Karolin Ajak Masyarakat Minimalisir Nikah Dini

Calon Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 2, dr. Karolin Margret Natasa

eQuator.co.idSEKADAU – Calon Gubernur Kalbar nomor urut dua, dr. Karolin Margret Natasa mengingatkan masyarakat Kabupaten Sekadau untuk tidak membiarkan anak-anaknya menikah muda dan memberikan pemahaman tentang pentingnya merencanakan sebuah keluarga.
“Biarkan anak-anak kita menyelesaikan pendidikannya dan upayakan sampai pada jenjang yang tinggi. Kalau belum selesai SMA saja sudah menikah, jelas generasi kita kedepan tidak akan bisa maju,” tutur Karolin saat menggelar kampanye dialogis di Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau Rabu (30/5).
Dia menjelaskan, generasi muda perlu diberikan pemahaman agar tidak menikah muda dan tidak menggunakan narkoba. Menurutnya pemahaman itu sangat penting diberikan, apalagi untuk generasi muda di daerah pedalaman.
“Mereka berhak mendapat pemahaman ini dengan tujuan untuk masa depannya. Mulai dari tidak menikah muda dan tidak menggunakan narkoba,” tuturnya.
Karolin mengatakan, saat masih menjadi anggota DPR RI, dirinya bersama BKKBN dan Komisi IX DPR RI juga kerap turun langsung ke lapangan, untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda.
Berdasarkan data dari BKKBN, Kalbar menjadi salah satu daerah tertinggi di Indonesia dalam hal menikah muda, khususnya untuk daerah pedalaman.
Karena itu, lanjut dia, pemahaman yang diberikan ini berguna bagi generasi muda, dengan harapan generasi muda yang ikut pemahaman bisa paham dalam merencanakan masa depan yang berkualitas.
“Untuk itu, orang tua sangat berperan dalam hal ini. Jangan anak baru lulus SMA langsung disuruh menikah karena itu jelas sangat berbahaya mengingat usia itu anak-anak masih sangat labil,” lanjut Karolin.
Anggota DPR dua periode itu menambahkan, beberapa dampak negatif, di antaranya rentan terhadap perceraian, karena tanggung jawab yang kurang, dan bagi perempuan berisiko tinggi terhadap kematian saat melahirkan.
Ia mengatakan, perempuan usia 15 sampai 19 tahun juga memiliki kemungkinan dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan ketimbang yang berusia 20-25 tahun, sedangkan usia di bawah 15 tahun kemungkinan meninggal bisa lima kali.
“Perempuan muda yang sedang hamil, berdasarkan penelitian akan mengalami beberapa hal, seperti akan mengalami pendarahan, keguguran, dan persalinan yang lama atau sulit. Kondisi inilah yang menyebabkan ibu yang akan melahirkan bisa meninggal,” ujarnya.
Sedangkan dampak bagi bayi, menurut dia, kemungkinannya adalah lahir prematur, berat badan kurang dari 2.500 gram, dan kemungkinan cacat bawaan akibat asupan gizi yang kurang karena ibu muda belum mengetahui kecukupan gizi bagi janin, di samping ibu muda juga cenderung stres.
Selain itu, katanya, dampak psikologis mereka yang menikah pada usia muda atau di bawah 20 tahun, secara mental belum siap menghadapi perubahan pada saat kehamilan.
“Persoalan lainnya adanya perubahan peran, yakni belum siap menjalankan peran sebagai ibu dan menghadapi masalah rumah tangga yang seringkali melanda kalangan keluarga yang baru menikah. Jadi, sekali lagi saya minta, jangan biarkan generasi muda kita menikah dini, karena menikah dengan usia yang matang, jelas perencanaan hidupnya juga akan lebih matang sehingga hidup bisa lebih berkualitas,” pungkasnya.