-ads-
Home Rakyat Kalbar Pontianak Hanya Agama dan Toleransi Bisa Selamatkan Kebhinnekaan

Hanya Agama dan Toleransi Bisa Selamatkan Kebhinnekaan

1212, Subuh yang Menggetarkan di Mujahidin

1212. Suasana Salat Subuh berjamaah yang dilakukan ribuan muslim bertempat di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Senin (12/12). TAUFIQ ALQADRIE DAN HUSIN AMIR FOR RAKYAT KALBAR

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Di tengah hingar bingar dan aksi berbalas aksi soal kebhinekaan di Republik Indonesia ini, ada pendapat Wali Kota Sutarmidji yang laik diacungkan jempol. Katanya, hanya agama dan sikap toleransi antarumat beragama lah yang bisa menjaga keutuhan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

“Oleh sebab itu, sangat penting masing-masing pemeluk agama mendalami ajaran agamanya masing-masing. Dan, melaksanakannya secara konsekuen serta bijaksana menjalani hubungan sosialnya kepada orang yang berbeda agama,” ujar Sutarmidji.

Pernyataan itu dikemukakannya saat menguraikan salah satu makna peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Rumah Dinas Wali Kota Pontianak, Senin (12/12).

-ads-

“Karena, kadang yang sudah dianggap sebagai yang paling paham pun masih bisa ucapannya kontroversi, apalagi yang tidak. Mari kita jaga keberagaman dengan semakin memahami sebanyak mungkin ajaran agama. Agar kita bisa menjaga kebhinnekaan itu, tidak ada lain, selain agama dan kebersamaan yang bisa menjaga kebhinnekaan itu,” ujarnya.

Ia berpandangan, segala persoalan yang dihadapi umat saat ini hendaknya dapat pula menjadi refleksi bagi umat itu sendiri untuk kembali kepada ajarannya masing-masing. Begitupun terkait dengan isu kebhinnekaan yang erat kaitannya dengan persoalan keagamaan yang menerpa bangsa Indonesia baru-baru ini, Sutarmidji berharap bahwa masing-masing umat dapat kembali pada pemahaman ajaran agamanya.

“Bagi Islam semuanya sudah diatur, bagaimana hidup bertoleransi, bagaimana menghargai agama lain, bagaimana menghargai etnis lain, bagaimana menghargai orang lain, itu ada semua di dalam Alquran. Yang lain juga harus seperti begitu,” pintanya.

Wali Kota Pontianak dua periode ini tidak membatasi jika salah satu pemeluk agama yang ingin mempelajari atau mendalami ajaran agama lain. Namun hal itu hanya dalam konteks ilmiah. Bukan untuk tujuan membeda-bedakan dalam status hubungan sosial, apalagi untuk memecah belah.

“Saya pernah belajar tentang perbandingan mazhab, saya pernah belajar tentang perbandingan agama. Tapi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, dimanapun dia pada posisi apapun dia, tetap berpegang pada agamanya masing-masing. Yang satu jangan mengomentari menggunakan ajaran yang lain, karena itu tidak pas,” papar Sutarmidji.

Selain berguna untuk mempererat silaturahmi dalam bingkai kebhinnekaan, lanjut dia, mendalami ajaran agama masing-masing dapat meningkatkan pemahaman. Dan, semakin mempertebal keimanan umat terhadap agama serta kepercayaan yang dipeluknya.

Dalam konteks Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini, umat Islam hendaknya dapat bersyukur bahwa masih diberikan umur panjang untuk terus memahami tauladan pada diri Rasulullah. “Untuk tahun ini yang paling istimewa, Rasulullah lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal, dan tahun ini tanggal 12 Rabiul Awal itu bertepatan dengan tanggal 12 bulan 12, harinya pas hari Senin,” tandasnya.

RIBUAN JAMAAH PADATI MASJID RAYA MUJAHIDIN

Di sisi lain, ketika adzan subuh bergema, Senin (12/12), di Masjid Raya Mujahidin yang bertepatan dengan 12 Rabiulawal 1438 Hijriah, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, getarnya terasa beda dari subuh-subuh yang telah berlalu. Begitu imam shalat beranjak mengambil tempat dan menoleh ke belakang, ribuan orang sudah menempati saf masing-masing hingga memenuhi seluruh ruang masjid kebanggaan Kalbar itu. Dan, pukul 04.12 saat azan berkumandang, tak ada lagi tempat kosong.

Menggetarkan, bukan hanya tausiah seusai salat dan zikir. Tapi inilah suasana yang masih hangat dari Aksi Bela Islam 212 sekaligus memperingati Maulid Nabi dengan pembacaan Maulid Rosul. Dilanjutkan dengan tilawah dan sari tilawah surah Al-Maidah ayat 51, 52, dan 55.

Di Masjid Raya Mujahidin ini, acara dikoordinir oleh Aliansi Umat Islam Bersatu Kalbar. Aksi ini tak terpisahkan dari aksi nasional yang dipusatkan di Kota Bandung dan tersebar di seluruh Indonesia. Dan tuntutannya tetap sama, agar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditangkap dan diadili dengan hukuman setimpal perbuatannya.

Sambutan disampaikan oleh Drs. H.A. Munir, koordinator Sajadah Fajar Pontianak, kemudian jamaah disirami rohaninya dengan tausiah dari para ulama Kota Pontianak dan Kubu Raya. Tak terasa, setelah pukul 06.30 baru ditutup dengan doa bersama.

Aksi Subuh 1212 juga dilaksanakan penggalangan dana untuk korban gempa di Aceh. Tak kurang dari Rp72 juta lebih dana terkumpul. Jamaah pun mengucap syukur, di saat subuh pun masih bisa terkumpul dana bagi saudara-saudara di Serambi Makkah yang tengah ditimpa musibah.

“Bergetar hati saya menyaksikan umat seramai itu yang salat subuh,” tutur Taufiq Alkadrie.

Tak hanya jumlah saf yang menggetarkan, tausiah yang disampaikan sejumlah ulama pun luar biasa. Diantaranya oleh Ketua Forum Silaturahim Pondok Pesantren Kalbar, Habib Muhammad Alqadri, Ketua MUI Kubu Raya, Ustad Zamroni, SHI dan Ketua FPI Kalbar Habib Iskandar Alqadri.

“Dikasih materi tausiyah yang benar-benar membakar semangat umat Islam,” tambah Taufiq. Ia tiba di masjid sebelum pukul 04.00, kebagian saf di tengah.

Menurutnya, saat masuk, saf perempuan di tengah masjid. Mendekati azan, jamaah berdatangan. Saf perempuan pun mundur hingga ke belakang.

“Jumlahnya ribuan, pastinya ndak tau. Ini cuma perkiraan,” ujar alumni FKIP Untan itu.

Begitupun Husin Amir. Ia mengaku baru subuh 1212 inilah bisa seramai itu. “Sampai seluruh bagian masjid penuh,” ujarnya.

Ia salat subuh di Masjid Mujahidin kemarin murni karena merasa terpanggil sebagai umat Islam. Biasanya di hari kerja, sering berdinas di luar daerah.

“Sudah dapat info tiga hari sebelumnya, kebetulan hari ini masih di Pontianak, jadi datang,” tuturnya.

Husin mengatakan, subuh berjamaah di Masjid Mujahidin di hari yang bermakna membuktikan bahwa umat Islam kompak. “Alhamdulillah, ini membuktikan bahwa jika bersatu, umat Islam bisa kuat,” tegasnya.

Ia berharap persatuan umat Islam ini bisa terus terjaga dan dijaga, karena merupakan potensi bagi kebangkitan Islam selanjutnya. “Seperti di bidang ekonomi, jangan hanya umat Islam menjadi penonton,” terang Husin.

Pun dia berharap agar subuh berjamaah bisa konsisten dilakukan oleh seluruh umat Islam. “Tadi Pak Munir (koordinator Sajadah Fajar Pontianak) juga mengingatkan ini jangan jadi yang terakhir, kalau bisa juga masjid-masjid lain bisa seramai ini,” tambahnya.

Ustad Syahrani, Ketua Bidang Dakwah FPI Kalbar, salah satu penggagas aksi, mengaku bahwa pemilihan salat subuh berjamaah bukan tanpa alasan. Salah satunya karena banyaknya aksi tandingan dari Aksi Bela Islam sebelumnya.

“Saat kita melakukan aksi ada saja aksi tandingan yang disengaja, padahal aksi mereka apa yang mau dituntut?” tanya dia.

Ia merasa aksi tandingan seolah sedang menuding bahwa Aksi Bela Islam ini sesuatu yang salah. “Padahal aksi kita ini menuntut keadilan,” tegas Syahrani.

Baginya, orang-orang yang menganggap salah menuntut keadilan, sama saja tidak ingin keadilan ditegakkan. Dan Syahrani heran, seolah-olah aparat memberi kemudahan terhadap aksi-aksi tandingan ini sementara terhadap Aksi Bela Islam cenderung dipersulit.

“Orang munafik itu paling payah salat subuh. Nah, kalau sekarang mereka mau buat tandingan, silahkan buat subuh tandingan,” tantangnya.

Ia pun merasakan subuh itu sangat istimewa. “Di waktu Subuh itulah Allah bukakan banyak pintu kebaikan, Allah bukakan pintu rahmat,” ungkap Syahrani.

Karena itu, ia berharap dengan limpahan berkah dan rahmat di waktu Subuh inilah kebangkitan Islam bisa diwujudkan. Dan aksi ini akan terus berlanjut jika ganjaran kepada penista agama tidak ditegakkan.

“Ahok sudah menistakan agama, dan orang yang menista agama, apapun agamanya maka dia musuh semua agama,” tegas Syahrani yang menilai Ahok sudah tidak layak dianggap warga negara yang baik.

Imbuh dia, “Maka sudah sepantasnya Ahok itu cepat ditangkap, inikan masih enak-enakan berkeliaran”.

Syahrani merasa, selama ini ada penggiringan opini seolah-olah ingin menggambarkan bahwa umat Islam tidak toleran. Padahal, yang diinginkan umat Islam adalah terciptanya kembali keharmonisan di masyarakat.

“Umat Islam tidak ingin negara yang dibangun para mujahid ini dirusak oleh penista agama, atau ideologi-ideologi komunis yang kita lihat mulai tampak di beberapa daerah,” pungkasnya.

Laporan: Fikri Akbar dan Iman Santosa

Editor: Mohamad iQbaL

Exit mobile version