-ads-
Home Headline Kita Jangan Kayak Anak Ayam, Dicecer Sana-sini Dulu

Kita Jangan Kayak Anak Ayam, Dicecer Sana-sini Dulu

Protes Orangtua Pelajar SDN 01 Pontianak

SUDAH NYAMAN. Murid-murid SDN 01 Kota Pontianak ikut dalam aksi penolakan penggusuran sekolah mereka yang rencananya akan dibangun lahan parkir, di depan Hotel Neo, Jalan Letjen Suprapto, Pontianak Selatan, Selasa (9/5) siang. Mereka mengaku sudah kerasan bersekolah di sana. OCSYA ADE CP-RK

Daffa, murid SDN 01 Kota Pontianak rela menunda kepulangannya ke rumah pascaberakhirnya kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ia cintai. Bocah berkaos kuning ini tak takut berpanas-panasan demi  mengikuti langkah orangtuanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan sekolahnya yang rencananya akan digusur pemerintah setempat.

Ocsya Ade CP, Ambrosius Junius, Iman Santosa, Pontianak

eQuator.co.id – Daffa merupakan salah satu murid-murid kelas 4 sampai 6 SDN 01 yang ikut berteriak, menyuarakan tuntutan para pendemonstrasi di depan Hotel Neo, Jalan Letjen Suprapto, Pontianak Selatan, Selasa (9/5) siang. Aksi damai disertai penyegelan Hotel Neo ini diprakarsai sejumlah wali murid, warga dan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Warga Pontianak Peduli SDN 01.

-ads-

Mereka berorasi memakan separuh badan jalan tak jauh dari pertigaan Jalan Gajah Mada tersebut. Mereka berteriak sambil mengangkat poster-poster bertulisan pentuntutan dan pernyataan keras.

Daffa, yang wajahnya penuh peluh tetap semangat mengangkat poster yang dibawanya. Sesekali ia mengepalkan tangannya ke atas dengan teriakan, sambil mengelap butiran keringat yang membasahi wajahnya. Ketika demonstran dewasa siap-siap bertemu dengan manajemen Hotel Neo, Daffa merapatkan barisan dengan anak seusianya di halaman sekolah. Bocah-bocah yang belum paham soal politik ini, mengumpulkan poster-poster yang tadinya mereka junjung.

“Kami tidak mau sekolah ini digusur. Karena di sekolah ini kami mendapatkan ilmu,” kata Daffa, sambil mengumpulkan poster.

Rendi pun sama, tak ingin sekolahnya digusur. “SD 01 tempat kami belajar. Tempat kami untuk kejar cita-cita. Jangan hancurkan sekolah kami,” harapnya.

Di wajah-wajah mereka tampak terpancarkan sejuta harapan agar dapat terus mengenyam bangku sekolah dengan layak sama halnya dengan pelajar Indonesia lainnya. Apalagi saat ini, dunia pendidikan benar-benar diperhatikan Presiden Joko Widodo.

Aksi massa itu juga diwarnai orasi dari orangtua siswa SDN 01. Mereka meminta pemerintah tidak bermain mata dengan pengusaha.

“Lahan ini bukan milik walikota. Sekolah ini sudah ada jauh sebelum Sutarmidji jadi walikota,” orasi salah satu orangtua siswa.

Para orangtua siswa menuntut transparansi dari pemerintah kota terkait permasalahan ini. Mereka tak ingin pemerintah mengorbankan kepentingan masyarakat untuk memfasilitasi kepentingan pengusaha.

“Harusnya kalau ini lahan pendidikan, dijadikan juga untuk kepentingan pendidikan dan anak seperti taman bermain,” tuntut mereka.

Linda, orangtua murid lainnya yang hadir dalam aksi demonstrasi mengaku menyayangkan pemerintah mengorbankan sekolah untuk kepentingan hotel. “Kami keberatan apabila sekolah ini tiba-tiba digusur, bagaimana nasib anak-anak kita,” ujarnya.

Yang membuatnya tambah tak setuju adalah sekolah digusur lebih dulu sebelum adanya gedung pengganti sehingga kemungkinan para siswa dititipkan ke sekolah lain. “Kalau pemerintah mau menyediakan tempat untuk kita semuanyalah pindah, jangan kayak anak ayam kita, dicecer sana-sini dulu,” ujarnya.

Faktor kenyamanan para orangtua murid juga menyebabkan mereka memilih bertahan di SDN 01. Veronica, orangtua yang tidak ikut demo, menyatakan jika dipindahkan pasti jauh jarak sekolah yang baru dengan rumahnya. “Yang biasa jalan kaki ke sini pasti akan naik oplet lagi,” ujarnya.

Menurut warga Jalan Veteran ini, hubungan antara guru dan murid pun sudah dekat. Jika para peserta didik di sekolah tersebut dipindahkan, penyesuaian di lingkungan sekolah baru pasti akan lama.

“Adaptasinya nanti yang agak susah, anak di sini juga sudah biasa dengan gurunya,” ucapnya.

Karena sudah memiliki ikatan emosional itu, seandainya dipindahkan para guru juga harus mengikuti para murid itu. “Kalaupun dipindahkan, kita harus satu tempat, bersama gurunya juga,” imbuh Veronica.

Wanita asal Kupang, Nusa Tenggara Timur ini anak-anaknya masih duduk di bangku kelas III dan kelas I. Dia menyayangkan kenapa pemerintah harus kalah sehingga sekolah tersebut dibongkar.

“Banyak sekolah-sekolah di luar kota Pontianak ini yang mesti diperbaiki oleh pemerintah, di kota ini banyak sekolah yang sudah bagus kenapa harus dibongkar,” imbuhnya.

Namun, apapun keputusan nanti, yang terpenting, menurut Veronica, anak-anaknya bisa menerima dengan baik di sekolah baru nanti. “Mana yang terbaik saja lah, ini kan anak mau menimba ilmu,” ucapnya.

Hal senada dikatakan Reren, menurutnya sebagai orangtua murid sudah merasa enjoy menyekolahkan anaknya di sekolah itu. Dia tidak setuju jika harus bergabung ke sekolah lain.

“Yang saya dengar guru-gurunya juga ikutan bubar, berarti murid-murid di sini harus ada adaptasi lagi,” ucap warga Jalan Imam Bonjol itu.

Dia berharap sekolah itu tidak dibongkar dan jangan dipindahkan. Namun, hanya bisa pasrah apapun yang putuskan oleh pemerintah kota nantinya.

“Tapi kalau memang begitu apa boleh buat lah, kita juga tidak bisa melawan,” pungkasnya.

Lain lagi Sudaryanto. Pendapatnya sama dengan Veronica. Ia setuju dipindahkan, tetapi harus bersama dengan para gurunya. Para murid ditempatkan disatu sekolah yang sama.

“Lihat sekolahnya dulu, kalau satu tempat setuju murid di sini sudah terbiasa dengan guru-gurunya,” ucapnya.

Imbuh dia, “Guru dan murid jangan ditelantarkan. Dirikan dulu, dan tumpangkan dulu anak-anak ini”.

Menurut pengakuan Warga Jeruju, Pontianak Barat ini, dari anak sampai ke cucunya menimba ilmu di SDN 01. Dia tidak ingin nama sekolah itu hilang begitu saja. Meskipun banyak SD di kawasan Pontianak Barat. Artinya, faktor turun temurun dan kenyamanan lah faktor dia menyekolahkan anak cucunya ke sekolah tersebut.

“Anak saya dulu sekolah di sini juga, dulu keadaan tidak seperti ini, sekarang cucu-cucu saya sekolah di sini juga. Boleh dipindahkan, tapi SD 01 jangan hilang,” pintanya.

Empat cucunya disekolahkan di SD negeri itu, masing-masing duduk  di bangku kelas VI, kelas I dan dua cucunya di kelas II. Dia sangat menyanyangkan karena pembangunan banyak aset milik pemerintah yang harus menjadi korban.

“Banyak aset daerah yang dikorbankan, kalau Isu-isu seperti ini, kasihan murid-murid juga,” pungkasnya.

Ditemui Rakyat Kalbar, Kepala SDN 01, Sunarti enggan berkomentar banyak. Dia hanya menerangkan, di sekolah itu terdapat enam kelas dengan 10 orang pengajar. Menurut rencana para siswa akan dipindahkan ke SD 06.

“Di sini ada 222 siswa, enam kelasa, delapan guru PNS dan dua guru honor,” ucapnya.

Kembali ke demonstrasi, Selain para orangtua, hadir pula sejumlah perwakilan masyarakat yang turut perduli dengan masalah penggusuran SD Negeri 01. Seperti dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang sebelumnya juga sempat menyuarakan permasalahan ini ke DPRD kota Pontianak.

Mereka mengaku mendapat janji dari pemerintah kota Pontianak bahwa pemkot akan menggelar pertemuan dengan para wali murid. Namun sampai hari ini pertemuan tersebut belum juga terwujud.

Kuasa hukum solidaritas masyarakat peduli SDN 01 Pontianak, Deni Amirudin, kepada awak media menegaskan, bahwa pihaknya sedang mempersiapkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

“Saya sudah koordinasi dengan PTUN dalam masalah ini, kami sedang melengkapi berkas-berkasnya, paling tidak untuk menggagalkan kebijakan walikota pontianak untuk menggusur SDN 01 pontianak untuk dijadikan gedung parkir,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil upaya hukum secara maksimal guna mempertahankan keberadaan sekolah tersebut. “Baik itu gugatan ke (pengadilan) tata usaha negara, dan kalaupun ada pidana kita pidanakan, kita tidak ragu-ragu lagi,” tegasnya.

Ia dan sejumlah rekan pengacara saat ini sedang mengkaji karena ada dugaan telah terjadi pelanggaran dalam penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB) hotel Neo yang berada di sebelah sekolah dan ditenggarai tak memiliki lahan parkir.

“Dengan kami melihat adanya bangunan di sekitar SD Negeri 01 ini tanpa ada lahan parkir, IMB nya kok bisa diterbitkan, lalu serta merta berikutnya SDN 01 itu dijadikan lahan parkir, apakah benar ini pertanyaannya untuk masyarakat atau untuk hotel NEO,” tanyanya. Deni juga meminta Sutarmidji untuk tidak menakut-nakuti masyarakat.

“Ndak usah berkilah-kilah, bilang jembatan landak akan tertunda, water front city akan tertunda, itu nggak ada korelasinya sama sekali,” imbuhnya.

Usai orasi dengan dijaga ketat oleh pihak kepolisian, massa yang berjumlah puluhan orang itu kemudian menemui pihak manajemen hotel. Mereka menyerahkan surat tuntutan yang ditanda tangani oleh perwakilan unsur demonstran.

Sayangnya, pihak perwakilan manajemen hotel enggan memberikan komentar saat dimintai konfirmasi oleh awak koran ini. “Nanti saja mas,” ungkapnya. (*)

 

Editor: Mohamad iQbaL

 

 

 

 

Exit mobile version