Kembangkan Rotan dan Tengkawang

Welli Azwar

eQUator – Putussibau-rk. Lebih separoh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu masuk dalam kawasan konservasi, baik hutan lindung dan taman nasional, yang tidak bisa dikelola secara bebas oleh masyarakat. Hanya sebagian kawasan bisa dikelola masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada, terutama Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti gula aren, madu, rotan, bambu, tengkawang dan karet.

“Potensi tersebut akan dikelola Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) model Kapuas Hulu di Mataso. Yang meliputi wilayah kelola di kecamatan Putussibau Utara, Embaloh Hulu, Embaloh Hilir, Batang Lupar dan  Badau. Kami tengah membangun sektor hilir. Terutama pengolahan  bambu, karet, gula aren, rotan dan tengkawang,” terang Welli Azwar, S.Hut, Kepala KPH Model Kapuas Hulu, kemarin.

Dikatakan, membangun home industri memanfaatkan potensi yang ada pada kawasan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Jika potensi madu alam, bambu, tengkawang rotan  dan air minum kemasan galon berlimpah itu bisa dikelola dengan baik. Tentu akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan KPH model, atas hadirnya home industri itu.

“Untuk air minum tahap pertama ini masih kemasan galon. Tahun depan sudah produski air minum kemasan gelas yang dikelola koperasi binaan KPH,” jelas Welli. Masing-masing kecamatan memiliki produk home industri unggulan. Putussibau Utara karet, tengkawang dan rotan, Embaloh Hulu sentara bambu dan gula aren serta Batang Lupar sentra madu, air minum di kemasan dan ekowisata. Dari sejumlah produk unggulan tersebut, madu merupakan produk yang sudah terbukti mampu mengangkat ekonomi masyarakat. “Madu alam tikung sudah terbukti. Pesanan tak terpenuhi. Saat ini kami tengah menunggu panen madu tikung. Dan saat ini kami tengah berusaha mengembangkan madu lalau yang belum dilirik masyarakat, sementara kualitasnya bagus,” jelasnya.

Banyaknya sarang lebah madu lalau tidak dipanen karena SDM masyarakat masih terbatas. Jika madu lalau bisa dipanen oleh masyarakat, hasilnya akan lebih baik. Karena kadar di dalam madu lalau sangat rendah jika dibandingkan dengan kadar air yang terkandung dalam madu tikung. “Kalau sarang lebah madu lalu ketinggiannya bisa mencapai 50-100 meter di atas pohon tapang,” kata Welli.

Selain madu alam, sambung Welli, keberadaan rotan, tengkawang dan bambu juga sangat potensial dan bisa menjadi produk unggulan KPH model bersama masyarakat. Untuk bambu sudah dilakukan penanaman jenis bambu betung, bambu aur dan bambu flooring. “Untuk bambu pemasarannya cukup bagus. Tinggal bagaimana mengolahnya agar bernilai tinggi dan berdaya saing,” tutup Welli. (aRm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.