eQuator.co.id – Pontianak-RK. Jangan lengah, Kalbar tetap punya potensi terjangkitnya flu burung alias H5N1 karena sejak 2007 dan tahun berikutnya pernah menyebar.
“Potensi H5N1 tetap ada di Kalbar, tetapi sampai hari ini tidak ada laporan mutasi dari manusia ke manusia. Teman-teman di Kalbar paham itu, seperti teman kita drh Abdul Manaf,” ungkap Kepala Biro Komunikasi & Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi, menjawab Rakyat Kalbar via telepon, tadi malam (27/3).
Karena itu Oscar tidak menafikan Kalbar akan bebas dari ancaman penyakit tersebut karena menyangkut unggas yang mobilitasnya tinggi.
Kasus flu burung pada unggas kembali marak di Indonesia. Hingga Maret 2016, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat persebaran kasus H5N1 itu di 17 kabupaten/kota di tujuh provinsi.
Tujuh provinsi tersebut meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jogjakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Di Jakarta, kasus flu burung ditemukan di permukiman pemulung di daerah Cilandak. Ditemukan entok dan unggas yang mati mendadak dalam jumlah cukup besar.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Biro Komunikasi & Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi menuturkan, pihaknya bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta langsung terjun ke lapangan. ”Tim bergerak cepat untuk mencari warga sekitar yang sakit,” ungkapnya kemarin (27/3).
Dari penelusuran tersebut, tidak ditemukan kasus influenza like illness di wilayah sekitar. Meski demikian, puskesmas terus memantau warga sampai dengan 14 hari ke depan. Surveillance itu, lanjut dia, juga telah dilakukan di enam provinsi lainnya.
”Hingga saat ini belum ada penularan virus flu burung antarmanusia. Penularan masih terjadi dari unggas ke manusia,” tutur mantan Kadis Kesehatan Kota Pontianak ini.
Atas kondisi tersebut, masyarakat diimbau selalu menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, masyarakat diminta untuk menghindari kontak dengan faktor risiko, yaitu unggas yang positif flu burung. Sementara itu, dinas kesehatan juga telah menyemprotkan disinfektan di lokasi kandang dan memusnahkan unggas. ”Flu burung ini perlu diwaspadai. Karena selama ada hewan yang positif, manusia juga tetap berisiko terinfeksi,” ujarnya.
Oscar menuturkan, untuk mencegah adanya penularan kepada manusia, petugas kesehatan telah diterjunkan untuk melakukan penyuluhan. Dalam penyuluhan tersebut, masyarakat kembali diingatkan tentang gejala flu burung, yaitu demam/panas tinggi, batuk, dan sakit tenggorokan. Jika merasakan gejala tersebut, masyarakat diminta segera berobat ke puskesmas.
Selain itu, Kemenkes telah menyiagakan rumah sakit khusus rujukan flu burung dan rujukan regional. Sementara itu, obat Oseltamifir juga disiapkan sebagai buffer stock. ”Gejala flu burung yang perlu diwaspadai adalah demam di atas 38 Celsius, batuk, dan sakit tenggorokan. Tentunya juga mempunyai faktor risiko seperti kontak dengan unggas sakit atau mati, mengolah unggas dan produk unggas (telur), dan kontak dengan kotoran unggas,” jelasnya. (miq/JAWA POS/JPG)
Flu Burung Muncul (Lagi)
*Kalbar Tetap Potensial