ISPU Ketapang Sangat Tidak Sehat

Asap Ancam Paru-paru Warga

ilustrasi.net

eQuator.co.id – KETAPANG-RK. Memegang rekor tertinggi kebakaran lahan se Kalbar, berakibat kabut asap memenuhi udara di Ketapang dalam pekan-pekan ini. Data dari Dinas Perkim LH per 6 September 2019, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) saat ini dikategorikan Sangat Tidak Sehat.

Hingga petang kemarin, di kawasan Sungai Putri, sekira 40 Km dari Kota Ketapang, jarak pandang kurang dari 100 meter. Aroma menyengat sudah sangat mengganggu pernafasan.

“Kabut asap akan menganggu kesehatan manusia dalam kondisi apapun. Baik sehat maupun sakit. Terlebih bagi mereka yang mempunyai riwayat gangguan kesehatan, seperti paru-paru dan jantung,” tegas Nuhdi Alfarisy, Kasi Penyehatan Lingkungan dan Kesja ,

bicara atas nama Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Rustami, Minggu (8/9).

Nuhdi Alfarisy memastikan kalau kondisi kabut asap yang terjadi sekarang ini sudah berupa bencana yang sangat mengancam kesehatan manusia dan lingkungan.

Nuhdi memaparkan dampak buruk kabut asap yang mencemari udara seperti saat ini. Bila terkena kabut asap dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan iritasi bagian mata, hidung, dan tengorokan.

“Bila tidak segera ditangani secara medis, maka kondisi akan diperparah dengan datangnya reaksi alergi, peradangan akut dan infeksi,” ingatnya.

Terlebih, lanjutnya, bila seseorang sudah memiliki riwayat gangguan kesehatan seperti brochitis kronis, radang paru-paru, maka kabut asap itu akan memperburuk kondisi kesehatannya. Akibat kabut asap juga mempengaruhi kemampuan kerja paru menjadi berkurang, dan menyebabkan seseorang mudah lelah serta mengalami kesulitan bernapas.

“Lebih parahnya lagi apabila terkena pada mereka berusia lanjut (lansia), anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik dengan daya tahan tubuh rendah. Itu lebih rentan lagi mendapatkan gangguan kesehatan,” ungkapnya.

Dampak negatif lainnya yang paling terasa adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi. Terutama karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri serta buruknya lingkungan.

“Bahaya polutan pada asap kebakaran lahan dan hutan ini juga dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi,” jelas Nuhdi Alfarisy.

Ia mengimbau masyarakat Ketapang, terutama yang berada di lokasi sumber kabut asap maupun sudah terkena dampaknya, agar melakukan upaya pencegahan sejak dini. Pencegahan dimaksud guna mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat asap. Upayakan mengurangi aktivitas dan kegiatan sehari hari di luar rumah yang tidak perlu. Jangan lupa menggunakan masker setiap keluar rumah.

“Tidak kalah penting juga, segera mungkin mendapatkan penanganan medis bila dirasa kondisi tubuh mulai sulit bernapas dan mengalami gangguan kesehatan lain,” imbaunya.

Mengenai adanya edaran Dinas Pendidikan yang memberikan kebijakan ke sekolah untuk meliburkan aktivitas belajar mengajar akibat dampak kabut asap, ia menilai langkah tersebut sangat tepat.

“Jika dilihat kondisi udara di Ketapang yang tercemar kabut asap, maka kita mendukung langkah Disdik untuk mengeluarkan kebijakan itu. Sebab, hal itu juga bagian dari upaya pencegahan,” tuturnya.

POLUSI LINTAS

BATAS NEGARA

Asap akibat Karhutla di Sumatera dan Kalimantan lagi-lagi menyebabkan transboundary haze pollution atau polusi lintas batas. Data satelit citra sebaran asap di laman BMKG pada Minggu (8/9) pukul 11.00 WIB menunjukkan adanya sejumlah besar asap yang bergerak dari wilayah barat Provinsi Kalimantan Barat menuju ke wilayah Sarawak Malaysia.

“Asap fluktuatif masuk ke Malaysia. Hanya pukul 11.00 WIB, setelah itu tidak terdeteksi asap lagi,” jelas Plh. Kapusdatin dan Humas BNPB Agus Wibowo kemarin.

Selain itu, citra BMKG juga memperlihatkan banyak hotspot Karhutla terdapat di wilayah perbatasan Kalimantan Barat maupun dan Serawak-Malaysia, sehingga transboundary haze tersebut kemungkinan besar merupakan gabungan dari asap karhutla di kedua wilayah tersebut.

“Sedangkan di wilayah Singapura dan Semenanjung Malaysia tidak terdeteksi asap lintas batas atau transboundary haze dari Sumatera,” lanjut Agus.

Ia menyatakan, BNPB dan Pemerintah Daerah masih bekerja keras untuk memadamkan karhutla yang masih terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Untuk 6 Provinsi prioritas BNPB menerjunkan 9.072 personil untuk patroli, sosialisasi, dan pemadaman darat, juga dikerahkan 37 pesawat untuk water bombing dan patroli. Di Provinsi Riau dikerahkan juga pesawat untuk operasi teknologi modifikasi cuaca / hujan buatan.

Berdasarkan data BMKG, sedikitnya 2.510 titik panas terpantau tersebar di seluruh wilayah ASEAN. Seluruh titik panas tersebut terpantau oleh citra Satelit Terra Aqua MODIS, SNPP, NOAA20 dan Satelit Himawari-8 selama kurun 4 – 7 September 2019.

Deputi Bidang Meteorologi, BMKG Mulyono R. Prabowo M.Sc menerangkan jumlah titik panas di ASEAN dalam 4 hari terakhir (4-7 September 2019) cukup fluktuatif dengan kecenderungan semakin bertambah. Pada 4 September 2019 lalu, BMKG memantau terdapat 727 titik panas di seluruh ASEAN, kemudian pada 5 September 2019 jumlah titik panas turun menjadi 516 titik. Tanggal 6 September 2019 titik panas kembali mulai meningkat menjadi 619 titik, kemudian 7 September  2019 menjadi 648 titik.

“Seluruh titik panas tersebut tersebar di beberapa wilayah negara ASEAN diantaranya Indonesia (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan), Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Vietnam, Timor Leste dan Thailand,” tuturnya di Jakarta.

Mulyono mengatakan berdasarkan pantauan Satelit Himawari-8, sebaran asap di wilayah Indonesia terjadi di Provinsi Riau, Jambi, sebagian Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk pantauan asap lintas batas tidak terdeteksi sebaran asap dari Wilayah Sumatera ke Semenanjung Malaysia.

“Tdak seperti yg diberitakan oleh beberapa media asing  sebelumnya, berdasarkan pantauan dan analisa data satelit,  tidak ada sebaran asap yang terdeteksi di Sumatera yg melintas ke Semenanjung Malaysia,” imbuhnya.

Terkait peluang terjadinya hujan, Mulyono menuturkan saat ini sudah teramati terjadi hujan di beberapa wilayah Sumatera, termasuk di Riau. Dalam tiga hari kedepan diprakirakan akan terjadi hujan di Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat bag. utara, Kalimantan Utara, dan Papua  dengan intensitas ringan hingga sedang.

 

 

Laporan: Muhammad Fauzi, Jawa Pos/JPG

Editor: Mohamad  iQbaL