Sejak melahirkan anak pertamanya dan namanya terseret kasus prostitusi artis, Shinta Bachir menghilang. Dia tak lagi terlihat wara-wiri di layar kaca. Kemana perginya wanita yang kini memilih tampil berhijab itu?
Achmad Sukarno Hamid, Jakarta
Rupanya, dia kini memilih menjalani bisnis kuliner, ketimbang menjadi artis. ”Setelah hamil banyak waktu saya boleh dibilang banyak yang terbuang. Akhinya, saya isi dengan bisnis. Eh, kesininya ketagihan,” ujarnya saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Shinta memutuskan meninggalkan karir yang membesarkan namanya dan menjalani tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. ”Rezeki itu bisa dicari. Tetapi kalau tumbuh kembang anak nggak bisa dilewatkan,” tuturnya bijak.
Keputusannya itu mendapat respon positif keluarganya. Bahkan, suaminya mendukung penuh langkah yang diambil perempuan kelahiran Wonosobo, 7 Februari 1986 itu.
”Alhmdulillah suami dan teman-teman banyak yang suport,” tegasnya. Shinta terjun ke bisnis kuliner dengan nama Dapur Arkarna.
Dia tidak membuka kedai atau rumah makan seperti kebanyakan usaha yang digeluti teman-teman artis lain. Bahkan, ia memanfaatkan pertumbuhan teknologi digital dalam menjalankan roda usahanya itu.
”Belum (buka rumah makan). Aku bisnis catering online,” paparnya.
Meski demikian, bisnis yang digelutinya saat dirinya hamil tersebut mendapat respon positif penikmat makanan traditional. Hingga saat ini pesanan untuk beragam event membuat dirinya sempat kewalahan.
”Alhamdulillah, sampai saat ini sudah banyak pesanan. Bukan dari teman-teman juga, tetapi dari relasi aku,” tukasnya.
Untuk membuat daya tarik konsumen, Shinta sengaja menamai jenis makanan tersebut dengan nama-nama yang unik, semisal nasi perang, ceker edan, dan banyak lagi. Semua menu makanan tersebut merupakan hasil tangan dinginnya sendiri dibantu beberapa koki yang dipekerjakan untuk membantu aktivitasnya di dapur.
”Semuanya resep dari saya. Karena saya memang hobi masak dari dulu,” terangnya.
Menariknya, dalam menyiapkan bahan makanan tersebut, Shinta sengaja tidak menyerahkan kepada pegawainya. Ia sendiri yang terjun ke pasar dan memilih bahan makanan yang hiegienis.
”Saya sendiri yang turun ke pasar. Ternyata menarik kalau kita sendiri yang belanja,” jelasnya. (*/INDOPOS/JPG)