Harga Sayur dan Tarif Transportasi Udara Picu Deflasi di Kalbar

Sayuran. Ilustrasi. Foto Yessy Artada/jpnn.com

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tekanan harga pada bulan Juli 2019 di Kalbar kembali menurun hingga mencatatkan deflasi sebesar 0,06 persen (mtm). Setelah pada bulan sebelumnya (Juni) mengalami inflasi sebesar 0,56 persen (mtm).

“Deflasi Kalbar pada Juli 2019 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rerata bulanan Juli tiga tahun terakhir yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm),” ungkap Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kalbar, Pitono, kemarin.

Sementara itu, jika dilihat secara nasional mengalami inflasi sebesar 0,31 persen (mtm). DefIasi Kalbar berada pada pada posisi ke-25 dari 34 provinsi di Indonesia. Untuk di Kota Pontianak mengalami deflasi sebesar 0,10 persen (mtm).

“Sebaliknya, Kota Singkawang masih mengalami inflasi sebesar 0,13 persen (mtm). Secara nasional, Kota Pontianak dan Kota Singkawang masing-masing berada dalam posisi ke-64 dan ke-49 dari 82 kota sampel inflasi di Indonesia,” jelasnya.

Komoditas pendorong deflasi bulanan Kalbar Juli 2019 adalah wortel, sawi hijau, angkutan udara, daging ayam ras dan kangkung. Stok yang kembali normal mendorong defIasi pada wortel dan sawi hijau, setelah mengalami inflasi pada bulan sebelumnya.

“Di sisi Iain, beberapa komoditas mengalami inflasi sehingga menahan deflasi lebih Ianjut. Komoditas tersebut antara Iain sekolah dasar, emas perhiasan, daging sapi, cabai rawit dan apel. Komoditas sekolah dasar mengalami inflasi sehubungan dengan mulainya tahun ajaran baru sekolah,” terangnya.

Prijono menyebutkan, lnflasi Kalbar ke depan diperkirakan masih berada pada rentang target inflasi nasional 3,5+1 persen (yoy). Namun demikian, terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai yaitu anomali cuaca, bencana alam di sentra produksi bahan makanan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) serta fluktuasi harga minyak dunia.

“Dalam rangka pengendalian inflasi, Tim Pengendalian lnflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalbar akan terus memperkuat koordinasi kebijakan,” tuturnya.

Selain inflasi, lanjut Prijono, menjelang hari raya Iduladha, pihaknya menyebutkan bahwa akan terus melakukan pemantauan terkait stabilitas harga pangan pokok strategis.

“Stabilitas harga beberapa komoditas pangan strategis akan terus dipantau, terutama harga daging sapi,” lugasnya

Selain KPw BI Kalbar, sebelumnya Badan Pusat Statistik Kalbar juga telah merilis terkait kondisi tingkat inflasi di provinsi ini, di mana pada Juli 2019 di Kota Pontianak terjadi deflasi 0,10 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 148,82.

“Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks pada dua kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok bahan makanan 1,27 persen dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,28 persen,” papar Pitono kepala BPS Kalbar, beberapa belum lama ini.

Sedangkan lima kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan indeks dari yang tertinggi yaitu kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,81 persen; kelompok sandang 1,11 persen; kelompok kesehatan 0,69 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,07 persen; dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,06 persen.

“Tingkat inflasi tahun kalender Juli 2019 sebesar 2,23 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juli 2019 terhadap Juli 2018) sebesar 2,58 persen,” pungkasnya.

BPS mencatatkan Indeks Harga Konsumen (IHK) di kota-kota Kalimantan masih terpantau terjaga, meski isu pemindahan ibu kota ke pulau ini sudah bergulir sejak lama. Bahkan beberapa kota yang menjadi pemantauan BPS tercatat mengalami deflasi.

“Belum (berdampak ke inflasi). Isu pemindahan ibu kota ke Kalimantan rasanya enggak (mempengaruhi inflasi), ini malah deflasi,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti.

Data BPS menunjukkan dari 7 kota di Kalimantan yang dipantau, hanya 2 kota yang mengalami inflasi di Juli 2019. Selebihnya malah mengalami deflasi. Misalny di Samarinda dan Pontianak.

Di Samarinda, Kalimantan Timur tercatat inflasi sebesar 0,59 persen (month to month/mtm), secara tahunan sebesar 2,25 persen (year on year/yoy). Kemudian di Singkawang, Kalimantan Barat terjadi inflasi sebesar 0,13 persen mtm atau secara tahunan sebesar 1,83 persen yoy.

Sebaliknya, kota yang mengalami deflasi yakni Balikpapan, Kalimantan Timur dengan deflasi sebesar 0,08 persen mtm di Juli 2019, secara tahunan tingkat inflasinya sebesar 1,86 persen yoy. Lalu Banjarmasin, Kalimantan Selatan tercatat mengalami deflasi 0,09 persen mtm, secara tahunan mengalami inflasi 4,21 persen yoy.

Kemudian Pontianak, Kalimantan Barat mengalami deflasi 0,1 persen mtm dan secara tahunan mengalami inflasi 2,58 persen yoy. Di Tarakan, Kalimantan Utara tercatat terjadi deflasi 0,64 mtm atau secara tahunan mengalami inflasi 3,89 persen yoy.

Termasuk juga di Palangka Raya, Kalimantan Tengah terjadi deflasi 0,24 persen mtm dengan inflasi tahunannya 2,47 persen yoy. Kalimantan Tengah memang jadi kandidat utama dalam pemindahan ibu kota, di mana Palangka Raya disebut menjadi salah satu calon daerah ibu kota.

“Palangka Raya saja deflasi. Isunya kan pindah ke sini,” katanya.

Yunita menilai, bila melihat tingkat inflasi kota-kota di Kalimantan secara tahunan, hal itu nampak sebagai siklus biasa. Menurutnya, dampak isu pemindahan ibu kota sangat kecil terhadap kota-kota tersebut.

Laporan: Nova Sari
Editor: Andriadi Perdana Putra