Hj Tin, Puluhan Tahun Mengoleksi Barang Antik

Koleksi Dibeli Orang Malaysia, Singapura dan Thailand Banyak pengoleksi barang antik di Jambi. Salah satunya adalah Hj Tin. Dia sudah mengoleksi barang antik selama 27 tahun. Diusianya yang menginjak 60 tahun, Hj Tin masih tetap mengoleksi barang-barang yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun.

Banyak pengoleksi barang antik di Jambi. Salah satunya adalah Hj Tin. Dia sudah mengoleksi barang antik selama 27 tahun. Diusianya yang menginjak 60 tahun.foto: Doni Saputra-jambi ekspres

eQuator.co.id – DONI SAPUTRA

BERBICARA

masalah barang antik, tentu yang terpikirkan adalah nilai ekonomisnya yang tinggi. Tentunya, banyak orang-orang yang tertarik untuk mengoleksi barang yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun.

Kemarin (23/2) sekitar pukul 14.00 WIB, harian ini bertandang ke kediaman Hj Tin yang berlokasi di Jalan Kutilang 4, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi. Perempuan kelahiran Jawa

Barat, 22 Februari 1956 ini merupakan kolektor barang antik. Kini koleksinya mencapai ratusan barang.

Tidak lama, perempuan yang kesehariannya dipanggil Mimi ini menunjukkan beberapa koleksinya. Diantaranya, kalung, songket, piring dan jam antik. Beber

apa lemari di rumahnya juga penuh dengan barang antik. Ada guci, ada cincin, kalung, cangkir dan pernak-pernik lainnya yang sudah berusia hingga 100 tahun.

Dia bercerita, dirinya sudah mengoleksi barang antik selama 27 tahun. Hingga usianya yang saat ini 60 tahun, masih tetap mengoleksi. Menurutnya, selain nilai ekonomis yang tinggi barang antik memiliki daya tarik tersendiri.

“Saya sudah mengoleksi barang antik dari tahun 1989. Dulu belum banyak yang ngoleksi,” ujar perempuan berhijab yang memiliki empat orang anak ini.

Bahkan, dirinya mencari barang antik hingga ke pelosok daerah dalam Provinsi Jambi. Diantaranya, Seberang, Sengeti, Bangko, Sarolangun, Tembilahan, Kualatungkal dan daerah lainnya.

“Kemana-mana lah. Namanya juga usaha,” sebutnya.

Dari beberapa koleksinya, ada juga yang dibeli orang lain, yakni dari Jakarta, Batu Raja, Palembang, Tanjung Pinang, dan Medan. Bahkan, ada yang nilainya mencapai Rp50 juta. Tidak hanya itu, orang dari Malaysia, Singapore dan Thailand juga ada yang memb

eli.

Lanjutnya, orang dari Singapore membeli barang antik tampuk bantal atau biasa disebut Kampek yang memiliki benang dari kelingkam. Kemudian, dari Malaysia membeli perhiasan yang sudah berusia ratusan tahun. Selanjutnya dari Thailand membeli piring p

oslen yang terbuat dari keramik.

Dia menuturkan, beberapa koleksinya yakni barang-barang yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun. Diantaranya, cincin, kalung, gelang, songket, baju, lemari, jam, piring, gelas dan lainnya.

“Pokoknya barang-barang yang lama. Banyak Saya koleksi. Ada yang paling murah itu Rp100 ribu,” tuturnya.

“Sekarang juga masih banyak,” tambahnya.

Sesekali Dia menunjukkan koleksinya. Ada kalung warna emas, kemudian juga songket yang terbuat dari benang emas dan benang perak. Barang-barang ini memiliki lemari khusus untuk penyimpanannya.

Tentunya, ini hal yang menarik. Barang antik ini juga memiliki nilai investasi. Dimana, ada beberapa jenis barang yang kian lama hargan

ya terus naik. Umumnya para kolektor sendiri mencari barang-barang yang sudah lama. Namun, lebih dari itu, kepuasan dengan memiliki barang antik inilah yang terpenting. (***)