Krisis Air Jangan “Dipelihara”

PDAM: Waduk Kering, Biaya Membengkak

PDAM DIDEMO: Sejumlah massa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menuntut perbaikan kinerja di tubuh PDAM, Kamis (25/2). Ini menyusul distribusi bergilir yang diterapkan PDAM sejak awal Februari.

eQuator.co.id – FUAD MUHAMMAD/BALIKPAPAN POS

PDAM DIDEMO: Sejumlah massa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menuntut perbaikan kinerja di tubuh PDAM, Kamis (25/2). Ini menyusul distribusi bergilir yang diterapkan PDAM sejak awal Februari.

BALIKPAPAN–Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Balikpapan menepati ucapannya akan menggelar aksi demo di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Balikpapan. Kemarin (25/2), puluhan anggota organisasi Hijau Hitam -julukan HMI- menyampaikan aspirasinya terkait krisis air yang dialami masyarakat saat ini.

Ada beberapa tuntutan dalam aksi tersebut, termasuk kompensasi tarif kepada pelanggan atas tidak jelasnya pelayanan PDAM saat ini. Aksi berjalan dari pukul 10.00 Wita dengan dikawal puluhan anggota kepolisian. Setelah lebih dari satu jam berorasi, 10 perwakilan mahasiswa diperkenankan berdialog dengan Dirut PDAM, Haidir Effendi didampingi Direktur Umum Gazali Rakhman, Direktur Tekni Anang Fadliansyah, dan Humas PDAM. Dialog ini dipandu staf hubungan pelanggan Suryo di aula lantai III gedung PDAM.

“PDAM harusnya melakukan perbaikan pelayanan kepada masyarakat, bukan seperti sekarang ini. Apalagi, kondisi kekeringan setiap tahunnya sudah dapat diprediksi. Seharusnya PDAM mampu melakukan langkah-langkah penanganan,” tutur koordinator lapangan, Gusti Ahmad Hanafi.

Perwakilan mahasiswa yang diterima jajaran direksi PDAM mendapat penjelasan dan tanya jawab hingga kurang lebih satu jam. Soal demo ini, Dirut PDAM menilai, tidak ada masalah sebagai bagian dari hak berpendapat sepanjang dilakukan tidak melanggar hukum.

“Siapa saja yang mau menyampaikan aspirasi kita siap diskusi,” ujarnya.

Menurutnya, aspirasi yang disampaikan merupakan hal wajar. Apa yang dapat ditindaklanjuti akan dilanjutkan, dan apa yang di luar kewenangannya akan disampaikan ke pemerintah.

“Ya, kami terima kasih kepada mahasiswa yang punya atensi soal ini,” katanya.

Soal kompensasi tarif pelanggan, ia mengatakan, hal itu belum dapat dilakukan, lantaran PDAM sekarang ini mengalami penambahan biaya terkait situasi kekeringan di waduk. “Potensi lose pendapatan kita banyak juga untuk operasional dan menjaga waduk tetap operasional,” tandasnya.

Profit PDAM sekitar Rp 4-5 miliar. Dana tersebut diputar kembali untuk operasional dan peningkatan sambungan baru. ”Ini kami lagi diaudit keuangan,” ujarnya.

Haidir juga menambahkan, bahwa kekeringan akibat kemarau baru kali ini terjadi. “Dua tahun lalu itu kami sengaja lakukan pembuangan air, karena ada kebocoran di intake. Kalau nggak dilakukan, akan berakibat fatal pada tubuh bendung,” sebutnya.

Dia juga menjelaskan, bahwa persoalan ketersediaan air sebenarnya ada pada kewenangan pemerintah, dalam hal Kementerian PU melalui BWS dan pemerintah daerah untuk menyediakan air baku. “Kami selaku operator saja. Tapi kita tidak tinggal diam, kita melakukan upaya maksimalisasi sumur dalam yang ada,” jelasnya.

Usai pertemuan dengan jajaran direksi PDAM, mahasiswa berjanji akan kembali dengan membawa rencana solusi.

“Kami masih ada sedikit kerancuan. Kami akan olah lagi, bahwa HMI akan mencoba mengoreksi lagi dan mencari apa sih yang harus dilakukan manajemen PDAM. Solusi yang sebenarnya yang kami berikan, adalah bagaimana Balikpapan menciptakan waduk lagi, suatu wadah resapan air yang lebih besar lagi. Hari ini kan yang berguna hanya sumur-sumur dan Waduk Manggar saja,” tukasnya. (tur/war)