dia berharap instansi terkait membuat program-program yang mendukung upaya pencegahan karhutla.
“Harapan kami ada pendampingan dalam ilmu pertanian masyarakat. Supaya mereka tidak membakar, tercipta solusi. Kita harus tingkatkan sinergitas antara masyarakat, pemerintah, dan pemilik usaha,” harapnya.
Penanganan masalah karhutla tidak lah mudah. Kalbar wilayahnya sangat luas, sehingga sulit menjangkaunya. Ditambah lagi sumber daya manusia yang dimiliki masih kurang.
Sejak Maret sampai sekarang, pihaknya telah memberlakukan Patroli Terpadu. Tim Manggala Agni diterjunkan untuk memantau 60 desa di Kalbar. Namun di lapangan belum berjalan efektif. “Karena jumlah personel kita hanya 60 orang tersebar di empat kabupaten di Kalbar,” sebutnya.
Dijelaskan dia, Kalbar ada dua fase karhutla. Yakni akhir Januari sampai dengan awal Februari. “Kemudian Juli sampai dengan September,” ucapnya.
Biaya yang harus dikeluarkan setiap sekali melakukan pemadaman karhutla berkisar tiga sampai sembilan juta rupiah.
“Untuk internal kita cukup, namun, biasanya di lapangan ada pengeluaran yang tak terduga, terutama biasanya kami dibantu oleh masyarakat peduli api,” tuntas Sahat.
Baca Juga: HMI Pontianak Demo, Tuntut Pelaku Karhutla Ditangkap
Meski bukan tugas pokok dan fungsinya, Pemadam Kebakaran (Damkar) Swasta di Kota Pontianak ikut andil dalam melakukan pemadaman karhutla. Kendati begitu, belum ada jalinan sinergi antara Damkar swasta dan stakeholder terkait.
“Anggota kita merupakan relawan. Mereka tidak mengeluh,” ucap Ketua Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran Pontianak, Ateng Tanjaya saat ditemui di lokasi kebakaran lahan di Jalan Purnama 2 samping komplek Purnama Elok, Senin (20/8).
Namun melihat keadaan kebakaran lahan yang ada membuat mereka tak mampu. Pasalnya, Damkar swasta tugas pokok dan fungsinya kebakaran bangunan. Kini turut memadamkan kebakaran lahan. “Kami tidak mengeluh, tapi kemampuan kami terbatas. Kami boleh dikatakan lumpuh,” ujarnya.
Damkar swasta berkerja tanpa gaji. Di satu sisi, keluarga menuntut ekonomi. Sudah itu mesin-mesin perlu minyak. Termasuk makan minum petugas Damkar swasta.
“Kalau satu dua kali, sepuluh kali kami masih mampu. Sekarang sudah puluhan kali, kami tidak mampu,” keluhnya.
Terkait kebakaran lahan, Damkar swasta perlu perhatian pemerintah. Saat ini koordinasi dengan pihak pemerintah tidak ada. Tapi untuk koordinasi dengan pihak kepolisian ia mengaku mantap.
Kerap membantu memadamkan kebakaran lahan, Damkar swasta belum pernah mendapatkan perhatian pemerintah. Karena Damkar swasta juga ada keterbatasan. “Harapan kami kepada pemerintah ada perhatian,” ujarnya.
Pria dengan kode sapaan Alfa Tango ini menyebutkan, Damkar swasta memang punya semboyan. Anggota tidak diberi gaji maupun imbalan. Tapi berkerja karena agama masing-masing. Punya prinsip yaitu yang mampu mengeluarkan dana, sedangkan yang belum mampu menyumbang tenaga. Nyatanya damkar swasta selalu menyumbang dana dan tenaga.
Untuk anggaran memadamkan kebakaran lahan, ia belum bisa memprediksi yang dikeluarkan masing-masing damkar swasta. Pasalnya dana yang dikeluarkan dalam pemadaman satu lahan tergantung dari luas lahan dan pohon. “Sebab memang susah diprediksi,” sebutnya.
Baca Juga: Sungguh Berharap Karhutla Ini Segera Berlalu
Beda dengan kebakaran rumah, maka dapat diprediksi. Berapa rumah dengan cara melakukan pemblokiran. Sementara lahan gambut terbakar di dalam tanah.
Kebakaran lahan gambut tingkat kesulitan lebih tinggi. Disebutkannya musuh utamanya memang air. Tapi kawan dekatnya adalah angin.
“Jika disemprot, ada pendinginan maka akan padam, namun jika ada angin maka akan berpotensi api kembali hidup,” tukasnya.
Sekarang musim kemarau. Dimana-mana air kering.
“Orang ngomong tandon, sumur dan segala, omong kosong, pada saat kemarau empat meter aja kolam-kolam yang ada udah kering,” sebutnya.
Para Damkar swasta butuh selang panjang. Sementara sumber air tidak ada dan jauh dari rumah penduduk. Akses ke lokasi yang jauh serta tidak ada jalan. Terkadang mobil damkar datang terbenam.
“Makanya satu-satunya kalau menurut kami berdoalah kepada Tuhan, mungkin kita udah banyak dosanya untuk menghindarkan dari musibah,” pungkas Ateng.
Sementara Sekretaris Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran Pontianak, Edi mengaku anggota damkar swasta dalam mengantisipasi kebakaran lahan, langkah yang pertama pastinya menerima laporan terlebih dahulu. Selanjutnya baru bertanya kepada rekan terdekat atau siapapun yang siap untuk mengecek. Karena selama ini damkar swasta banyak di bohongi.
“Dibilang dekat dengan rumah penduduk atau pemukiman, sekali kita cek ternyata jauh. Beratus ratus meter,” kesalnya.
Dalam kebakaran lahan ini, Edi menyebutkan damkar swasta berkerja sesuai dengan SOP. Bahwa api diperkirakan sekitar 50 meter dari pemukiman. Itu pun juga menyesuaikan dengan arah angin.
Edi mengaku selama ini pemadam kebakaran swasta susah untuk berkerja. Alasannya karena keterbatasan dana untuk kebakaran lahan, hampir tidak ada. Dana yang didapati semua hampir 100 persen dari donatur. “Kalau kebakaran lahan ini setiap hari terjadi, wah banyak bangkrut pemadam swasta,” ucap Edi.
Cukup berat tugas dari damkar swasta menanggulangi kebakaran lahan. Meski hanya sampai dini hari untuk memadamkan lahan. Karena petugas damkar swasta juga berkerja. Apalagi aksi panggilan jiwa itu dimulai sejak musim kemarau. Bayangkan dengan waktu yang lama dan keterbatasan dana tapi semangat.
Baca Juga: Parlemen Wacanakan Pembentukan Perda Karhutla
“Apapun yang terjadi damkar tetap berkerja. Apapun yang mereka kerjakan panggilan jiwa yang tidak bisa kita hargai dengan materi,” ujarnya.
Edi mengungkapkan apalagi stakeholder yang selama ini mereka lihat hampir nol persen untuk saling bersinergi dengan damkar swasta.
“Harapan saya supaya kesinergian antara damkar swasta dan stakeholder. Damkar swasta juga dilibatkan. Jangan damkar swasta berkerja dengan semaksimal mereka tapi yang merupakan tanggung jawab dari stakeholder yang menangani kebakaran hutan dan lahan tenang-tenang saja,” tegasnya.
Ditambahkan Humas Damkar Swasta YPKK, H. Arfandi, kendala lain yang dihadapi damkar swasta adalah masalah antrean di SPBU ketika mengisi bahan bakar. Padahal bukan mau gratisan. Tapi paling tidak SPBU mengerti. Kalau damkar mengisi BBM di prioritaskan. Tidak antre.
Tapi ia tak menampik, ada juga SPBU yang mengerti mengarahkan kendaraan damkar swasta untuk masuk. Hal itu dikarenakan sudah menghubungi pemilik serta mohon pengertian.
“Kendaraan kita jelas pemadam kebakaran. Kalau keadaan seperti (kebakaran lahan) ini mana kita mau antre. Sempat api besar dulu. Salah satu kesulitan kita itu, yaa itu. Kita harus antri,” tutupnya.
Sementara itu, Polsek Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya beserta stakeholder terkait setiap hari melaksanakan patroli api. Guna mencegah karhutla semakin meluas.
“Tiap hari kita melakukan pemantauan dan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan patroli api, baik itu anggota bhabinkamtibmas, Kanit sabhara, Kanit intel dan reskrim, maupun saya sendiri selaku kapolsek,” ujar Kapolsek Sungai Kakap, Iptu Antonius Perdamean kepada Rakyat Kalbar, Senin (20/8).
Langkah itu dilakukan sehubungan dengan banyaknya titik api yang terpantau di Kecamatan Sungai Kakap. Khususnya di wilayah Punggur Besar dan Punggur Kecil. “Karena kedua area tersebut berbatasan langsung dengan Rasau Jaya dan Sungai Raya,” katanya.
Pria yang baru saja genap seminggu dilantik sebagai Kapolsek Sungai Kakap, menggantikan AKP Nyandang ini mengaku belum sempat untuk stanby di kantor Mapolsek Sungai Kakap. Lantaran terus melakukan pemantauan dan penanganan permasalahan karhutla. “Hari ini saja menemukan hotspot di daerah perbatasan dengan Rasau Jaya, Pematang Tujuh, dan Sungai Raya. Habis ini kita juga akan mengecek ke lapangan,” terangnya.
Sampai saat ini pihaknya belum berhasil menemukan pelaku pembakar lahan. Lantaran lokasi yang menjadi titik api rata-rata wilayahnya di hutan.
“Di situ tidak ada pemukiman masyarakat, sehingga untuk mengetahui pelakunya memang agak kesulitan buat kita, namun yang kita lakukan sekarang bagaimana mengurangi titik api,” demikian Kapolsek.
Laporan: Ambrosius Junius, Andi Ridwansyah, Maulidi Murni
Editor: Arman Hairiadi