
Peran media massa sangat dibutuhkan dalam era keterbukaan informasi. Penyampaian informasi melalui media massa jauh lebih cepat dan efektif.
Rizka Nanda, Pontianak
eQuator.co.id – Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan peran media massa sangat ia rasakan. Baik ketika masih menjadi Wali Kota Pontianak hingga resmi menjabat sebagai Gubernur Kalbar. Kendati begitu kata dia, banyak juga politisi dan pejabat alergi terhadap media massa. “Menurut saya, itu salah. Media itu cepat dalam menyampaikan informasi,” katanya saat membuka Festival Media (Fesmed) 2018 di Rumah Radakng, Pontianak Jumat (21/9).
Pria yang karib disapa Midji ini berkomitmen untuk tetap menjalankan keterbukaan informasi dalam tata kelola pemerintahannya. Termasuk memberi kemudahan akses kepada para jurnalis. “Saya selalu layani. Kadang ada yang jam 10 malam atau sudah mau naik cetak (korannya) menelpon untuk konfirmasi berita,” ungkap Midji.
Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono dalam kesempatan sama mengajak kalangan jurnalis memerangi informasi palsu (hoax). Dia memperkirakan hoax akan melonjak jelang Pilpres 2019. “Banyak ujaran kebencian, fitnah bahkan yang anti-Pancasila beredar di media sosial,” pungkasnya.
Oleh karena itu kata Kapolda, dibutuhkan kepedulian untuk mengedukasi masyarakat. “Tentunya melalui pemberitaan positif dan membangun,” kata Didi.
Seremoni pembukaan diawali persembahan tarian Cidayu. Yaitu melambangkan keberagaman budaya di Kalbar. Sesuai tema Fesmed kali ini, yakni ‘Diversity in The Heart of Borneo’.
Fesmed di Kota Pontianak merupakan penyelenggaraan yang ke tujuh. Agenda nasional tahunan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini berlangsung pada 21-22 September. Menghadirkan sebanyak 17 workhsop dan talkshow. Workshop dan talkshow digelar paralel setiap hari dengan beragam tema dan narasumber berkompeten.
Fesmed 2018 juga dimeriahkan pameran stan para pengurus AJI Kota di Indonesia, LSM, pegiat usaha kecil dan menengah, BUMN, instansi pemerintah maupun swasta serta media partner. Total terdapat 64 stan yang memeriahkan pameran.
Panitia juga mengelar panggung hiburan yang menghadirkan pemusik lokal pada dua malam berturut di lokasi kegiatan. Selain itu, diagendakan wisata kota (city tour) untuk menyaksikan titik kulminasi. Berlanjut ke wisata budaya di Singkawang pada 23-24 September bagi peserta Fesmed.
Ketua Panitia Fesmed 2018, Rudi Agus menuturkan, pihaknya
hanya mempunyai waktu sekitar empat bulan untuk menyiapkan kegiatan. Banyak dinamika yang terjadi selama persiapan. “Terima kasih untuk semua pendukung dan sponsor yang berpartisipasi dalam kegiatan ini,” ujar Rudi.
Ditambahkan Ketua AJI Kota Pontianak, Dian Lestari menuturkan,
Fesmed digelar setiap tahun. Secara bergilir di setiap kota. Tujuannya mendekatkan kalangan media massa dengan masyarakat. Ini juga menjadi upaya AJI untuk mengedukasi masyarakat terhadap keberadaan jurnalis sebagai profesi.
Menurutnya, selama ini masyarakat mengenal jurnalis dari produk akhirnya (karya jurnalistik). Sekarang masyarakat bisa melihat dan saling berdiskusi dengan jurnalis. “Banyak pengetahuan baru bisa diperoleh melalui workshop dan talkshow,” kata Dian.
Sementara itu, Ketua Umum AJI Abdul Manan menegaskan, komitmen organisasi terhadap penegakkan kode etik dan profesionalisme, kesejahteraan serta keberpihakan jurnalis kepada kepentingan publik. “Loyalitas atau keberpihakan jurnalis ialah kepada warga (publik). Fesmed menjadi salah satunya (bukti keberpihakan kepada publik),” tutur Manan.
Rangkaian Fesmed 2018 dimulai dengan beberapa seri pelatihan jurnalistik yang digelar sejak 19 September sebagai agenda pra-event. Seri pelatihan berlanjut kembali pada 22-24 September sebagai agenda pasca-event. (*)
Editor: Arman Hairiadi