eQuator – Tidak serius diterapkannya sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) membuat isu halal-haram kerap bergulir di masyarakat. Terlebih di kawasan wisata seperti Kota Singkawang. Buntutnya bisa jadi fitnah. Celakanya isu bakso daging babi itu terlanjur merebak di Facebook.
Kisahnya awal Oktober lalu, Rini posting status di akun Facebook-nya, Rhinnie Pandi. Begini bunyinya. “Hayoo siapa yang pernah makan bakso sijantung hati, udh diperiksa badan pok ternyata dagingnya memakai babi, skrg bakso…..juga diperiksa klo memakai babi jga ya. Allah ampuni hamba karena udh makan2 yg haram. Ush nak makan bakso agex lah mun giye, mending masak di rumah aman.”
Tak makan waktu lama, status Rini kontan bikin heboh. Hampir dua bulan masyarakat Kota Singkawang takut makan bakso. Tak hanya ogah makan di warung bakso Si Jantung Hati dekat Lapangan Sepakbola Tarakan itu. Hampir semua pedagang bakso melorot pangsa pasarnya. Apa macam?
Sebab, kalau diterjemahkan maksud status itu kurang lebih; Hayo siapa yang pernah makan bakso Si Jantung Hati, sudah diperiksa badan ini ternyata dagingnya memakai babi, sekarang bakso…juga diperiksa kalau memakai babi juga ya. Allah ampunilah hamba karena sudah makan makanan yang haram. Tidak usah makan bakso lagilah kalau begitu, lebih baik masak di rumah, lebiha aman.
Tetapi satu hari setelahnya, Rini menghapus dan mengklarifikasi status facebook-nya yang meresahkan itu. “Saya hapus sehari setelahnya, dan saya posting lagi, meminta maaf telah posting seperti itu,” katanya kepada Rakyat Kalbar, kemarin (20/11).
Tapi dampak media sosial luar biasa. Kadung menyebar, Suparno, pemilik warung bakso Si Jantung Hati, kontan menghantam omzetnya. Biasanya mencapai Rp5 juta, ambruk hanya mampu mengais Rp1 juta per hari saja sulit. “Dampaknya sangat luar biasa, bisa dilihat di tempat usaha saya. Sepi dan ini berpengaruh terhadap omset,” kata Suparno kepada Rakyat Kalbar.
Warung bakso yang dirintisnya sejak Desember 1982, itu kehilangan banyak pelanggan hanya gara-gara status Facebook Rhinnie Pandi. Ia harus mengurangi bahan baku daging sapi.
“Pedagang daging sapi sampai curiga kalau saya membeli daging sapi di tempat lain. Lantaran kali ini saya membeli daging hanya 10 kilogram per hari untuk dua tempat. Padahal biasanya saya membeli 20 hingga 25 kilogram per harinya,” kata Suparno.
Lantaran dicurigai seperti itu, Suparno pun mengundang pedagang sapi langganannya untuk melihat sendiri warung baksonya yang ditinggalkan pelanggan sejak isu bakso daging babi. “Setelah melihat langsung, barulah dia percaya,” katanya.
Merebaknya isu bakso daging babi di masyarakat luas, membuat Dinas Kesehatan Kota Singkawang mengecek langsung sejumlah warung bakso di Kota Amoy ini. Terutama Si Jantung Hati yang kehilangan kasih pelanggan itu. Hasil Pork Detection Test menunjukkan, tidak ditemukan kandungan babi di daging bulat warung Si Jantung Hati.
Joko, Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Singkawang, mengaku telah mengambil sampel bakso dan memeriksanya. “Pemeriksaan ini untuk mengecek isu yang beredar, dan dipastikan itu negatif,” jaminnya.
Tentu saja Rini jadi sasaran masyarakat dan terutama para pedagang bakso yang sudah tunggang-langgang akibat statusnya. Belum ada upaya hokum untuk menyeretnya ke polisi atau pengadilan. Untunglah suaminya, Pandi, cepat sadar akan dampak lancing istrinya. Ditemani suaminya, Rini dan juga Pandi meminta maaf kepada pelaku usaha bakso di Kota Singkawang, terutama warung bakso Si Jantung Hati.
“Sebagai kepala keluarga, saya mengakui bahwa yang salah adalah istri
saya Rini, dan saya meminta maaf atas perbuatannya,” kata Pandi saat menemui Pemilik Warung Bakso Si Jantung Hati, Suparno di Rawasari, Jumat (20/11).
Pandi yang datang bersama istrinya, Rini,warga Kampung Melayu, Kecamatan Singkawang Tengah, sebenarnya fans berat bakso Suparno yang lumayan kondang di Lapangan Tarakan itu.
Pandi mengaku tidak tahu kalau istrinya posting status Facebook seperti itu. Dia baru sadar belakangan setelah isu bakso daging sapi menyebar luas di masyarakat. Hingga sebagian besar masyarakat Singkawang enggan makan bakso. “Saya langsung marah, saat mengetahui istri saya posting itu. Karena tidak boleh posting sesuatu yang tidak benar,” katanya.
Lantas, apa sebab Rini jadi nekat? Rini mengaku “berani” posting status Facebook seperti itu setelah mendapatkan informasi kalau warung bakso langganannya menggunakan daging babi. Posting itu sebagai bentuk rasa kecewanya sebagai pelanggan.
“Waktu itu saya hamil, suka makan bakso dan biasa membelinya di Si Jantung Hati. Tetapi ada informasi tersebut (yang menyebutkan baksonya menggunakan daging babi), saya kecewa, lalu posting kalimat seperti itu,” kata Rini.
Dia mengaku menyesal telah melakukan hal yang tak disadarinya bikin heboh besar telah menimbulkan keresahan di Kota Singkawang, dan merugikan pemilik usaha bakso, terutama Suparno. (*)