eQuator.co.id – Sekadau-RK. Dua warga Belitang Hilir, Sekadau, Fridolin Tampubolon, 22 dan Farida, 21, tewas mengenaskan, Senin (17/10) malam. Korban merupakan mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) dan mahasiswi Akademi Kebidanan (Akbid) Aisyiyah Pontianak.
Sahabat seperjuangan yang sama-sama sedang menuntut ilmu di Kota Pontianak ini mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Gonis Rabu-Sungai Asam KM 1, Dusun Gonis Rabu, Desa Gonis Tekam, Sekadau Hilir, sekitar pukul 21.00. “Keduanya langsung meninggal di tempat,” kata Bambang, warga yang ikut mengevakuasi jasad korban ke RSUD Sekadau, Selasa dinihari.
Fridolin dan Farida hendak pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Belitang Hilir. Keduanya berboncengan mengendarai sepeda motor jenis Yamaha Vixion bernomor polisi KB 2828 VQ. Keduanya berangkat dari Kota Pontianak Senin sore.
Melintasi Jalan Sekadau-Sintang hingga KM 22, Fridolin dan Farida berbelok ke Jalan Gonis Rabu-Sungai Asam menuju Belitang Hilir. Baru sekitar 1 KM melintasi jalan tersebut, keduanya mengalami kecelakaan, tak jauh dari pemukiman warga.
“Diduga leher keduanya terjerat kabel listrik yang terjuntai di tengah jalan. Mereka langsung jatuh terpental dari motor,” ujar Bambang.
Kabel listrik yang menjerat leher kedua korban bertegangan 220 volt berwarna hitam. Kabel itu mendistribusikan aliran listrik ke pelanggan. Kabel itu terjuntai melintang di jalan raya setinggi leher, setelah tertimpa pohon karet yang tumbang.
“Fridolin terpental dekat dengan tiang listrik. Sementara kawannya (Farida) terpental ke tengah jalan dengan jarak sekitar lima meter dari Fridolin. Sedangkan sepda motor yang digunakan terus melaju dan masuk ke semak sekitar 50 meter dari jasad kedua korban,” jelas Bambang.
Tidak ada yang melihat secara pasti kecelakaan yang dialami kedua korban. Malam itu lokasi kejadian diguyur hujan. Kecelakaan baru diketahui, setelah pengemudi mobil melintas, melihat jasad Farida terkapar di tengah jalan. Para pengendara itu memberitahu warga dan menghubungi polisi.
Empat personil Sat Lantas Polres Sekadau meluncur ke lokasi menggunakan mobil patroli. Polisi meminta bantuan ambulans RSUD Sekadau untuk mengevakuasi kedua jasad korban.
“Diduga kedua korban terjerat kabel listrik, sebelum akhirnya terjatuh dari sepeda motornya,” kata Iptu Teguh, Kasat Lantas Polres Sekadau kepada Rakyat Kalbar di RSUD Sekadau.
Dari tanda-tanda fisik, terlihat bekas luka jeratan di leher kedua korban. “Tapi untuk kemungkinan tersengat aliran listrik, tidak ada tanda-tandanya. Sebab jasad korban tidak mengalami luka bakar. Keduanya mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya, termasuk di kepala,” papar Teguh.
Polisi masih memeriksa secara intensif kasus kecelakaan tersebut. Sepeda motor yang dikendarai korban sudah diamankan polisi sebagai barang bukti.
Langsung Pingsan
Fridolin Tampubolon merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Tampubolon dan Rohimah, warga RT 03/RW 04, Desa Tapang Pulau, Belitang Hilir.
Sementara Farida merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Jaman dan Sampit, warga Dusun Enteras, RT 034/RW 009, Desa Sungai Ayak 2, Belitang Hilir.
Kedua korban tinggal di desa yang bertetangga. Fridolin dan Farida merupakan mahasiswa dan mahasiswi yang tengah menuntut ilmu di Kota Pontianak. Dari identitasnya, Fridolin Tampubolon merupakan mahasiswa Untan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Jurusan Komputer dengan NIM K. 12111018. Sedangkan Farida merupakan mahasiswi Akbid Aisyiyah Pontianak dengan NRP 01006.
Kepergian kedua korban membuat pihak keluarga tertekan. Orangtua Farida langsung datang ke RSUD Sekadau. Sementara ayah Fridolin, Tampubolon yang lumpuh dan istrinya, Rohimah hanya menungu di rumah saja. Fridolin hanya dijemput keluarga terdekatnya.
Mengetahui Farida meninggal, sang ayah, Jaman langsung histeris. “Mengapa dia yang duluan,” kata Jaman sambil menangis.
Tak hanya menangis, Jaman yang melihat jasad anaknya sudah terbujur kaku di ruang mayat IGD RSUD Sekadau langsung pingsan. Tim medis pun memberikan pertolongan dengan memasang selang oksigen di hidungnya. “Bawa ngucap Man, bawa ngucap,” kata salah seorang keluarga korban berusaha menenangkan Jaman yang mulai tersadar setelah sekitar tiga menit pingsan.
Sementara ibu Farida, Sampit juga tampak terpukul. Beberapa kali dia menciumi wajah putrid bungsunya yang sudah menjadi mayat dengan bercucuran air mata.
Dengan terbata-bata Sampit menceritakan, dua hari lalu dia menelepon sang anak, menanyakan apakah akan pulang kampung atau tidak. “Dia (almarhumah) bilang belum pasti. Karena masih ada tugas kuliah, praktek di klinik,” kenang Sampit.
Namun tanpa diduga, sehari setelahnya, Farida pulang ke kampungnya. Dan kepulangannya itu justru hanya untuk mengantar nyawa.
“Biasanya tidak pernah begini. Setiap kali kalau mau pulang, pasti ada nelepon kasih tau. Tapi hari ini tidak ada kasih tau,” tutur Sampit.
Sementara Fridolin, siang harinya sempat menghubungi adik sepupunya, Heri yang mengabarkan akan pulang ke kampungnya. Waktu itu pihak keluarga sempat menyarankan agar menunda kepulangannya. “Tapi dia bilang tidak bias, karena sudah ada janji dengan orang,” kata salah seorang keluarga Fridolin.
Manager PLN Ranting Sekadau, Riski Rhamadan Yusup mengakui ada pohon yang menimpa kabel lisrik di lokasi kecelakaan. “Tapi seperti apa kronologis pastinya, saya masih belum tahu. Karena saya masih berada di Sanggau,” ucap Riski.
Riski menegaskan, malam itu juga petugas PLN sudah menurunkan teknisi ke lokasi. “Sudah kita perbaiki kabelnya,” singkat Riski.
Laporan: Abdu Syukri
Editor: Hamka Saptono