“Masyarakat diminta tidak terpancing, tidak terprovokasi,”— Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Imam Riyadi
eQuator.co.id – Putussibau-RK. Tiga pelajar SMA di Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu, diamankan kepolisian setempat karena diduga melakukan penodaan agama. Mereka berinisial AF, IA dan Hn.
Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Imam Riyadi menjelaskan, saat ini pihaknya tengah menangani perkara tersebut secara hukum yang berlaku. “Kami sudah memeriksa saksi-saksi di lapangan, serta mengumpulkan barang bukti,” tutur Imam, dihubungi Senin (20/11).
Berdasarkan laporan yang ia terima, dugaan penodaan agama tersebut dilakukan dengan menghempaskan Alquran ke lantai kelas, saat masih jam sekolah. Selain itu, banyak hal-hal yang tidak pantas dilakukan calon penerus bangsa ini.
Ketika melakukan pelecehan terhadap Alquran, ketiga pelajar merekam momen tersebut menggunakan smartphone-nya. Kala itu, mereka sambil tertawa seraya mengatakan hal yang tidak sedap didengar.
Warga yang mengetahui kejadian ini langsung melapor ke Polsek Mentebah, Sabtu (18/11). Polisi bergerak cepat.
Setelah mengamankan pelaku dan memeriksa sejumlah saksi serta penyitaan barang bukti, Imam melanjutkan, pihaknya kemudian melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat di Kecamatan Mentebah. Demi menjaga kondusivitas, menguatkan persatuan yang selama ini sudah ada dan agar tidak menimbulkan gejolak.
“Masyarakat diminta tidak terpancing dengan situasi dan tidak terprovokasi oleh informasi hoax. Kita terus menjaga situasi agar tetap kondusif,” tegas Imam.
Terpisah, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kapuas Hulu, Zainudin, sangat menyayangkan hal tersebut bisa terjadi. Apalagi dilakukan oleh anak-anak berpendidikan.
Zainudin mengimbau kejadian ini agar tidak dikaitkan dengan isu agama maupun suku. “Yang berbuat ini oknum. Kalau pun pelaku ini salah, maka mereka ini yang harus diproses hukum,” tegasnya.
Ia kembali meminta masyarakat Kapuas Hulu lebih cermat menyikapi persoalan tersebut. “Biarkan proses hukum itu berjalan, masyarakat Kapuas Hulu jangan terpancing masalah ini sehingga menggangu kerukunan dalam beragama,” ujar Zainudin.
Bercermin dari kejadian ini, ia mengajak stakeholder, terutama pemerintah, untuk memperkuat pembinaan keagamaan. Khususnya pembinaan yang terkait dengan toleransi beragama.
“Kita belum maksimal untuk melakukan pembinaan ini, makanya kedepan akan kami tingkatkan program toleransi beragama ini ke sekolah-sekolah,” ucapnya.
Selain itu, ia menyarankan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan agar lebih mempertajam kurikulum yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan. Sehingga para pelajar bisa menghargai yang namanya perbedaan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.
Senada, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kapuas Hulu, Muhammad Basri, mengharapkan masalah ini tidak dibesar-besarkan. Agar tidak merembet ke persoalan agama maupun suku.
“Ini tidak ada kaitannya dengan masalah agama, apalagi suku. Ini hanyalah dilakukan oknum saja,” tegasnya.
Ia menekankan, pelaku lah yang harus ditindak tegas secara hukum yang berlaku. Sehingga tidak menimbulkan gejolak di masyarakat dan memberi efek jera. Sebab, toleransi beragama di Kapuas Hulu selama ini sudah sangat baik.
“Jangan sampai masalah ini membuat persatuan dan toleransi beragama di Bumi Uncak Kapuas jadi rusak,” seru Basri.
Dari Pontianak, Ketua MUI Kalbar, HM. Basri Har meminta aparat terkait menindaklanjutinya. “Kita akan melakukan koordinasi dengan MUI Kapuas Hulu, kita berharap masyarakat tidak terpcancing dan tetap menjaga kondusifitas,” tuturnya singkat, dihubungi reporter Rakyat Kalbar, Maulidi Murni, tadi malam (21/11).
Laporan: Andreas
Editor: Ocsya Ade CP