-ads-
Home Rakyat Kalbar Mempawah Kewalahan Tangani 7,6 Juta Ton Kargo. Pelabuhan Kijing Bakal Gantikan Pontianak

Kewalahan Tangani 7,6 Juta Ton Kargo. Pelabuhan Kijing Bakal Gantikan Pontianak

Ilustrasi. Net

eQuator.co.id – Mempawah-RK. Sebagai pelabuhan dalam wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang meliputi Sumatera dan Kalbar, Terminal Internasional Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit akan menjadi pelabuhan padat. Bahkan, berpeluang menggantikan peran Pelabuhan Pontianak yang sudah kewalahan mengakomodasi 7,6 juta ton kargo.

Begitu paparan Direktur Komersial dan Pengembangan Perusahaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, Saptono Rahayu Irianto di Pendopo Rumah Dinas Bupati Mempawah, Selasa (14/6). Ikut serta dalam Safari Ramadan Pemprov Kalbar, Saptono berkesempatan bertatap muka dengan masyarakat Sungai Kunyit, pemilik lahan yang akan menjadi lokasi pembangunan pelabuhan internasional itu nantinya. “Saat ini Terminal Kijing ini masih masuk dalam Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Pelabuhan Pontianak,” jelasnya.

Saptono meminta dukungan dari masyarakat, agar Pelindo II dapat melaksanakan tugas dari pemerintah pusat untuk merealisasikan dan mengelola pelabuhan internasional di Sungai Kunyit. Ia menerangkan, Pelabuhan Pontianak yang masuk dalam wilayah pengelolaan PT Pelindo II, mempunyai beberapa program pengembangan pelabuhan. Hal itu sesuai dengan program pemerintah, yakni meningkatkan sektor maritim.

-ads-

Menurutnya, pemerintah fokus pada upaya menekan biaya logistik agar terjangkau. Untuk itu, maka jalur maritim dari barat ke timur harus siap infrastrukturnya. “Pelindo II punya beberapa program untuk mendukung program pemerintah mengenai pengembangan sektor maritim. Pengembangan pelabuhan dilakukan Pelindo II di Sorong Papua, Palembang, dan Kijing di Kalbar,” tuturnya.

Dia menyebut, semua program itu sudah masuk dalam program percepatan infrastruktur pemerintah. Saat ini, Pelindo II mengutamakan proyek pembangunan pelabuhan Kijing. Hal tersebut disebabkan beberapa hal. Pertama, Pontianak sebagai salah satu dari 12 wilayah operasional Pelindo II hanya memiliki pelabuhan sungai yang mempunyai keterbatasan kedalaman. Dengan kondisi tersebut, hanya kapal-kapal kecil yang bisa masuk. “Padahal dunia luar sekarang kapal-kapalnya besar,” ujarnya.

Jika tidak dapat memilih lokasi lain yang punya kedalaman cukup, maka pelabuhan bersangkutan akan kalah bersaing. Kalau kalah bersaing, maka kalah pula dalam mencari kesempatan mengembangkan ekonomi di wilayah terkait. “Oleh sebab itu, Pelindo II merencanakan untuk memindahkan pelabuhan Pontianak yang berupa pelabuhan sungai menjadi pelabuhan laut. Mengapa kita memilih laut? Karena laut memberikan kedalaman yang cukup. Salah satu alternatif yang dipilih adalah di Kijing Kabupaten Mempawah,” terangnya.

Saptono menyebut, pelabuhan internasional di Sungai Kunyit sebagai salah satu solusi pengembangan ekonomi Kalbar agar bisa terbebas dari keterbatasan-keterbatasan yang ada. Kalbar punya sejumlah potensi agroindustri. Salah satunya, kelapa sawit.

Menurut dia, berdasarkan studi konsultan, produksi kelapa sawit yang pesat merupakan salah satu potensi kargo yang bisa ditangani di Pelabuhan Kijing. Dengan adanya potensi pengembangan produk turunan kelapa sawit, maka peluang ekspor terbuka dan semuanya membutuhkan tenaga kerja. “Jadi ini prospek ke depan,” ucapnya.

Ia menuturkan, dengan komoditas utama di Kalbar seperti crude palm oil, bauksit, timber, dan rubber yang tersebar dari wilayah utara sampai selatan, maka diproyeksikan terjadi pertumbuhan kargo. Di tahun 2016 saja, tercatat sekitar 7,6 juta ton kargo.

Diperkirakan 15 tahun mendatang, jumlah kargo bakal meningkat menjadi 53 juta ton. Untuk mengakomodasi 7,6 juta ton saja, Pelabuhan Pontianak sudah kewalahan.“Tahun 2030 atau 15 tahun dari sekarang, volume ini akan menjadi tujuh kali lipat. Bayangkan turunannya akan berapa kali besarnya? Jadi mudah-mudahan ini bisa tercapai, dimana ganti untungnya adalah kesempatan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan di  Kalbar, khususnya di Mempawah,” jelasnya.

Menyikapi paparan tersebut, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya menyebut Mempawah sebagai daerah yang istimewa. Meski mengecil secara geografis sebagai dampak dari dua kali pemekaran wilayah, ia menilai Mempawah tinggal menunggu waktu untuk menjadi pusat perekonomian. “Pusatnya nanti disini. Pusat kehidupan pelabuhan yang akan mewadahi seluruh Kalbar. Karena nanti pelabuhan Pontianak akan pindah. Ini nanti akan banyak sekali efeknya di bidang ekonomi,” sebutnya.

Menurutnya, pembangunan infrastruktur di Mempawah maju pesat. Diantaranya berupa pembangunan kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Kecamatan Segedong, pembangunan Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat Kementerian Perhubungan di Kecamatan Mempawah Timur, dan pelabuhan internasional di Kecamatan Sungai Kunyit. “Bayangkan Mempawah bisa menjadi pusatnya. Sebentar lagi kita dengan Pelindo akan membangun pelabuhan internasional dengan anggaran triliunan. Karena itu, saya berpesan agar masyarakat banyak bersyukur. Selain itu tentu saja mendukung penuh pembangunan ini,” imbaunya.

Kalbar juga memiliki potensi kelapa sawit yang dalam dua tahun ke depan sudah mencapai 1,5 juta hektar, karena sekarang sudah 1,2 juta hektar. Meski ekspor VCO luar biasa, tapi pajak ekspornya tidak masuk ke Kalbar karena tidak adanya pelabuhan ekspor. “Jadi kalau Pelindo bisa realisasikan ini, keuntungan luar biasa bagi daerah kita, bukan saja Mempawah,” terangnya.

Sementara itu, Bupati Mempawah Ria Norsan menyebut, pengaruh keberadaan pelabuhan internasional sangat besar terhadap pembangunan Kabupaten Mempawah. Jika pembangunan terealisasi, Kecamatan Sungai Kunyit kelak bisa lebih besar daripada kota Mempawah. “Karena pelabuhan itu ibaratnya gula. Kalau sudah ada gulanya, insya Allah tanpa disuruh pun semut akan datang. Jadi kalau sudah ada pelabuhan, berbagai investor akan tumbuh. Otomatis kebutuhan akan tenaga kerja akan besar. Mudah-mudahan tenaga kerja ini nantinya adalah warga yang ada di Sungai Kunyit dan sekitarnya,” harapnya.

Reporter: Ari Sandy

Redaktur: Yuni Kurniyanto

Exit mobile version