Jujurlah

Ilustrasi-Net

eQuator – Imam Bukhari meriwayatkan, dari Abu Hurairah Ra berkata, Rasulullah Saw telah bersabda; ada tiga golongan di mana Allah Swt tidak akan memandang mereka pada hari kiamat, tidak pula mereka akan disucikan dan bagi mereka siksaan yang pendih.

Golongan Pertama, seseorang yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan dan sedang membutuhkan)

Kedua, seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia. Jika ia memberinya maka ia ridha dan jika ia tidak memberinya maka ia marah.

Ketiga, seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas ashar, lalu berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian”. Lalu dibenarkan sang pembeli.

Kemudian Rasulullah Saw membacakan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji dan sumpah-sumpah kepada Allah dengan harga yang sedikit”.

Nabi Muhammad Sawtelah memberikan isyarat dalam hadits di atas, bahwa tiga pilar utama tegaknya eksistensi kehidupan berbangsa dan bernegara dan tiga asas yang akan melahirkan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghabur (negara yang berjaya dan mendapatkan ampunan Tuhan).

Pilar Pertama, tenggangrasa dan saling membantu bagi pihak yang membutuhkan. Rasulullah Saw telah mengungkapkan dengan isyarat “Seseorang yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan dan membutuhkan)”.

Cukuplah suatu bencana, ketika kepedulian telah mati rasa, setiap diri tidak lagi peduli, terhadap apa yang sedang terjadi di sekelilingnya, tidak lagi peduli terhadap keluarganya, tetangganya, terhadap umat, masyarakat dan bangsanya\.

Perhatikan peringatan Nabi Muhammad Saw dalam dalam hadits lain, “Cukuplah dosa bagi seseorang, ketika mana ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggung jawabnya”.

Kemudian, “Tidaklah sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedang tetangganya kelaparan. (HR Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab iman dari sahabat Ibnu Abbas)

Pilar Kedua, pemimpin beriman. Rasulullah Saw telah mengisyaratkan, “Seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia, jika ia memberinya maka ia ridha dan jika ia tidak memberi maka ia marah”.

Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Jika Allah memberikan aku satu kesempatan doa yang akan dikabulkan, maka niscaya aku pergunakan untuk mendoakan kepada pemimpin”.

Oleh karena kepemimpinan merupakan rahasia kebaikan dunia dan kunci keberkahan akhirat. Kebaikannya akan membawa kepada kemaslahatan rakyat dan keburukannya akan menjerumuskan kepada kesesatan masyarakat.

Sebab itu, Rasulullah Saw mengingatkan kepada umatnya, agar berhati-hati dalam memilih dan mengangkat seorang pemimpin, hendaknya pilihan itu dilandasi oleh iman, bukan karena uang atau dunia (money politic).

Sehingga akan terlahir pemimpin-pemimpin yang memiliki kredibilitas dan kapasitas, bukan pemimpin-pemimpin gadungan yang muncul karena sihir uang dan rekayasa iklan.

Rasulullah Saw juga telah memperingatkan di antara tanda-tanda kiamat adalah munculnya pemimpin gadungan yang hanya memanfaatkan pangkat dan kedudukan demi meraup keuntungan dan memperkaya diri.

“Maka apakah tanda-tandanya kiamat? Nabi menjawab: “Engkau akan melihat seorang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, dan penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan”. (HR Muslim)

Menurut al-Qurthubi, hadits tersebut merupakan berita tentang perubahan nilai, di mana orang pedalaman yang tidak memiliki ilmu kepemimpinan dan kemampuan memimpin dengan kekuatan dan paksaan, maka bertambahlah hartanya dan berbangga-bangga membangun dan meninggikan bangunan, dan inilah yang menjadi kenyataan.

Pilar Ketiga, kejujuran. Rasulullah Saw mengisyaratkan dalam sabdanya, “Seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas ashar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli”.

Perhatikan sabda Rasulullah Saw terkait kalimat “Selepas ashar” yang menegaskan bahwa barangnya tidak lebih hanyalah sisa dagangan yang tidak terjual di waktu pagi, hingga dijual kembali di waktu sore. Namun demikian, tidak segan si penjual bersumpah atas nama Tuhan, demi meyakinkan kepada sang pembeli dan menutupi tipu daya dan kecurangannya.

Padahal kejujuranlah yang akan membawa kepada ketenangan batin, keharmonisan, rasa saling percaya, persatuan, kekuatan, dan yang pasti keberkahan dunia dan akhirat.

Sedangkan ketidakjujuran merupakan sumber kegelisahan, perpecahan, sikap saling curiga, jiwa hipokrit dan munafik, keretakan, pertikaian, permusuhan dan yang pasti kebangkrutan dan kehancuran dunia dan akhirat.

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Hendaklah kamu berpegang kepada kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kepada surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap seseorang itu bersifat jujur dan memilih kejujuran hingga ia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu akan membawa kepada keburukan dan keburukan itu akan membawa ke neraka (kehancuran), dan tetaplah seseorang berdusta dan memilih kedustaan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta”. (Kamiriluddin)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.