eQuator.co.id – Ketapang-RK. Rabu (21/6), kendaraan berplat KB 1 berhenti di depan bangunan bercat serba kuning. Seorang pria berkacamata turun dari mobil itu dan berjalan menuju bangunan yang hampir semua dari kayu ulin berusia ratusan tahun. Dari dalam, pria berkacamata berpakaian adat Melayu dan beberapa kerabatnya tersenyum menyambut.
Cuaca terik siang itu menambah hangatnya pertemuan dua sahabat lama, mereka sejurus berjabat tangan saling menyapa dan menanyakan kabar. “Ini kawan lama ini,” ujar Gubernur Cornelis, kepada Raja Matan Tanjungpura, Gusti Kamboja, di teras Keraton Kerajaan Matan Tanjungpura, Desa Muliakerta, Kota Ketapang.
Setelah melepaskan alas kakinya, Cornelis dipersilakan masuk ke bilik-bilik istana untuk melihat peninggalan kerajaan berupa artefak dan manuskrip yang masih terawat baik. Cornelis didaulat Raja Gusti Kamboja untuk berfoto bersama di depan tempat tidurnya.
Satu persatu Sang Raja menjelaskan peninggalan sejarah yang ada. Mulai dari foto, peta kerajaan, naskah sejarah yang didapat dari Belanda, serta artefak dan keramik berikut beberapa peralatan dari tembaga. Bahkan Meriam Padam Pelita yang sangat terkenal juga diperlihatkan ke Mantan Bupati Landak itu.
Gusti Kamboja kemudian memberikan cinderamata berupa batik khas Kerajaan Matan Tanjungpura kepada gubernur, dan mempersilakan untuk duduk di tahta raja. Mereka berfoto bersama.
Kata Gusti Kamboja, ini sebuah kehormatan bagi Kerajaan Matan Tanjungpura dikunjungi gubernur yang juga Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN). Gusti Kamboja yang bergelar Pangeran Ratu Kertanegara adalah pewaris tahta salah satu Kerajaan Melayu terbesar di Kalbar yang terletak di tepi sungai Pawan.
Mantan Ketua DPRD Ketapang ini tersanjung dengan kunjungan sang gubernur, sebab Cornelis merupakan kerabat Keraton Ismahayana Landak. Bagian tidak terpisahkan dari Kerajaan Matan Tanjungpura.
“Beliau ini juga merupakan kerabat Kerajaan Ismahayama Landak, jadi kami sangat bergembira dan terharu atas kunjungan beliau. Mudah-mudahan silaturahmi ini akan mempererat, memperkokoh persatuan, dan kesatuan kita untuk menjaga Kalbar tetap aman dan kondusif,” ujar Gusti Kamboja.
Cornelis sendiri menyatakan kebahagiaannya melihat Keraton Kerajaan Matan Tanjungpura yang terawat dengan baik. Menurut dia, kedepan tetap harus dirawat demi kepentingan anak cucu di masa yang akan datang.
“Ini membuktikan bahwa sejak jaman dulu kita bisa ngurus negara, makanya harus tetap dijaga,” ujarnya kepada Sang Raja.
Imbuh Cornelis, “Sekarang bergabung dalam NKRI. Jaga persatuan dan kesatuan kita, jangan mudah diadu domba oleh orang lain yang baru datang”.
Gubernur juga bertandang ke kabupaten yang tetanggaan dengan Ketapang: Kayong Utara. Di Sukadana, ibukota kabupaten itu, Cornelis menjalankan kegiatan safari Ramadannya yang ke-10.
“Ini merupakan Safari Ramadhan terakhir saya sebagai Gubernur Kalbar. Saya mohon maaf jika selama memangku jabatan sebagai gubernur ada kesalahan baik di sengaja maupun tidak di sengaja,” tuturnya. Seperti diketahui, pada 14 januari 2018, jabatannya sebagai Gubernur Kalbar berakhir.
Dalam kesempatan itu, Cornelis memberikan bantuan kepada pemerintah, Tim Penggerak PKK, pesantren, rumah ibadah, serta Departemen Agama Kayong Utara. Ia kembali meminta persatuan dan kesatuan warga di sana tetap terjaga, karena bulan suci ini membawa berkah.
Hadir dalam acara tersebut Bupati dan Wakil Bupati Kayong Utara, Kasrem 121 Alambhanawanawai, Pejabat SKPD provinsi dan kabupaten, anggota DPRD Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, serta umat muslim setempat.
Menurut Cornelis, bulan suci ini momentum membangun mental masyarakat. Karena pembangunan tidak hanya masalah fisik dan ekonomi saja.
Kata dia, infrastruktur di Kayong Utara sudah dibangun dan merupakan jalan negara. Beberapa event besar juga telah dilaksanakan di Kayong utara, seperti STQ, BBGRM dan HKG PKK, dan lainnya. Hal ini selain untuk memperkenalkan dan mengangkat Kayong Utara, juga menunjukan bahwa Kayong Utara siap dengan berbagai hal.
Cornelis juga mengapresiasi tausiah yang disampaikan Ustad Effendy Ahmad, yang menurutnya menyejukkan dan menjelaskan makna puasa dan lebaran yang sebenarnya kepada umat. Ustad dan ulama lokal, kata dia, lebih memahami bagaimana budaya dan kondisi masarakat di Kalbar sehingga memberi ceramah pun menyejukkan.
“Demikian juga tentang empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945, sudah final menurut ustad sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi. Tidak usah diutak-atik lagi,” ungkapnya.
Bupati Kayong Utara, Hildi Hamid, dalam sambutannya mengatakan, pihaknya berterima kasih atas kehadiran gubernur. Sekaligus Hildi menyampaikan permhonan maaf dari Pemda Kayong Utara, baik yang disengaja maupun yang tidak.
“Kami memberikan apresiasi kepada Gubernur yang telah banyak membantu pemda kayong utara,” tuturnya.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Mohamad iQbaL