eQuator – Putussibau-RK. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Kapuas Hulu terus berupaya mencegah penyebaran virus rabies di Bumi Uncak Kapuas.
Maryatiningsih, Peternakan, Dispertanak Kabupaten Kapuas Hulu mengatakan, pihaknya telah memvaksin hewan penyebar raibes disejumlah Kecamatan yang rentan tertular. “Telah divaksinasi oleh Satgas Pengendalian dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (PP-KLB) rabies. Di Kecamatan Bunut Hulu 32 Desa ditambah 3 Desa di Kecamatan Kalis yang telah dilaksanakan vaksinasi, kemudian di Kecamatan Mentebah oleh petugas praktek lapangan yang pernah ikut pelatihan di Kabupaten Melawi,” ujarnya, Senin (30/11) via selular.
Menurut Ningsih, sapaan karibnya, Kkemudian tanggal 3-5 Desember mendatang satgas PP-KLB rabies akan memberi Bimtek pengendalian dan penanggulangan rabies bagi penyuluh-penyuluh di 23 Kecamatan, dengan narasumber pusat dan provinsi. Namun sasaran prioritas berada di empat kecamatan, yaitu di Kecamatan Bunut Hulu, Mentebah, Boyan Tanjung dan Kalis. “Vaksinasi merupakan implementasi dari penyuluhan-penyluhan yang telah dilaksanakan dibeberapa Desa sebelumnya,” katanya.
Ningsih yakin, pengendalian penyebaran rabies di Kapuas Hulu dapat tertangani dengan baik, karena petugas telah diberi pembekalan melalui evaluasi peningkatan kapasitas pengendalian dan penanggunalangan KLB Rabies oleh Komnas Zoonosin RI. “Tanggal 26-27 November lalu kita lanjut Rakor Rabies Regional Kalimantan di Palangkaraya,” terang Ningsih
Sebelumnya dari laporan tim penyuluhan dibeberapa desa telah terjadi kasus gigitan anjing, seperti di Embaloh Hulu, pada bulan September. Kemudain dua kasus di Nanga Dua terjadi pada pada 7 Juni dan 15 Juli 2015. “Baru dilaporkan waktu tim penyuluh turun ke lapangan. Dua kasus gigitan di Desa Batu Tiga terjadi 15 Juli dan tanggal 29 September baru dilaporkan ke petugas,” paparnya.
Ditambahkan Ningsih, selain ketersediaan vaksin yang belum mencukupi, kendala lain dihadapi petugas dalam penyuluhan yakni masalah waktu. “Untuk daerah tertentu, mereka rata-rata minta hari Minggu. Sementara tim turun dari hari Kamis, sampai Sabtu. Jadi sulit untuk tim menyesuaikan, karena jumlah desa di Bunut Hulu lumayan banyak,” ucapnya.
Kemudian, sambung Ningsih, kurangnya info dari beberapa Kepala Desa ke masyarakat, tentang jadwal penyuluhan yang sudah disampaikan sebelumnya ketika sosialisasi pembentukan Rabies Center (RC)
“Dan kesibukan masing-masing SKPD juga jadi kendala, kadang ketika jadwal turun ke desa-desa mereka tidak mengirimkan stafnya. Sementara untuk desa-desa tertentu banyak yang respon dan proaktif,” ungkap Ningsih. (dRe)