Harga Anjlok, Karet Ditinggalkan

AM Nasir Beri Solusi Datangkan Investor

SADAP. Petani karet Desa Kedamin Darat, Kecamatan Putussibau Selatan sedang menyadap karet di kebunnya di Jalan Tani, belum lama ini. ANDREAS

eQuator.co.id – Putussibau-RK. Karet sebelumnya menjadi unggulan warga Kabupaten kapuas Hulu. Sejak harganya anjlok beberapa tahun terakhir, menyebabkan lesu perekonomian masyarakat.

Harga karet tertinggi pada 2013 silam. Mencapai Rp20 ribu per kilogram. Namun sejak 2014 hingga sekarang, harganya terus merosot. Bahkan hanya Rp5 ribu per kilogram. Kondisi ini mencekik ekonomi masyarakat. Sementara harga kebutuhan pokok terus melonjak.

“Kalau dulu harga karet masih belasan ribu, lumayan. Semangat kita noreh (menyadap karet). Sekarang jadi serba sulit, sementara harga barang naik terus,” keluh Misran, warga Kecamatan Bunut Hilir, Kapuas Hulu, Minggu (16/10).

Dikatakan Misran, saat ini masyarakat banyak yang meninggalkan kebun karet. Mereka beralih ke mata pencaharian lainnya, seperti menanam pohon purik (kratom). Namun harganya pun belum membaik.

Peralihan usaha masyarakat dari menyadap karet ke bidang perkebunan lainnya dibenarkan Hasbi, warga Bunut Hilir lainnya. Menurutnya, banyak masyarakat kecewa dengan harga karet yang terus anjlok. Kemudian menebangnya dan mengganti dengan menanam pohon purik.

“Tapi harga purik juga sudah turun sekarang. Sebelumnya harga daun purik basah dibeli pengepul seharga Rp12 ribu per kilogram. Sekarang hanya Rp5 ribu per kilogram. Malah sekarang masyarakat sulit menjual daun purik, karena tidak ada lagi pengepul,” ujar Hasbi.

Menanggapi sulitnya perekonomian warga, Bupati Kapuas Hulu AM Nasir, SH memberikan solusi. Mendatangkan investor, membantu pemerintah daerah membuka lapangan usaha untuk warganya. Sehingga masyarakat tidak lagi bergantung pada satu mata pencaharian saja.

“Kehadiran investor akan membantu Pemkab Kapuas Hulu mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, Pemkab akan terus berupaya menghadirkan para pengusaha, agar mereka mau berinvestasi di Kapuas Hulu,” ujar Nasir.

Nasir menjelaskan, kesulitan ekonomi tersebut dirasakan masyarakat secara global. Dampaknya terhadap daya beli masyarakat yang menurun.

“Karena sulitnya perekonomian saat ini, pusat perbelanjan mall-mall dan penginapan seperti di Jakarta, Pontianak menjadi sepi. Ini memang fakta yang terjadi, hampir semua daerah mengalami kesulitan ekonomi,” katanya.

Untuk itu, Nasir meminta masyarakat bisa lebih jeli memanfaatkan peluang usaha yang bisa mendongkrak perekonomian di daerah. Tidak hanya bergantung pada satu bidang usaha.

“Kesulitan kita selama ini, hanya mengandalkan satu komoditi seperti karet. Namun ke depan kita harus pandai memanfaatkan peluang usaha lain, seperti sawit, perikanan serta bidang usaha lainnya. Tentunya yang bisa menjadi nilai tambah untuk keluarga,” tegas Nasir.

 

Laporan: Andreas

Editor: Hamka Saptono