Setelah empat tahun mengarungi bahtera rumah tangga, pasangan Luh Gede Irin Pradnnyawati, 29, alias Irin dan Putu Agra Ricna Sukarmawan, 30, alias Agra akhirnya dikaruniai empat orang anak kembar yang ditangani oleh 11 orang dokter spesialis sekaligus Di RSIA Puri Bunda Denpasar. Selama hamil hingga lahir, ibu dan bayinya sempat mengalami beberapa masa-masa sulit.
Agung Bayu, Denpasar
eQuator.co.id – SEBELUM mendapat anugerah itu, usai Irin sempat mengalami kesulitan hamil. Padahal saat itu jumlah konsultasi, pemeriksaan dan terapi kesuburan telah dijalani secara bertahap puluhan kali. Hingga akhirnya dengan bantuan teknologi reproduksi alias bayi tabung di RSIA Puri Bunda akhirnya dinyatakan positif hamil.
Wanita yang merupakan Guru Matematika di SMK 2 Harapan Banjar Untal – Untal, ini sempat dinyatakan bahwa saluran tubafalopinya tersumbat. Itulah yang menyebabkan dirinya sulit hamil. Kondisi tersebut diketahuinya usai menjalani pemeriksaan HSG di rumah sakit. Hingga kemudian keduanya memutuskan melakukan upaya bayi tabung.
“Di awal pernikahan kami mencoba dengan cara alami setahun menunggu tapi tidak berhasil. Lalu ke dokter juga diberi vitamin namun juga tidak berhasil. Dan ada yang menyarankan HSG. Ternyata ditemukan bahwa saya mengalami masalah reproduksi. Saluran tubafalopi. Sehingga memutuskan untuk program,” jelasnya dengan muka sumringah, kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Jumat (31/8).
Setelah menjalani program bayi tabung dan embrio ditanam di rahimnya, Irin tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Hingga pemeriksaan kehamilan pertama keduanya kaget lantaran mendapat kabar bahwa pihaknya mengandung kembar tiga. Hingga bulan depannya lagi justru menjadi kembar empat.
“Untungnya membelah sempurna dan ada detak jantungnya. Itu yang kami takutkan. Saya dan suami antara senang dan sedih juga. Senangnya ya sekaligus empat. Sedihnya karena risikonya sangat tinggi dengan badan saya yang sekecil ini,” ucapnya.
Pihaknya sempat merasa sedih dengan kenyataan mengandung bayi kembar empat. Tidak lain adalah karena bayang – bayang dari risiko kehamilan kembar yang selalu menghantui. Namun Irin mampu melaluinya. Mengingat ini adalah jawaban doanya dan momen yang ditunggu – tunggu.
“Saya jalani dengan ikhlas sehingga saya senang sekali,” ungkapnya.
Selama mengandung tersebut aliran support tecurah dari berbagai sisi. Berat badannya yang semula 50 kilogram pun bertambah hingga 72 kilogram. “Di tujuh bulan kehamilan terasa sangat berat sehingga disarankan bedrest selama 3 minggu di rumah sakit. Dipantau terus dan emang tidak bisa melewati 34 minggu. Untunya saat pecah ketuban juga di RS,” jelasnya.
Agra pun menyambut dengan bangga. Laki – laki asal Singaraja yang bekerja di Kantor PLN Renon, ini pun menyampaikan bahwa untuk mendapatkan buah hati itu tidak dapat dihargai dengan uang. Rentang dari 3 tahun pernikahannya itu, Agra sangat konsen dengan kondisi psikis istrinya.
“Saya tahu istri saya butuh penanganan yang khusus banget setelah kehamilan kembar empat,” jelasnya.
Tanggal 12 Juli 2018 lalu Irin sempat mengalami kontraksi rahim disertai keluar lendir bercampur darah. Gejala – gejala persalinan prematur tersebut terjadi saat kehamilan 28 sampai 29 minggu. Namun, akhirnya dapat ditangani dengan tepat oleh pihak dokter terkait dengan pemberian obat percepatan pematangan paru – paru. Dan harus menjalani rawat inap hingga 20 hari kemudian.
Setelah dapat tertangani dengan baik, justru pada usia kehamilan 32 minggu akhirnya Irin pecah ketuban. Dan tepatnya Rabu (1/8) akhirnya Irin menjalani operasi sesar. Hingga akhirnya persalinan berjalan lancar. Irin dirawat di ICU sementara keempat buah hatinya di ruang intensif neonatus atau NICU.
Jenis kelamin keempatnya merupakan 1 laki – laki dan 3 perempuan. Dengan berat lahir masing – masing 1,660, 1,530, 1,470 dan 1,200 gram. Keempat saudara kembar tersebut pun juga melalui perjuangan yang gigih. Lantaran sempat mengalami pendarahan saluran cerna. Keempatnya berhasil keluar dari perawatan intensif setelah melewati masa transisi di ruang intermediate.
Setelah sebulan dirawat, akhirnya empat saudara kembar tersebut mulai stabil dan mampu minum susu dengan baik. Juga sudah diperbolehkan pulang. Hingga beratnya masing – masing mencapai 2.100, 2.020, 2000 dan 1600 gram.
Sedangkan Konsultan Fetomaternal dr Wayan Artana Putra menyampaikan bahwa kehamilan kembar empat pada Irin ini terjadi dari 2 sel telur yang berhasil dibuahi oleh sperma. Dimana pihaknya menjelaskan satu sel telur memang tidak membelah diri yang kemudian lahir dengan jenis kelamin laki – laki. Kemudian satu sel telur lainnya membelah menjadi 3 embrio yang kemudian diketahui berjenis kelamin perempuan semuanya.
“Pada pemeriksaan awal dengan keterbatasan USG yang hanya memotong 11 satu bidang saja, jadi luput. Diketahuinya hanya kembar tiga. Hingga selanjutnya bulan depannya diketahui ternyata justru kembar empat. Karena posisi kantong kehamilan pun tumpang tindih,” jelasnya.
Irin pun saat itu juga diberi tambahan hormon progesteron untuk menenangkan rahimnya. Juga obat untuk menghilangkan kontraksi rahi. Serta tambahan vitamin dan kalsium. Termasuk antibiotik karena Irin sempat mengalami infeksi saluran kencing.
Tim Health Home Care RSIA Puri Bunda pun telah melakukan kunjungan ke rumah pasutri tersebut di Perumahan Dalung Permai, Badung guna memastikan kesiapan dan kelayakan kamar si kembar empat. Dalan menyambut kepulangannya pada Jumat (31/8).
Sementara Dirut RSIA Puri Bunda dr. IB Semadi Putra, SpOG mengatakan kehamilan kembar empat atau quadruplet ini terbilang langka, dengan angka kejadian satu dibandingkan 512 ribu kehamilan. Sehingga merupakan kehamilan luar biasa dan berisiko. Berbagai risiko dan penyulit pada kehamilan quadruplet ini jauh lebih sering muncul. Risiko keguguran dan lahir prematur pun lebih sering.
“Yang terpenting adalah bagaimana sejak awal kehamilan sampai pulang. Kami sudah berkomitmen untuk terus memantau perkembangan bayi yang kecil, mungil dan prematur ini bisa mencapai kondisi yang maksimal,” terangnya.
Berbagai aspek dalam pelayanan yang holistik pun dicurahkan oleh pihak dokter, termasuk aspek sosial dan finansialnya. Lantaran beban yang begitu berat baik saat kehamilan, persalinan dan setelah lahir.
Sementara itu Konsultan spesialis anak dr. Wayan Dharma Artana menyampaikan bahwa tahapan kehamilan berisiko seperti ini sangat kritis sejak umur lahir sampai usia 4 minggu. Pasalnya organ – organ bayi pun belum berkembang sempurna. Selanjutnya fase stabilisasi, jika sudah melewati fase ini maka akan dilakukan penyapihan dari alat – alat yang digunakan. Fase terakhir adalah fase adaptasi yang memakan waktu lebih lama tinimbang fase lainnya.
Dokter lainnya, Made Suyasa Jaya, menyampaikan bahwa dalam menangani kelahiran pihaknya sangat konsen pada 1000 hari pertama. Sebagai titik yang harus dimaksimalkan untuk tumbuh kembang. Sejak tahun 2014 hingga saat ini tercatat 88 kehamilan kembar di RSIA Puri Bunda. Yang kesemuanya disebut rata – rata kembar dua. (BALI EXPRESS/JPG)