eQuator.co.id – Senin (11/7) malam, kabut asap mulai menyelimuti sebagian wilayah Kubu Raya dan Kota Pontianak. Tak perlu ditebak asal muasalnya, asap tersebut dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah kawasan Kubu Raya.
Kebakaran terjadi di lokasi yang berjauhan. Salah satunya hampir menyentuh objek vital Bandar Udara Internasional Supadio. Tepatnya di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, sekitar lima kilometer dari Bandara. Sekitar 5 hektar lahan milik masyarakat terbakar di sana. Karhutla 5 hektar juga terjadi di Kecamatan Rasau Jaya.
Kepala Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Pontianak Kementerian Kehutanan, Taufikurahman menerangkan, di sekitar Bandara Supadio memang dikenal banyak titik api (hotspot)-nya. Sehingga, kawasan tersebut menjadi locus focus pihaknya.
“Di kawasan bandara banyak yang mandok-mandokan (bersihkan lahan dengan cara dibakar, red) seperti itu. Jadi kita amankan terlebih dahulu yang di dekat bandara. Karena dampaknya cukup luas juga, bisa mengganggu penerbangan,” tutur Taufik kepada Rakyat Kalbar di kantornya, Rasau Jaya, Selasa (12/7).
Satu regu Manggala Agni sudah diturunkan ke Desa Limbung sejak Senin pagi (11/7) hingga pukul 21.00 WIB. Pagi kemarin, angin di lokasi bertiup cukup kuat. Khawatir api merembet ke lahan lain, satu regu kembali diterjunkan guna mempercepat pemadaman dan mencegah menjalarnya api.
“Sudah dua hari dua regu anggota kita lakukan pemadaman di Limbung. Angin di sana cukup kencang, meski tidak luas. Makanya saya perintahkan untuk padamkan barak apinya, karena bahaya kalau sampai terkena angin. Membara lagi nantinya,” terang Taufik.
Karhutla juga terjadi di Olak-olak Kubu, Kecamatan Kubu, sejak Sabtu (9/7). Berdasarkan pantauan Manggala Agni, setidaknya kebakaran mencapai lebih kurang 29 hektar.
“Dua regu pemadam kita sudah diberangkatkan hari ini (12/7) ke lokasi kebakaran yang di Olak-olak Kubu melalui transportasi air. Sebelumnya juga sudah kita kirim anggota untuk melakukan ground check,” ungkapnya.
Ia menerangkan, lokasi Karhutla di Olak-olak Kubu begitu jauh dan harus melalui jalur sungai. Makanya baru Selasa siang anggotanya bisa diberangkatkan ke lokasi.
“Semoga anggota kita dapat segera memadamkan Karhutla di sana. Kita terkendala jarak saja,” ujar Taufik.
Juli-Agustus, diakuinya, merupakan bulan rawan terjadi Karhutla. Sejauh ini, baru dua lokasi Karhutla yang menjadi fokus untuk dipadamkan. Namun, jika nantinya terdapat lagi di daerah lain yang masuk dalam daerah operasinya atau harus membantu daerah operasi lain, Taufik menyatakan akan menerjunkan personilnya dengan kekuatan penuh.
“Hot spot pada Juli dan Agustus meningkat, sehingga grafik pemadaman juga meningkat,” jelasnya.
Lahan-lahan yang dimakan api ini tak lain merupakan lahan gambut. Taufik sangat berharap masyarakat yang berada di sekitarnya maupun pemilik lahan untuk berhati-hati.
Melalui seluler, salah seorang anggota Manggala Agni Daops Pontianak yang tengah berada di Desa Limbung mengatakan api sudah dapat dijinakkan sore kemarin. Meski demikian, regunya tetap memonitoring pergerakan api.
“Kita lanjutkan besok,” terang Jamal. Kata dia, tugas inti Manggala Agni adalah mencegah agar api tidak menyebar ke lahan lain, setelah itu barulah titik api dipadamkan.
KUBU RAYA ENAM HOTSPOT
Setakat ini, Kabupaten Kubu Raya memang dinyatakan memiliki hotspot terbanyak berdasarkan pantauan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak. Ada sebaran enam titik api di sana sesuai pantauan sensor dari Satelit Modis yang dilakukan pada Minggu (10/7).
Titik-titik api lainnya di Kalbar terdapat di Kapuas Hulu dua buah, masing-masing satu di Ketapang, Pontianak, Landak, Mempawah, Sambas, dan Sanggau. Sementara, di Sintang ada tiga titik.
Prakirawan dari BMKG Supadio Pontianak, Sutikno menyebutkan, total titik api di Kalbar 17 buah. “Diperkirakan 2 atau 3 hari, jumlah titik api itu akan berkurang. Karena akan terjadi hujan secara merata di seluruh Kalbar,” ujarnya.
Namun, hujan hanya terjadi dalam waktu singkat dengan intensitas rendah dan sedang. Disertai petir dan guntur.
Hal ini diamini Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kubu Raya, Mokhtar. Ia mengakui ada enam hotspot di Kubu Raya. “Titik api itu terjadi karena ada masyarakat yang membakar rumput bekas membuka lahan, dan bukan lahan yang dibakar,” tuturnya.
Agar tidak menyebar, penanganan enam titik api tersebut diserahkan kepada kelompok masyarakat peduli api. “Jika masyarakat tidak mampu mengatasinya, maka kami yang akan turun ke lapangan untuk memadamkan api di wilayah itu,” jelas Mokhtar.
Hanya saja, ia melanjutkan, cukup sulit untuk menjangkau keseluruhan Kubu Raya. Bukan hanya karena wilayah yang luas , juga beberapa lokasi hanya bisa ditempuh menggunakan kendaraan air. Meski demikian, koordinasi dengan TNI melalui Koramil setempat serta kepolisian di kawasan Karhutla tetap dilakukan.
“Bupati juga sudah menginstruksikan para kepada desa untuk membeli peralatan kebakaran hutan dan lahan menggunakan Anggaran Dana Desa,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Pemadam Kebakaran Pontianak Timur, Sanusi menyatakan, Damkar swasta hingga saat ini belum ada yang membantu. Sehingga pihaknya kewalahan.
“Terus terang, kami di lapangan bahan bakar tidak ada yang membantu. Kami harap pemerintah bisa mensupport bahan bakar. Kalau ada bantuan bahan bakar, ringan sedikitlah beban kita,” beber Sanusi. (*)
Ocsya Ade CP, Syamsul Arifin, Rasau Jaya