Thaufani menepis anggapan bahwa mahasiswa kehilangan idealismenya karena lambat menanggapi isu kenaikan harga barang ini. “Kita ingin bergerak dengan data dan informasi yang benar serta kepahaman yang cukup,” tegas dia.
Lanjutnya, selepas kebijakan ini muncul, pihaknya memerlukan waktu untuk melakukan edukasi di tataran internal mahasiswa dan berbagai konfirmasi kepada pihak terkait sebelum mengambil sikap. “Jadi fase-fase itu kita lewati semua, dari kajian, internalisasi isu, konfirmasi kepada masyarakat. Oh ternyata benar keresahan di masyarakat itu kita temui,” papar Thaufani.
Hasil survei KAMMI di lapangan, memang ditemukan harga-harga yang mengalami kenaikan tinggi. Salah satu diantaranya adalah cabai yang harganya mencapai kisaran 90 ribu hingga 150 ribu rupiah. Dan, ternyata, harga tinggi tersebut nyatanya justru membuat para pedagang mengalami kerugian karena daya beli masyarakat menurun.
“Jadi rakyat kecil baik itu pembeli maupun pedagangnya dirugikan,” jelasnya.
Ia meyakinkan, meski disibukkan berbagai isu daerah menjelang tahun-tahun Pilkada di Kalbar, KAMMI Kalbar tetap konsisten mengawal isu ini. ”Tapi kita tentu menunggu konsolidasi bersama dan kebijakan dari pusat, jika memang isu ini dinilai strategis di pusat akan kita kawal terus. Karena, jujur, di daerah kita juga sibuk dengan berbagai isu daerah,” tukas Thaufani.