Islam Tak Mendiskreditkan Agama dan Suku Tertentu

Gubernur Buka Konferensi Antarabangsa Islam Borneo

DIABADIKAN. Sutarmidji berfoto bersama panita KAIB XI di Ibis Hotel, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Senin (24/9) malam. Humas Pemprov for RK

eQuator.co.id PONTIANAK-RK. Pada acara welcoming Dinner dan Openning Ceremony, Gubernur Kalbar Sutarmidji membuka secara resmi Konferensi Antarabangsa Islam Borneo (KAIB) XI di Ibis Hotel, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Senin (24/9) malam. KAIB tahun ini mengambil tema ‘Islam dalam Ledakan Era Digital di Borneo’.

KAIB diikuti sekitar 300 peserta. Berasal dari Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Konferensi ini nantinya akan dilaksanakan dari 24 – 26 September 2018 di IAIN Pontianak yang rencananya dibuka Gubernur Kalbar.

Menurut Suatrmidji, pentingnya menunjukkan identitas keislaman yang rahmatan lil’alamin. Tidak mendiskreditkan agama maupun suku tertentu. Dalam Islam sudah jelas dikatakan bahwa urusan keagamaan menjadi tanggungjawab masing-masing pemeluk agama. “Sesuai yang tercantum pada Surat Al-Kafirun yang artinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku,” ujarnya ketika memberi sambutan.

Dalam Islam juga menghargai perbedaan suku. Keberadaan suku-suku bukan untuk berpecah belah. “Melainkan untuk saling mengenal satu sama lain,” jelasnya.
Mantan Wali Kota Pontianak dua periode ini mengatakan, Kota Madinah merupakan gambaran ideal bangsa yang dikehendaki ajaran Islam. Sebab masyarakat Madinah dibangun dengan fondasi yang kokoh berlandaskan tauhid, toleransi, dan kesholehan sosial.
“Konstitusi Madinah merupakan satu bukti bahwa Islam sangat menghormati dan menghargai agama dan suku yang berbeda.” Papar pria yang karib disapa Midji ini.
Dalam kesempatan tersebut tak lupa Midji memperkenalkan keindahan dan kekayaan alam Kalbar kepada peserta KAIB. Menurut Midji, Kalbar merupakan provinsi yang potensial. Dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Kalbar dilalui garis Khatulistiwa, sehingga tidak perlu lagi keliling dunia. Cukup meletakkan kaki di sebelah utara dan selatan di tugu Khatulistiwa, sudah keliling dunia. “Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, maka Konferensi Antarbangsa Islam Borneo XI resmi dibuka,” ucap Midji seraya mengetok palu.
Sementara Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Nizar Ali memberikan apresiasi atas terselenggaranya KAIB ke XI ini.
“Saya ucapkan terima kasih tak terhingga atas kehadiran Gubernur Kalbar pada malam hari ini,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Nizar menjelaskan, IAIN Pontianak sudah pihaknya dorong untuk berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Namun masih terkendala pada ketersediaan lahan kampus yang belum memadai. IAIN Pontianak hanya punya tanah 4 hektare. Belajar dari kampus-kampus negeri jiran, lahannya ratusan hektare. “Kami juga dampingi akreditasi IAIN Pontianak,” jelasnya.
Menurutnya, KAIB XI menjadi media silaturrahim Perguruan Tinggi Islam di pulau Borneo. Selain itu, KAIB menemukan jalan talent akademik menjadi langkah strategis dan penting. “Kajian kontemporer dan manuskrip sangat penting,” pungkasnya.

Tantangan era digital katanya, dengan menyajikan Islam yang ramah. Islam moderat itu penting. Islam Nusantara menjadi perbincangan. “Bisa jadi Islam Borneo juga akan menjadi pertanyakan,” sebutnya. Nizar menilai, KAIB akan mampu ekspolarasi dalam penyampaian kajian Islam Borneo.

Kegiatan KAIB merupakan kerja sama antara IAIN Pontianak dengan UiTM Sabah-Malaysia, Universitas Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam, Kolej Universitas Perguruan Agama Seri Bengawan (KUPUSB) Brunei Darussalam, Universitas Mulawarman (UNMUL) dan Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM). Dalam kegiatan KAIB juga dilaksanakan Borneo International Halal Showcase (BIHAS). Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Indonesia, Malaysia, serta Brunei Darussalam sebagai platform untuk menyatukan usahawan dan kreator produk halal di Borneo. Selain itu merupakan promosi produk halal di Borneo ke mancanegara.

Laporan: Gusnadi, Maulidi Murni

Editor: Arman Hairiadi