Hidup menjanda bersama empat buah hatinya, membuat Jumiah harus banting tulang. Walau usianya sudah berkepala empat, pekerjaan sebagai kuli bangunan pun dipilih selama tiga tahun terakhir ini, agar mendapatkan uang.
Wanita 41 tahun warga Gang Camar, Jalan Desa Mekar, Sungai Raya ini menjadi bulan-bulanan istri oknum anggota Brimob Mapolda Kalbar beserta dua orang lainnya, wanita dan pria yang katanya juga menggunakan seragam polisi, Selasa (8/3) sekitar pukul 14.00.
Jumiah digebuk istri oknum anggota Brimob dan dua orang lainnya itu menggunakan kayu cerucuk dan papan mal. Kayu-kayu itu diarahkan tepat di kepalanya. Beruntung ayunan kayu cerucuk itu ditangkis dengan tangannya hingga terluka.
Wanita ini tak dapat mengelak serangan dua pelaku lainnya. Papan mal mengenai kepalanya. Apalah daya seorang wanita, walaupun terus melakukan perlawanan, namun terus diserang oleh dua wanita dan seorang pria. Jumiah tak bisa mengelak dari pukulan pelaku menggunakan kayu yang diarahkan ke arahnya. Terlagi dia dipiting dari belakang oleh pria yang dikatakannya menggunakan seragam persis digunakan polisi.
“Mereka bertiga seperti ingin membunuh saya. Berulang kali istri oknum anggota polisi itu mengatakan, kepada rekannya untuk memecahkan kepala saya,” ungkap Jumiah yang terbaring lemah saat ditemui di kediamannya, Selasa (8/3) malam.
Petaka yang tak dikira-kiranya terjadi itu, terjadi di tempat Jumiah bekerja, yakni di lokasi proyek pembangunan ruko di Simpang traffick light Desa Kapur, Sungai Raya, Kubu Raya. Tempat kejadian perkara (TKP) itu hanya berjarak dua meter dari kediaman pelaku yang merupakan istri oknum anggota Brimob Mapolda Kalbar itu.
Dalam keadaan lemah dan tak dapat bangun dari pembaringannya akibat dikeroyok, Jumiah pun bercerita kepada Rakyat Kalbar.
Siang itu (Selasa, 8/3), Jumiah yang sedang bekerja bersama kuli bangunan lainnya, tiba-tiba mendengarkan caci maki yang ditujukan kepada para pekerja bangunan Ruko yang mereka kerjakan. Kemudian dirinya pun mencari tahu dari mana asal caci itu dan mengapa sampai mencaci maki.
Saat dirinya melihat dari atas Ruko yang dikejarkannya, malah dirinya yang menjadi sasaran istri oknum anggota polisi tersebut. Ia dicaci maki dan diminta untuk turun. Karena dirinya yang tidak tahu menahu, kemudian dicaci maki, akhirnya dirinya pun membalas cacian tersebut. Sontak respon balasan makian dari Jumiah ini, membuat istri oknum anggota polisi beserta rekannya masuk ke dalam Ruko dan mendatangi Jumiah.
“Saya tidak bisa mengelak, semampunya saya lawan. Walau mereka membabi buta mau membunuh saya,” lirihnya sakit di kepala dan tubuhnya.
Mengenai rekan-rekan kerjanya, saat itu tak dapat membantu Jumiah. Lantaran rekan-rekannya sudah ketakutan melihat dia dikeroyok. Terlagi sang oknum anggota brimob Mapolda Kalbar itu, juga turut membela istrinya sambil menenteng senjata api. “Tidak ada yang berani, teman-teman saya ketakutan, suaminya mengayun-ayunkan senjata api,” jelas Jumiah.
Setelah puas menghajarya hingga tak berdaya, istri oknum polisi itu beserta rekannya, wanita dan laki-laki yang juga mengenakan seragam persis seragam kepolisian, malah mengancamnya lagi. “Tunggu saja kau pulang nanti,” begitu Jumiah menirukan ancaman yang dilontarkan oleh istri oknum anggota polisi itu.
Tak hanya dialami Jumiah, pekerja lainnya, Asnan, 49, nyaris jatuh dari ketinggian empat meter, saat Jumiah dikeroyok dan dihajar habis-habisan oleh istri oknum anggota Brimob itu beserta rekannya. Asnan yang saat itu berada di atas peranca bambu hanya bisa mengimbangi tubuhnya agar tidak jatuh. Oknum anggota Brimob yang istrinya menganiaya Jumiah, menggoyangkan bambu dari bawah. Beruntung cepat dipeluknya bambu itu, kalau tidak bukan lagi petaka, Ia pun bisa celaka, apalagi usianya sudah tua. Belum lagi oknum polisi itu memegang senjata, Asnan pun takut ditembak.
“Oknum polisi itu, dari jendela rumahnya mengoyangkan ancak (peranca), dia bilang, bongkar-bongkar. Saat itu saya di ketinggian empat meter. Saya sudah takut, sawan saya, wajah saya pucat. Saya hanya memohon kepada Allah, janganlah dirobohkannya, kalau dirobohkannya saya bisa jatuh. Saat saya memeluk bambu, saya langsung cepat turun dan menyelamatkan diri,” ujar Asnan.“Untung saya cepat turun, kalau dia nembak saya, mati saya jatuh dari ketinggian empat meter itu,” sambung Asnan.
Akibat kejadian itu, semua pekerja tak hanya Jumiah dan Asnan, takut untuk bekerja lagi. Mereka takut diserang dan dikeroyok. Semuanya kompak tidak bekerja. Karena nyawa mereka juga terancam, mengingat apa yang sudah menimpa Jumiah.
Murjani, anak Jumiah mengaku telah melaporkan penganiayaan ibunya ke Mapolda Kalbar. Dia berharap ibunya mendapatkan keadilan. “Kita serahkan semua sama hukum, kita minta keadilan, sesuai aturan hukum,” harap Murjani.
Mengenai kondisi kesehatan ibunya, menderita luka begitu parah dan sudah dibawa ke rumah sakit. “Kata dokter, ibu belum boleh melakukan aktivitas. Ibu juga sudah dironsen, tapi hasilnya belum keluar,” ungkap Murjani. (zrn/oxa)