eQuator.co.id – Petinju masa depan Indonesia, Iwan ‘Sniper’ Zoda bakal kembali bikin jantung publik tinju negeri ini dagdigdug. Reputasi lawan yang dipilih juara dunia kelas terbang IBF Youth dan juara Asia Pasifik versi WBO ini meningkat dari satu laga ke laga berikutnya.
Iwan akan menantang petinju cukup fenomenal asal Thailand, Kajonsak Pothang, yang lebih dikenal dunia dengan Kaichon Sor Vorapin pada Kamis (27/8) mendatang di Hall Borneo City Mall Ketapang. Siapa Kaichon?
Dia kelahiran Distrik Dan Khun Thot. Namanya dikenal luas setelah memukul KO petinju Indonesia, Antonius Jonathan Mosse, pada sebuah laga nongelar di Jakarta 23 Januari 2004 silam. Mosse mengalami pendarahan serius berujung nyawanya tidak tertolong.
Walhasil, tak heran jika beberapa lawan-lawannya memberi Kaichon sebutan ‘The Killer’ atau ‘Sang Pembunuh’. Pelatih Iwan, Damianus Yordan, menyadari betul risiko yang akan dihadapi anak asuhnya.
“Tapi, untuk menjadi yang terbaik, Iwan harus mengalahkan yang tebaik pula,” tuturnya saat konferensi pers di Hotel Mecure Pontianak, Kamis (11/8).
Memang, meski pernah ‘membunuh’ petinju Indonesia, Mosse punya rekor tak begitu mengesankan. Berusia tak muda, 34 tahun, dia bertanding 40 kali. Meraup kemenangan 25 kali, 9 dengan KO. Kalah 15 kali, 12 diantaranya tumbang sebelum menunaikan semua ronde yang dijadwalkan.
Mungkin menilik catatan tersebut, Damianus tidak terlalu was-was. Kata dia, lagipula ini merupakan sebuah peluang bagi Iwan untuk menapak ke jenjang yang lebih tinggi. Terlebih, kakak Daud Yordan ini yakin dengan skill yang dimiliki asuhannya itu.
“Pengalaman waktu kami membawa Daud, sewaktu dia meraih gelar WBO juga di usia yang masih sangat junior, 19 tahun. Iwan juga matang di amatir, secara teknis dia memiliki bekal sangat baik. Iwan juga pernah mengalahkan raja tinju amatir Indonesia, Julio Bria, seorang petinju yang sudah malang melintang di Sea Games, Asian Games, PON, tapi di tangan Iwan Zoda dia KO. Saya tidak khawatir karena kita akan persiapkan ini dengan baik,” paparnya.
Senada, Ketua Komisi Tinju Indonesia (KTI) Kalbar, Adrianus Asia Sidot. Motor dari terselenggaranya kejuaraan internasional bertajuk Ketapang Boxing Championship itu mengakui duel Iwan kali ini cukup berisiko. Namun, pertandingan tersebut merupakan tiket masuk bagi Iwan sendiri untuk mendapat kepercayaan dari manajemen lembaga tinju dunia. Tujuannya jelas, agar Iwan bisa bertanding di kejuaraan-kejuaraan bergengsi level dunia, seperti di Makau dan Las Vegas.
“Iwan adalah aset tinju Kalimantan Barat, bahkan Indonesia. Aset ini perlu dijaga dan terus dibina, sehingga prestasinya terus meningkat. Bukan hanya menjadi juara IBF, juara WBO regional, tapi juga akan betul-betul menjadi juara dunia nantinya,” terang Adrianus.
Lanjut dia, dengan memperbanyak jam terbang yakni bertanding melawan petinju-petinju berpengalaman dan berprestasi, pada waktunya Iwan bisa berbicara di tingkat dunia. “Iwan sekarang berusia 19 tahun. Jika pembinaan dilakukan secara terarah dan terprogram dengan baik, saya percaya di umur 21-22 tahun, Iwan sudah mewujudkan mimpi ini (juara dunia),” katanya.
Iwan sendiri paham bahwa Kaichon bukan petinju sembarangan. Namun, dia tidak akan mundur selangkah pun. Kaichon, kata dia, memang lebih unggul dari sisi pengalaman bertanding dan nama besar. Tapi, bukan berarti “Sang Pembunuh” tak punya kelemahan yang bisa dimanfaatkan Iwan untuk menjadi celah kemenangannya.
“Pastinya (faktor) usia. Dari gerakan sudah lebih kurang kecepatannya. Dari sisi kekuatan, kemungkinan dia punya. Untuk tinggi badan, saya lebih tinggi dari dia. Saya pernah lihat dia bertanding, kalau jangkauan menang saya, maka dari itu saya yakin bisa mengalahkannya,” tegasnya.
Siapa pemenang laga itu memang belum bisa dipastikan. Hanya saja, tanpa mendahului takdir, Iwan optimis menang. Bahkan, demi fans, dia rela mengulur waktu kemenangannya.
“Kita bisa lebih cepat dari ronde 7, bisa juga lebih lama dari ronde 7. Kalau memang saya bisa menaklukkannya, dengan kehendak Tuhan, misalnya di ronde 3 atau 5, kebanyakan penonton kurang suka. Katanya terlalu cepat, nontonnya kurang asik, kurang seru. Nah, kalaupun saya bisa mengalahkannya di ronde awal, saya akan memainkan tempo untuk memperpanjang permainan,” tutup kelahiran Kayong Utara ini.
Optimisme Iwan menjalar ke tokoh tinju Kalbar, Herman Wimpi. Ia mengagumi semangat Iwan. Dan, kata Herman, melalui kejuaraan ini, bibit-bibit tinju potensial akan bermunculan. Sebab, laga puncak Iwan versus Kaichon yang memperebutkan sabuk emas Ketua KTI Kalbar itu diikuti beberapa partai tambahan.
“Saya sangat gembira, seperti mendapat hadiah besar, karena itulah yang saya dambakan. Sejak tahun 1990 berdirinya tinju di Ketapang, kita sudah mendapat dua juara tinju dunia. Dan ini membangkitkan semangat saya lagi untuk membantu mencari bibit,” ujarnya.
Pun demikian dengan Sekretaris KTI Provinsi Kalbar, Mayor Kal Yudi Setiawan. Ia menyebut Ketapang Boxing Championship adalah salah satu langkah awal Iwan menembus kejuaraan dunia dan menjadi juara dunia kelak.
“Memang agak sulit bagi petinju Indonesia bermain di Makau dan Las Vegas. Jika Iwan Zoda menang, dia akan naik peringkat. Badan tinju dunia bisa mempertimbangkannya untuk bertanding di kejuaraan internasional,” tuturnya.
Kesulitan petinju Indonesia menembus lokasi-lokasi bertanding bergengsi karena memerlukan trust (kepercayaan) yang sangat tinggi. “Bukan hanya dari badan tinju tapi juga dari manajemen di sana. Dengan ini, mudah-mudahan bisa mendapat dukungan yang lebih kuat sehingga bisa bertanding di level dunia,” terang Yudi.
Secara teknis, ia menjelaskan kejuaran internasional kali ini diselenggarakan di bawah bendera Manajemen Asia Perkasa Promotion. Gratis untuk umum. (*)
Fikri Akbar, Pontianak