Gas Melon Mahal dan Langka di Sintang

Terry: Kemana Lari Elpiji di Pangkalan?

Ilustrasi.NET

eQuator.co.id – Sintang-RK. Harga gas elpiji 3 kilogram di Kabupaten Sintang melonjak naik beberapa bulan terakhir. Kelangkaan gas melon ini kerap terjadi hingga membuat warga sulit untuk mendapatkannya.

Warga Komplek Cipta Mandiri 1 Kelurahan Sengkuang Kecamatan Sintang, Wati mengatakan, harga gas bersubsidi itu capai Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per tabung. Seharusnya kalau mengikutkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp16.500. “Kalau dijual Rp20 ribu kita masih bisa terima. Tapi kalau di atas itu, tentu kita merasa keberatan,” ujarnya, Selasa (4/12).

Menurut perempuan 43 tahun ini, kebutuhan rumah tangga bukan hanya elpiji. Tapi juga banyak yang lainnya. Maka dari itu, kalau harga gas melon sudah tinggi, bagaimana mau memenuhi kebutuhan pokok yang lain. Sedangkan pendapatan begitu-begitu saja.

“Belum lagi kadang-kadang langka sehingga sulit untuk mendapatkannya. Bahkan kita biasa mencarinya hingga ke desa-desa tetangga,” katanya.

Wati meminta pemerintah daerah, dalam hal ini instansi terkait dapat menyelesaikan permasalahan ini segera mungkin. Kalau berlarut-larut pasti akan membuat masyarakat semakin tersiksa.

“Tolonglah perhatikan masyarakat kecil seperti kami ini. Jangan terus dibebankan dengan harga-harga kebutuhan pokok yang kian hari semakin tinggi,” pungkas Wati.

Walil Ketua DPRD Sintang Terry Ibrahim mengatakan, bahwa elpiji merupakan kebutuhan hidup semua masyarakat. Kalau langka dan mahal, pasti akan membuat masyarakat tersiksa. Kalau mau memakai minyak tanah, sudah sulit dicari di pasaran. Begitu juga kayu bakar yang susah untuk didapatkan. “Jadi sekarang itu kalau mau memasak semuanya sudah tergantung gas elpiji,” katanya.

Terry juga mengakui memang banyak sekali keluhan masyarakat akan sulitnya mendapatkan elpiji ukuran 3 kg. Padahal pangkalan gas elpiji ada di Sintang, tapi anehnya malah banyak yang kosong.

“Jadi menimbulkan pertanyaan kita, kemana gas elpiji itu berada. Saya pikir dari perusahaan sana tidak pernah berhenti untuk memproduksi pengisian ulangnya,” tanyanya.

Dirinya telah beberapa kali ke lapangan dan menemukan aduan masyarakat bahwa pangkalan tidak pernah ada gas elpiji. Kalau begitu, pangkalan itu dibuat untuk apa. Karena membuat pangkalan harus ada izin tertulis dan izin resmi yang dijadikan transit atau terminal untuk warga membeli elpiji.

“Oleh karena itu, kalau ada warga yang tau ada oknum barangkali yang mempermainkan pengedaran elpiji ini segera laporkan ke pemerintah,” pintanya.

Secara tidak langsung, menurut Terry dengan cara oknum yang mempermainkan pengedaran elpiji tersebut, menghukum masyarakat. Karena tidak makan lantaran tidak bisa memasak.

“Maka dari itu, kami dari DPRD Sintang meminta ke lembaga pengawas peredaran elpiji ini segera mencari solusi untuk mengatasi permasalahn ini. Apalagi sekarang menjelang natal dan tahun baru, pasti elpiji itu sangat dibutuhkan sekali,” pungkasnya. (pul)