eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Apapun informasi yang diterima, masyarakat diharap dapat melakukan penyaringan, terlebih lagi mereka pemuda yang istilah terkini kaum millennial, agar berita yang diterima tersebut diketahui kebenarannya.
“Sekitar 30 persen pemilih muda, itu kaum millennial. Ciri kaum millennial itu kan bisa mengecek informasi dengan teknologi, sehingga informasi itu diketahui kebenarannya,” ujar Maskendari, Anggota DPRD Kalbar, Minggu (24/2).
Atas informasi itu, tambah dia, kaum mellinnial dalam menentukan pilihan siapa calon pemimpin, semestinya harus menelusuri rekam jejak siapa yang bakal dipilih tersebut. “Millennial juga harus mengerti soal regulasi, juga rekam jejak. Rekam jejak itu penting,” tegasnya.
Rekam jejak menjadi penting lantaran menurut Maskendari bahwa dengan mengetahui rekam jejak secara otomatis dapat mengetahui secara rinci visi-misi masing-masing calon yang mana lebih dekat dengan kesejahteraan masyarakat secara luas. “Jadi calon pemimpin harus diketahui visi misi dan rekam jejaknya,” paparnya.
Lantaran perkembangan teknologi informasi yang kian pesat, sehingga saat ini cara kampanye para politisi berbeda dengan Pemilu 2004 silam yang cenderung mengutamakan kampanye konvensional.
“Politisi pada 2004 memasang APK (Alat Peraga Kampanye, red), ketemu orang. Tidak menggunakan Medsos. Sekarang suka tidak suka, harus menggunakan Medsos dalam proses kampanye,” papar Maskendari.
Untuk itu, Maskendari menekankan pentingnya cek dan ricek soal pemberitaan dalam kampanye, yang dalam era teknologi ini lebih mudah untuk dilakukan.
“Selalu cek kalau dapat berita WhatsApp. Ceknya lihat data. Misal hoaks BPJS. Ceknya ke mana? Lihat website BPJS donk,” terangnya.
Maskendari berharap pada kaum millennial agar tidak serta-merta menelan dan menyebarluaskan informasi yang didapat sebelum melakukan filter. Agar apa yang disebarkan itu bisa bermanfaat bagi khalayak ramai dan bukan justru malah sebaliknya. (agn)