eQuator – Pontianak-RK. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kalbar berupaya menjalin kerjasama dengan negara serumpun, khususnya Brunei Darussalam. Ini upaya menggairahkan kembali perekonomian di Kalbar.
Hanya saja, dibutuhkan arus transportasi yang memadai, agar kerjasama bisnis pengusaha Kalbar dan Brunei Darussalam bisa lancar. Sarana transportasi super cepat berupa penerbangan. Diharapkan pemerintah Kalbar bisa bekerjasama dengan PT Angkasa Pura dan maskapai untuk membuka rute Pontianak-Brunei Darussalam. Jika terealisasi, ekonomi Kalbar dengan sendirinya akan melonjak naik.
“Dan sudah lakukan terobosan, membuka jaringan pengusaha di Brunei beberapa waktu lalu dalam pertemuan bisnis. Itu salah satu upaya HIMPI Kalbar bekerjasama di bindang perdagangan, wisata dan investasi,” ujar Nedy Achmad, Ketua HIPMI Kalbar usai menghadiri diskusi ekonomi pada acara Titik Temu “Setiap Masalah Ada Solusi” di Aston Hotel Pontianak, Rabu (23/12). Diskusi Titik Temu ini dimotori Harian Rakyat Kalbar dan HIPMI Kalbar, bekerjasama dengan Pon-TV dan Aston Hotel Pontianak.
Rute penerbangan Pontianak-Bandar Sri Begawan secara langsung, merupakan langkah utama menjalin kerjasama bisnis antara pengusaha Kalbar dengan Brunei Darussalam.
Tidak mudah menciptakan peluang bisnis antarnegara. Memerlukan tenaga ekstra, salah satunya dukungan dari banyak pihak, baik masyarakat, penerbangan serta pemerintah.
“Misalnya di Brunei ada beberapa bidang seperti finansial, energi, wisata maupun peluang usaha lainnya. Kita punya kekuatan sumber daya alam, tenaga kerja, lahan yang luas, ini bisa dikombinasi dengan mudah, kalau transportasi sudah lancar. Ini akan sangat berpengaruh dengan lalu-lintas ekonomi kita,” jelas Nedy.
Sejauh ini yang dirasakan HIPMI dan pengusaha pada umumnya, proses bisnis terkendala pada operasional perjalanan bisnis. Sehingga pelaku bisnis enggan menjalin kerjasama ke luar negeri. Padahal jika upaya yang ditawarkannya terwujud, sangat besar pengaruhnya di banyak sektor, baik bagi pemerintah daerah maupun warganya.
Sangat menyedihkan, saat ini kalau mau ke Brunei Darussalam, pengusaha Kalbar mesti transit melalui Jakarta. Padahal Kalbar dan Brunei masih satu daratan. Apabila menggunakan transportasi darat seperti bus, memakan waktu puluhan jam perjalanan. Itu yang membuat pengusaha enggan melakukan perjalanan. “Tapi kalau kita buka lewat transportasi udara, cukup satu jam ke negara tujuan. Ini akan mengembangkan juga sektor pariwisata dan bisnis. Otomatis itu semua,” tegas Nedy.
Berdasarkan data yang dipegang HIPMI, tidak sedikit warga Kalbar yang bekerja ke luar negeri. Jika berbicara soal gaji, mereka sudah pasti di atas rata-rata. Hanya saja dengan transportasi yang terbatas, mereka enggan mendatangi Indonesia, Kalbar khususnya.
“Pada saat libur, memperpanjang kontrak, kita harapkan mereka terbangnya ke Pontianak. Jika keliling Brunei mereka terbatas waktu, tapi kalau di Pontianak, banyak hal yang mereka bisa lihat, kuliner, belanja dan banyak lagi. Bahkan harganya jauh lebih murah,” ungkap Nedy.
Laporan: Gusnadi, Fikri Akbar
Editor: Hamka Saptono