eQuator.co.id – Pontianak-RK. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalbar menargetkan 1,36 juta anak mendapatkan imunisasi Measles Rubella (MR). Pemberian imunisasi terhadap anak usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun itu dilakukan selama Agustus hingga September 2018 dan diberikan secara gratis.
“Jumlah sasaran anak yang diimunisasi di Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 1,36 juta. Sementara di Kota Pontianak ditargetkan sebanyak 158 ribu anak,” ucap Kepala Dinkes Provinsi Kalbar, Andy Jap usai Kampanye Imunisasi MR di Kantor Camat Pontianak Barat, Jalan Tabrani Ahmad, Rabu (1/8) pagi.
Sedangkan untuk sasaran lokasi imunisasi, terdapat 584 Sekolah dan 289 Posyandu. Sekolah dimaksud, baik PAUD, TK, SD, SMP atau sederajat. Selain itu, kata Andy Jap, imunisasi MR juga dilakukan di fasilitas kesehatan lainnya seperti Puskesmas, Pustu, dan Rumah Sakit.
Untuk antisipasi dan menindaklanjuti Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), tambah Andy, pihaknya telah membentuk Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan dan Kelompok Kerja di tingkat kabupaten/kota.
“Untuk antisipasi kejadian KIPI, kami telah membentuk Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan KIPI di tingkat Provinsi Kalbar dan Pokja KIPI di tingkat kabupaten/kota,” ungkapnya.
Dengan dilaksanakannya, imunisasi MR fase ke-2 ini, Andy berharap dukungan dan kerja sama semua pihak agar pelaksanaan di Kalbar dapat berjalan lancar dan mencapai target minimal 95% dari sasaran.
Andy menjelaskan penyakit campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan mudah ditularkan melalui batuk dan bersin. Yang menjadi perhatian khusus terhadap penyakit tersebut adalah kemungkinan terjadinya komplikasi yang sangat serius.
“Komplikasi serius dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan rubella biasanya merupakan penyakit yang ringan pada anak dan dewasa. Akan tetapi menjadi sangat berbahaya bila menulari ibu hamil. Bisa menyebabkan keguguran atau cacat pada bayi yang dilahirkan,” jelas Andy.
Kecacatan tersebut dikenal sebagai Congenital Rubella Syndrome yang meliputi kelainan jantung, ketulian, bahkan keterlambatan dalam proses perkembangan anak. “Tidak ada pengobatan khusus untuk campak dan rubella. Namun ini bisa dicegah dengan imunisai MR,” terang Andy.
Staf Ahli Mentri Kesehatan, Bidang Ekonomi Kesehatan, dr. M. Subuh MPPM yang turut hadir dalam kegiatan ini mengatakan, masyarakat Kalbar harus lebih terbuka dan bisa lebih tanggap dalam hal kesehatan. “Apalagi penyakit berbahaya seperti ini. Dulu orang susah imunisasi rubella karena mahal. Sekarang kan sudah mudah,” ucapnya.
Semua sasaran, lanjut dia, harus diimunisasi serta tidak melihat status imunisasi. Tercatat kurang lebih 80 persen logistik imunisasi telah tersedia. Untuk itu pihaknya hanya tinggal menunggu tanggapan pemerintah.
“Kita harus mengupayakan penguatan dari pelaksanaan programnya. Belajar dari tahun lalu saat imunisasi di Jawa.
Alhamdulillah tidak terdapat penolakan karena dianggap imunisasi ini penting,” tutur Subuh.
Lantas dari sudut pandang masyarakat, bagaimana tanggapannya mengenai program pemerintah ini?
Melya, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Kom Yos Sudarso, Gang Sukamaju Dalam 2 mengaku senang dan merespon positif program ini.
“Ini sangat bermanfaat. Karena tahu suntik itu wajib untuk anak demi mencegah dari penyakit,” ujarnya.
Melya dan puluhan ibu-ibu serta anak lainnya tampak berkumpul di dalam aula Kecamatan Pontianak Barat. Sambil membawa balon dan beberapa bingkisan kue yang disediakan panitia dalam kegiatan ini.
“Anak saya ini habis suntik (imunisasi) campak sama rubella. Terus habis itu, ini (kotak makan) saya dapat dari jawab pertanyaan. Tadi ditanya di mana suntik imunisasi dapat dilakukan? Saya jawab posyandu,” cerita Melya.
Dia mengaku, anaknya bernama Muhamad Ade Rizky yang baru berusia 5 tahun ini pun sudah sering diajak ke Posyandu. Untuk mengecek kesehatan. “Saya sering ajak timbang saja gitu, satu bulan sekali kan ada Posyandu. Kalau bisa diadakan seperti ini lagi, ditingkatkan lagi programnya,” harap Melya.
Laporan: Suci Nurdini Setiowati
Editor: Ocsya Ade CP