Ditemukan Membusuk di Rumahnya

Kanit Provos Polsek Segedong Itu Polisi Baik

EVAKUASI. Jenazah Bripka Mujahidin dievakuasi dari rumahnya untuk dibersihkan di RSUD Soedarso, Rabu (16/11) sore. Kemudian jenazah dibawa ke Sambas untuk dikebumikan. OCSYA ADE CP

eQuator.co.id – Sungai Raya-RK. Empat hari tak masuk kantor, Kanit Provos Polsek Segedong, Mempawah, Bripka Mujahidin ditemukan tak bernyawa dan membusuk di rumahnya, Komplek Bhayangkara, Blok G, RT 10 RW 07, Sungai Raya Dalam, Kubu Raya, Rabu (16/11) pukul 13.30.

Belum diketahui penyebab meninggalnya Bripka Mujahidin. Diperkirakan, ia sudah tak bernyawa sejak 3-4 hari lalu. Jasadnya sudah mulai membengkak dan terjadi proses pembusukan, mengeluarkan bau yang menyengat, tercium dari jarak 10 meter.

Jenazah Mujahidin ditemukan Albert Simbiring, tetangganya yang berjarak tiga rumah dari tempat tinggalnya. Awalnya pemuda 18 tahun itu mencurigai posisi parkir sepeda motor dan sandal Mujahidin tak berpindah tempat, sejak pertama kali dilihatnya Minggu malam. Begitu juga Mujahidin yang tak pernah terlihat.

“Saya dan tetangga lainnya merasa aneh, kok dia (Mujahidin) tak keluar-keluar dari rumahnya. Pun posisi sandal dan motornya sejak Minggu malam hingga pagi tadi tak berubah tempat,” kata Albert kepada wartawan, kemarin.

Albert dan tetangga lainnya mencoba menggedor pintu rumah nomor 12 itu. Meskipun puluhan kali digedor, tak ada satupun yang menyahut. Rasa penasaran itu kembali mencuat, ketika dia dan warga lainnya mencium bau tak sedap yang amat menyengat. “Pas kami gedor pintu rumahnya, kami mencium bau busuk. Lalu kami lapor ke tetangga lain yang juga polisi,” katanya.

Bersama anggota polisi tadi, Albert melapor ke security dan Ketua RT. Setelah semua kumpul, kata Albert, mereka kemudian mendatangi rumah Bripka Mujahidin. Diputuskan untuk membuka pintu kayu itu dengan cara paksa. Namun sebelumnya, diantara mereka mengabadikan foto rumah tersebut.

Awalnya, kata Albert, mereka melihat kondisi dalam rumah itu agak berantakan. Terkejut bukan kepalang, ketika warga melihat jasad Mujahidin sudah membusuk.

“Kami menemukan Pak Mujahidin sudah tak bernyawa dalam kamarnya. Posisinya telentang di atas kasur dan hanya memakai pakaian dalam,” ujarnya.

Setelah mengetahui adanya jenazah itu, pengurus RT setempat menghubungi warga lainnya yang notabene anggota Polri. Tak lama kemudian, tim Inafis Polresta Pontianak beserta satuan fungsi lainnya tiba di lokasi kejadian. Petugas mengidentifikasi jenazah dan mensterilkan lokasi. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh bapak dua anak ini.

Di mata tetangga, Mujahidin dikenal sebagai warga yang ramah dan suka berbagi. Di luar jam dinasnya, ia memanfaatkan waktu bercocok tanam di pekarangan rumahnya, nomor empat dari ujung. Sementara di seberang rumahnya dipagari pagar beton, tak ada rumah lain.

“Dia orang ramah dan baik. Kadang kami diberi hasil tanamannya. Dia di sini tinggal sendiri, saya tak pernah lihat istrinya,” kata Albert.

Sore itu, seorang wanita berjilbab hijau tampak histeris di teras rumah cat pink dan kuning itu. Ia yang berada di antara beberapa wanita lainnya merupakan istri Mujahidin yang tinggal di Jalan Pancasila, Gang Hidayah, Pontianak Kota. Wanita itu pun diketahui sebagai dosen di salah satu Akademi Kebidanan Pontianak. Tangis tak terbendung ketika jenazah Mujahidin dievakuasi dan dibawa ke RSUD Soedarso untuk dibersihkan. Sanak keluarga lainnya mencoba menenangkan istri Mujahidin yang mulai lunglai.

Saat itu, Kapolres Mempawah, AKBP Dedi Agustono juga hadir di lokasi. Ia mengatakan, Bripka Mujahidin memang anggota Polsek Segedong yang menjabat sebagai Kanit Provos. “Memang, selama empat hari ini yang bersangkutan tidak masuk kerja. Kami tidak tahu, karena tidak ada kabar berita. Kami juga mencari dan menghubungi, namun tidak ada kabar,” katanya.

Kemudian, kata AKBP Dedi, mendapat informasi dari warga kompleks, bahwa Bripka Mujahidin ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di rumahnya. Ia tak menyangka, anggota yang dicari-cari itu sudah tiada. “Kesehariannya dikenal cukup baik dalam melaksanakan tugas. Meski sering sakit-sakitan, semangat pengabdiannya juga tinggi,” ujar AKBP Dedi.

Menurut AKBP Dedi, di mata teman sekantornya, Mujahidin dikenal memiliki kepribadian yang tertutup. Sehingga tak semua orang tahu soal penyakit komplikasi yang dideritanya. “Yang saya ketahui, dia mempunyai riwayat penyakit komplikasi. Pernah juga dioperasi pada kakinya,” ujar Dedi.

Kini jenazah Bripka Mujahidin sudah dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Tebas, Sambas untuk dimakamkan. (oxa/amb)