eQuator.co.id – Jakarta-RK. Minuman keras (Miras) oplosan yang menelan korban 81 jiwa membuat tanda tanya dari mana produsen miras oplosan mendapat alkohol. Salah satu sumber para produsen miras itu mendapat alkohol adalah penyelewengan driver truk pabrik alkohol. Yang kemudian dijual ke pengepul, para driver menyebutnya BL.
Salah seorang driver truk pabrik alkohol di Tangerang menceritakan bagaimana lika-liku untuk bisa mendapatkan alkohol atau ethanol dari pabrik yang penjagaannya ketat. Lelaki bertubuh gempal yang tidak ingin disebutkan namanya itu menuturkan, untuk masuk pabrik ethanol itu pemeriksaannya ketat, ada petugas Bea Cukai dan kepolisian yang menjaga. “Truk saat masuk pabrik itu ditimbang, berapa beratnya. Berat truk itu kisaran 7 ton hingga 8 ton,” tuturnya, kemarin.
Truk itu ditimbang untuk bisa mengawasi berapa jumlah alkohol yang keluar dari pabrik. Kalau beratnya truk 7 ton dan beratnya alkohol yang dibawa truk itu 5 ton, maka tinggal dijumlah saja.
“Harus tepat 12 ton, kalau melebihi berat yang telah diatur akan ketahuan. Ini hubungannya sama cukai, bayar cukai itu lho,” ujarnya sembari mengemudi.
Tapi, lanjutnya, namanya aturan itu juga banyak celahnya kalau karyawan tidak sejahtera. Dia menjelaskan, driver truk dan karyawan akhirnya cincai buat mencari sampingan. Driver membeli ethanol dari karyawan pabrik, untuk tiap 100 liter ethanol atau sekitar 1 kwintal itu seharga Rp 350 ribu.
“Nah, ini bisa dijual Rp 3,5 juta di luar,” ujarnya.
Biar tidak ketahuan saat ditimbang, driver-driver ini memakai ‘rompi antipeluru’.
“Ini seragam khusus kita para driver pabrik alkohol,” ujarnya lantas tertawa terbahak-bahak, walau Jawa Pos belum mengerti maksudnya.
Lantas, dia mengatakan bahwa rompi itu buatan sendiri dengan banyak kantong. Bisa ada puluhan kantong dalam satu rompi itu. Nah, saat masuk pabrik setiap kantong diisi besi seberat lima kilogram. Jadi, kalau memakai rompi itu beban bisa bertambah sampai 50 kilogram lebih.
“Pakai rompi ini kalau turun truk itu sudah kayak robot, jalannya kaku,” ujarnya kembali tertawa.
Tidak hanya itu, untuk makin memberatkan truk, biasanya tabung di sisi kiri dan kanan truk itu diisi air. Bisa puluhan liter air sungai yang muat di tabung itu. sayang, dia tidak menjelaskan fungsi tabung itu.
“Kalau enggak, biasanya bawa galon air mineral yang diisi air mentah. Kerap juga menyembunyikan driver cadangan atau yang lagi tidak mengemudi di truk, tiga atau empat orang sudah lumayan,” ujarnya.
Saat berada di dalam pabrik, semua muatan itu dikeluarkan. Untuk rompi anti peluru itu tinggal dititipkan ke karyawan. Kalau air tinggal dikeluarkan di selokan di area pabrik.
“Pakai selang, diselipkan dekat ban, air mengalir ke selokan di pabrik,” tuturnya.
Menurutnya, setelah alkohol termuat di truk, tentu saja saat penimbangan tidak ada kelebihan. Begitu di luar pabrik, truk ini sudah aman dan jalan menuju ke lokasi tujuan, biasanya pabrik pemesan ethanol di Solo atau ke Merak.
“Saat diperjalanan itu lah tinggal ke menemu BL,” tuturnya.
Saat ditanya apa itu BL, menurutnya BL ialah semacam pengepul alkohol. Namun, untuk kepanjangan BL, dia mengaku tidak mengetahui. “Yo BL tok ae arek-arek nyebute,” ujarnya.
BL, lanjutnya, ada di beberapa kota di pulau Jawa, untuk di Jawa Tengah ada dua BL. Lokasinya di hutan Alas Roban dan Sukoharjo. “Yang di Alas Roban itu masuk jalan tanah, tapi begitu truk masuk sudah ditanya mau nurunin apa,” paparnya.
Untuk di Sukoharjo lebih unik lagi, lokasi BL-nya nyaru bengkel truk. Dia menuturkan, bengkel truk ini bisa nilep apa pun. “BL ini bisa makan apa aja, yang dimakan gak hanya alkohol, semua bisa. Besi dan gas juga bisa. Apapun, tapi yang paling larang ya alkohol,” paparnya.
Para BL ini biasanya sangat royal pada driver truk, terutama driver pabrik alkohol. Menurutnya, para BL ini bahkan kerap menjadi tumpuan hidup para driver. “Driver kalau gak punya uang utang dulu ke BL. Pasti dikasih. Setelah itu tentu alkoholnya dijual ke BL itu,” paparnya.
Siapa para BL ini? Dia menuturkan, sebenarnya para BL ini orang biasa, tapi ada juga ada juga yang aparat polisi dan aparat lainnya.
“Saya pernah kok nurunin alkohol di jalan tol. Lalu ada mobil berlampu biru di atapnya yang menjaga. Nyolong dikawal rek, huahaha,” ujarnya tertawa.
Dia menuturkan, para BL ini yang kemudian menjual alkohol ini ke para pengoplos itu. Mereka memiliki banyak kaki tangan yang memasok ke produsen miras oplosan. “Ya begitulah, pasti untung bangetlah BL ini. Wong bisa jadi tempat ngutang, bahkan sering gak perlu bayar,” jelasnya.
Sementara Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, terkait kemungkinan adanya keterlibatan oknum kepolisian atau lainnya, sebaiknya segera dilaporkan. “Kita tangkap setelah itu,” tegasnya ditemui di Hotel Diraja, di sela-sela diskusi yang digelar Divhumas.
Saat ini, Polri memastikan menelusuri asal muasal dari para produsen miras oplosan itu mendapatkan alkohol. “Pasti, siapa yang menjual ke pengoplos ini dilihat,” ujarnya.
Penyisiran terhadap produsen miras oplosan itu juga dilakukan. Dia mengatakan, akan dikejar penjual-penjual yang masih beroperasi. “Semua harus dihentikan. Kalau untuk kandungan miras oplosan ini sedang kerjasama dengan BPOM, nanti akan diketahui,” paparnya.
Jumlah total jumlah korban untuk di Jawa Barat mencapai 160 orang dengan 51 orang meninggal dunia, dirawat 82 orang dan sudah pulang dari rumah sakit 27 orang. Ditambah juga dengan korban meninggal dunia di DKI Jakarta mencapai 31 jiwa.
Bagian lain, Wadir Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Kombespol Daniel Silitonga menuturkan bahwa ada kemungkinan alkohol para pengoplos itu berasal dari toko-toko kimia. “Sepertinya mudah kok mendapatkannya,” jelasnya.
Saat ini sedang dilihat bagaimana dengan semua itu, fakta hukumnya nanti akan terlihat. “Yang pasti, Polri berupaya agar tidak lagi terulang seperti ini kejadian semacam ini,” tegasnya kemarin.
Kodam III Siliwangi turut prihatin lantaran miras oplosan yang beredar di wilayah Jabar sudah merenggut puluhan nyawa. Bersama Polda Jabar, mereka sudah bergerak merazia penjual miras sejak dua hari lalu (9/4). “Jadi, Polda Jabar melaksanakan razia miras. Gabung dengan Satpol PP juga. Kami mem-back up. Kami tidak bergerak sendiri,” ungkap Kapendam III Siliwangi, Kolonel Arh Desi Ariyanto, kemarin.
Ariyanto memastikan, instansinya tidak gegabah mengambil langkah. Mereka bergerak sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. “Tetap sesuai koridor,” tegasnya.
Yang pasti, tindakan yang dilakukan oleh Polda Jabar, Kodam III Siliwangi, dan aparat Satpol PP setempat tidak lain demi menjaga agar wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka tetap kondusif. “TNI siap mem-back up kepolisian untuk menjaga kondusifitas,” tambah dia.
Meski korban paling banyak berasal dari Kabupaten dan Kota Bandung, sambung Ariyanto, razia tidak hanya dilaksanakan di dua daerah tersebut. Melainkan menyeluruh hampir di setiap daerah. “Bukan hanya di Bandung. Sudah lama dilakukan di Subang. Kemudian ada di Garut juga,” terang dia.
Lantaran hanya bertugas mem-back up, Kodam III Siliwangi tidak terlalu banyak mengerahkan pasukan. Menurut Ariyanto, petugas yang dikerahkan oleh instansinya menyesuaikan kebutuhan Polda Jabar. Paling banyak, mereka menggerakan pasukan sepertiga dari yang dikerahkan aparat kepolisian. “Kami ikuti sesuai permintaan kepolisian,” ujarnya.
Demikian pula dengan waktu razia, mereka sepenuhnya mengikuti permintaan Polda Jabar. “Selama polisi meminta bantuan kami, kami siap,” sambung dia.
Namun demikian, Ariyanto menyampaikan bahwa tugas TNI dan Polri menjaga kondusifitas wilayah tidak dilakukan mendadak. Mereka melaksanakannya setiap saat. Termasuk di antaranya upaya pencegahan agar masyarakat tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang berbahaya. “Selama ini kami kan ada babinsa yang di wilayah. Babinsa itu tugasnya memberikan segala informasi,” jelasnya. (Jawa Pos/JPG)