-ads-
Home Rakyat Kalbar Kapuas Hulu Gula Merah Setitik, Rusak Madu Se-Kapuas Hulu

Gula Merah Setitik, Rusak Madu Se-Kapuas Hulu

Yohanes, warga Putussibau, menunjukan madu asli dari Kecamatan Bunut Hilir, di kediamannya, Jumat (27/5). ANDREAS-RK

eQuator.co.id – Potensi perairan air tawar Kapuas Hulu menjanjikan segudang lapangan usaha bagi masyarakat di sekitarnya. Ketika tangkapan ikan sudah tak menentu, warga setempat pun melirik madu sebagai mata pencaharian alternatif.

Setakat ini, di Kecamatan Batang Lupar (Lanjak) saja ada 60 kelompok petani madu (Periau) yang bisa memanen sedikitnya 100 ton madu alam. Dengan produksi sebesar itu, Kapuas Hulu merupakan penghasil madu terbesar Kalbar.

Sayang, hasil Hutan Bukan Kayu (HBK) dari Bumi Uncak Kapuas tersebut belakangan ini disorot karena konsumen kerap mendapat madu yang tidak murni alias oplosan. Menurut Camat Batang Lupar, Gunawan SSos, peluang usaha madu alam di daerahnya yang masuk kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) masih terbuka.

-ads-

Kelompok petani madu di sana tersebar di kawasan sekitar danau seperti Leboyan, Semangit, Semalah, Tempurau, dan Melemba. Madu tersebut dihasilkan oleh lebah yang bersarang di sekitar danau (tikung) maupun yang bersarang di pohon-pohon tinggi (lalau).

Gunawan menekankan, dalam pengelolaan madu berikut tata niaganya, petani wajib mengutamakan mutu. Kualitas harus dijaga dengan baik agar harga tetap stabil.

“Karena kita tahu, selama ini madu Kapuas Hulu yang terbaik,” tutur dia.

Sebenarnya, untuk mendapatkan madu asli mulai sulit, terutama di Kota Putussibau. Warga Bunut Hulu, Abang Hamidi, mengakui para penjual sering mengelabui pembeli dengan mengaku baru turun dari kampung membawa madu dagangannya. Bahkan sering ditemukan penjual keliling yang mengaku datang dari Kecamatan Kelam, Kabupaten Sintang.

“Sekarang memang sulit mencari madu asli. Sering dijumpai madu sudah dicampur gula,” tutur Hamidi.

Bahkan, sambungnya, belakangan ini masyarakat dihebohkan dengan adanya orang yang menjual madu bercampur gula merah. Warna produknya tampak hitam kemerahan.

“Ulah penjual madu nakal ini menjatuhkan pasaran madu alam Kapuas Hulu yang merupakan daerah penghasil madu alam tebesar di Kalbar,”ungkap dia.

Hamidi berharap, para petani dan penjual madu tetap menjaga kualitas madu, jangan sampai mencampur madu dengan apapun demi untuk mendapatkan keuntungan. Jika madu Kapuas Hulu jatuh kualitasnya di mata konsumen, maka yang dirugikan adalah petani sendiri.

“Mereka hanya memikirkan keuntungan sesaat, tidak memikirkan usaha jangka panjang,” sesalnya.

Untuk itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kapuas Hulu, Drs. Abdurrasyid MM, dengan sigap menjelaskan pengoplosan madu ulah segelintir oknum saja. Ia meminta petani madu lainnya tidak melakukan hal tersebut.

“Jika nama madu Kapuas Hulu sudah rusak, maka sulit memasarkannya ke daerah lain. Saya harap petani dan penjual tetap konsisten menjaga mutu dan tidak menaikkan harga madu terlalu tinggi,” pintanya.

Mantan Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Peternakan ini menambahkan, pihaknya telah melakukan pembinaan bersama LSM yang konsen terhadap masalah lingkungan kepada masyarakat petani. Sosialisasi soal budi daya, panen, dan menjaga kualitas madu, sudah sering dilakukan.

Memang, bersama manisnya madu, beragam khasiat bisa diserap tubuh. Mulai dari perawatan kulit, membantu menyembuhkan luka, hingga berfungsi sebagai antioksidan yang menambah daya tahan tubuh.

Menurut Tokoh Masyarakat Kecamatan Boyan Tanjung Musta’an, meski sulit mendapatkan madu dengan kualitas asli, bukan berarti tak bisa. Karena ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuktikan keaslian madu.

“Pembuktian keaslian madu ini memang tak bisa dilakukan sebelum membeli. Saya membeli dari seorang teman dari Bunut Hilir, itu madu tetes yang asli, dari bentuk dan warna sudah terlihat,” terangnya.

Selain itu, lanjut dia, madu asli memiliki gas. Ketika disimpan dalam jeriken, maka wadah itu akan mengembang dalam suhu tertentu. Kemudian, kalau disimpan dalam kulkas tidak akan membeku meski disimpan dalam waktu lama.

“Beda dulu waktu beli madu dari penjual yang mengaku dari daerah Kelam, Sintang. Dari rasanya sudah beda dan ketika disimpan dalam kulkas membeku. Kemudian tuangkan dalam gelas dia larut. Kalau yang asli tidak larut,” beber Musta’an.

Ia menyatakan sering menemukan penjual madu yang mengaku asli, namun setelah diuji ternyata oplosan, karena dicampur dengan bahan seperti gula merah dan air. “Maka ketika hendak membeli harus diteliti dahulu, kemudian bertanya pada teman atau siapa saja yang paham seperti apa madu yang asli itu,” saran dia. (*)

 Andreas, Putussibau

Exit mobile version