eQuator – Nanga Pinoh-RK. Ratusan eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mulai dievakuasi Pemkab Melawi, dibantu TNI dan Polri. Evakuasi tersebut dilakukan secara bertahap.
“Hari ini kita mulai melakukan evakuasi, untuk yang berada di dalam kota dulu. Jumlahnya sebanyak 89 orang. Keberangkatan mereka dilepas di Polres Melawi pukul 16.00 menggunakan tiga unit bus,” kata Drs. Ivo Titus Mulyono, MSi, Sekretaris Daerah (Sekda) Melawi usai rapat koordinasi pemulangan eks Gafatar di kantornya, Kamis (21/1) lalu.
Sementara untuk ratusan eks Gafatar di Desa Pelempai Jaya, Ella Hilir juga akan dipulangkan. “Kami mensosialisasikan mereka yang bermukim di Ella Hilir, kalau mereka akan dievakuasi,” ungkapnya.
Eks Gafatar di Ella Hilir berjumlah 347 jiwa. “Dalam minggu ini pokoknya dievakuasi semua. Jadi mingu depan tidak ada lagi mereka di sini,” tegas Ivo.
Pemulangan eks Gafatar di Melawi dibiayai oleh Pemkab, namun hanya sampai Pontianak saja. Sementara dari Pontianak ke kampung halaman mereka, akan dibiayai Pemprov Kalbar.
“Ini sudah perintah provinsi, kami hanya mengevakuasi sampai Pontianak. Untuk evakuasi ke kampung halamannya, itu lansung pemerintah Kalbar,” ucap Ivo.
Evakuasi yang dilakukan Pemkab terhadap para eks Gafatar tersebut, untuk menyelamatkan dan menghindari kejadian seperti di Mempawah. Sebab masyarakat Melawi, khususnya beberapa Ormas sudah melakukan rapat terkait keberadaan eks Gafatar tersebut.
“Yang kita lakukan ini upaya untuk menyelamatkan jiwa manusia. Sebab sudah ada beberapa organisasi seperti DAD, kemudian Pemuda Melayu yang melakukan rapat terkait Gafatar. Kita tidak mau kejadian seperti di Mempawah terjadi di Melawi, maka dari itu segera kita evakuasi,” paparnya.
Sementara harta benda milik eks Gafatar Melawi, menjadi urusan Pemkab untuk dikembalikan kepada mereka. “Yang penting mereka selamat dulu, urusan harta benda yang di Melawi itu urusan Pemkab. Sementara terkait lahan, itu statusnya masih kawasan hutan,” tegas Ivo.
Kapolres Melawi, AKBP Cornelis MS mengatakan, aktivitas eks Gafatar di Kecamatan Ella Hilir belum diketahui aktivitasnya. Lokasinya cukup jauh, terisiolir dari lingkungan masyarakat.
“Jadi masyarakat itu hanya tau informasi eks Gafatar itu dari televisi, seperti di Mempawah, di Jakarta. Kemudian pola kelompok tersebut juga selalu berganti-ganti nama, dengan aktivitas sementara ini bertani. Kemudian apabila situasi sudah kondusif, barulah mereka melakukan aktivitas utama yang menjadi inti kelompok Gafatar ini. Jadi masyrakat secera umum tidak tau, karena lokasinya cukup jauh,” tegas Cornelis.
Cornelis mengatakan, hingga saat ini aktivitas yang dilakukan kelompok eks Gafatar masih melakukan bercocok tanam seperti bertani. “Sementara untuk kegiatan keagamaan, tim dari Polres sudah melakukan perbincangan, mereka menjawab itu dilakukan sesuai kepercayaannya masing-masing,” paparnya.
Namun, lanjut Cornelis, masyarakat setempat melihat dari luar, mengatakan semua aktivitas kelompok eks Gafatar, kalau hari Sabtu tutup. “Nah yang disampaikan masyarakat, bahwa hari Sabtu kegiatan merejka itu semuanya tutup,” ujarnya.
Kemudian Cornelis mengatakan, hingga saat ini belum ada terdengar informasi, bahwa ada mereka melakukan kegiatan yang berbau penyimpangan dan sebagainya. “Hingga kini tidak ada informasi bahwa mereka menyebarkan kegiatan atau paham yang menyesatnya,” ujarnya. (aji)