Ingat, 70% Konflik Global Berlatar Perebutan Energi

OAL KONFLIK. Asrena Kasad Mayjen TNI Wiryantoro saat menyampaikan pemaparannya dalam Temu Nasional ke-9 Fortei 2015 kemarin (10/11). FIKRI AKBAR-RK

eQuator – Listrik merupakan salah satu penemuan terbesar manusia. Keberadaannya mutlak dibutuhkan. Kini, di tengah pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang tinggi, isu krisis energi global mengemuka. Demikian dikatakan Dr. Iqbal Arsyad, akademisi dari Universitas Tanjungpura Pontianak.

“Oleh karena itu, bagaimana keberlanjutan penyediaan energi yang lebih efisien dan terbarukan menjadi target agar penyediaan energi listrik tetap terkendali,” kata Iqbal di sela-sela menghadiri Temu Nasional ke-9 Forum Pendidikan Tinggi Elektro Indonesia (Fortei) 2015, di Aula lantai 4 Harris Hotel Pontianak, Selasa (10/11).

Pria yang juga Ketua Pelaksana kegiatan tersebut mengatakan, secara spesifik, tanggung jawab untuk menciptakan sumber energi terbarukan berada di dunia pendidikan Indonesia. “Kita juga menyelenggarakan workshop tentang pendidikan tinggi Teknik Elektro Indonesia, bagaimana pendidikan Elektro selalu mengikuti perkembangan zaman,” tutur dia.

Lebih jauh, ditinjau dari segi keamanan, Asisten Perencana Kepala Staf Angkatan Darat (Asrena Kasad), Mayjen TNI Wiryantoro menyatakan, rasio kebutuhan dan ketersediaan energi dewasa ini sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Dimana, pesatnya pertumbuhan manusia dan ekonomi secara global sewaktu-waktu dapat menjadi medan konflik baru dan bahkan meruncing.

“Tidak hanya Indonesia, banyak negara apalagi negara yang memiliki tingkat kemajuan teknologi akan membutuhkan banyak support energi. Isu keamanan energi akhir-akhir ini semakin mengemuka dan berpotensi pada keamananan. Terbatasnya sumber daya energi mendorong kekhawatiran munculnya persaingan baru di berbagai kawasan yang dipicu oleh penguasaan sumber energi,” papar dia.

Jika dilihat dari peta konflik dunia pada 2013, beberapa negara seperti Libya, Mesir, Iran, Kuwait, Suriah, Kongo, kacau balau karena persoalan energy tersebut. “Jadi, kita harus hati-hati, manakala kita lengah, maka akan terjadi medan konflik seperti ini. Kita lihat Ukraina yang sekarang juga terjadi. Tujuh puluh persen konflik di dunia itu karena latar belakang (perebutan,red) energy,” terang Wiryantoro.

Kalau melihat data dunia tahun 2011, ia melanjutkan, sisa cadangan minyak dunia hanya tinggal 45 tahun lagi atau akan habis pada tahun 2056. Sementara, cadangan di Indonesia tinggal 10 tahun lagi alias akan habis pada tahun 2023.

“Mudah-mudahan sebelum itu, kita sudah menemukan energi baru terbarukan,” harapnya.

Selain faktor tidak berimbangnya antara persediaan dan kebutuhan, krisis energi, Wiryantoro mengemukakan, juga tidak terlepas dari terbatasnya bagaimana energi tersebut dapat diakses. “Indonesia kaya akan sumber daya alam. TNI AD sebagai salah komponen bangsa memiliki tugas menjaga kedaulatan negara Indonesia,” kata Alumnus Politeknik Elektro Untan tahun 1980 ini.

Paparan itu disambut Deputi Kemenristek Dikti RI, Syahrul yang turut hadir dalam kesempatan itu. Ia menyampaikan, sudah menjadi tugas kementeriannya untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia dengan sebaik-baiknya. Karena sektor pendidikan saat ini merupakan yang paling berpeluang untuk mengeluarkan Indonesia dari krisi energi.

“Bagaimana melakukan penguatan-penguatan terhadap Sumber Daya Manusianya. Bagaimana 6,8 juta mahasiswa ini berprestasi, 240 ribu doktor dan 55 ribu profesor bisa berkualitas. Kita tetap optimis,” tegas Syahrul.

Bagi Ketua Dewan Energi Nasional, Tumiran, dasar untuk negara bisa berdaulat dan mandiri dalam pengelolaan energi dalam negeri sendiri memerlukan dua faktor, penguasaan teknologi dan kemampuan finansial. “Semua resource (sumber) energi kita berdaulat, tapi kenyataannya kita tidak bisa berdaulat energi. Kita! Tidak mampu melawan intervensi asing, bagaimana kita bisa mandiri? Kita harus kuasai teknologi dan kuatkan finansial. Itu tantangan bagi kita, kita semua bisa berperan,” tukasnya.

Temu Nasional ke-9 Fortei 2015 ini juga menghadirkan GM PT PLN Wilayah Kalbar, Hot Martua Bakara, sebagai pembicara. Dia membenarkan kondisi Kalbar saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan energi secara menyeluruh. Untuk itu, langkah atau strategi yang dapat diambil saat ini, adalah dengan membeli listrik Malaysia.

“Ini peluang dan tantangan ketahanan energi listrik kalbar. Diusahakan bulan Desember, PLN sudah beroperasi,” terang dia.

Sebagai tindak lanjut dari pembahasan ini, adalah pembentukan steering committee. Fortei juga akan melakukan studi banding ke Serawak Energi Berhad (SEB) yang merupakan mitra PLN dalam kerja sama jual beli energi. Kunjungan kemudian akan dilanjutkan ke Universiti Negeri Serawak (Unimas).

Laporan: Fikri Akbar

Editor: Mohamad iQbaL

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.