eQuator – Penyanyi dangdut lebih direspons daripada sinden. Dari situ Soimah menaruh ‘dendam. Artis yang mendapat julukan sinden gila ini sibuk mencari cara, agar sinden juga mendapat respons yang bagus.
“Karena di Jogja satu panggung sama penyanyi dangdut, orang kalau merespons penyanyi dangdut lebih bagus dari pada sinden. Karena kalau aku nyanyi langgeng kan nggak ada goyangnya dan pakaiannya juga rapat. Di situ aku sering mendapat respons nggak bagus dan disuruh turun karena nggak ada goyangnya,” tutur wanita bersanggul ini. “Aku pancing sedikit dengan goyangan ala-ala dan itu mendapatkan respons yang bagus. Dan ternyata memang harus agak gila, gila dalam arti mendapatkan respons dari penonton,” lanjutnya.
Artis yang membangun karier dari penyanyi latar di sebuah acara stasiun televise itu mengaku, bakat sinden yang dimiliki membuat dirinya ingin memperkenalkan apa itu arti sinden yang sesungguhnya kepada penonton. “Waktu awal aku di Jakarta, ada penyanyi di Jakarta pake kebaya sudah dinamain sinden, sedangkan penyanyi itu nggak bisa nyinden. Jadi aku bener–bener memperkenalkan sinden yang sebenarnya di sini,” jelasnya.
Lalu, hingga hari ini, ada yang mengkritisi gaya dan penampilan saat beraksi nggak? “Dulu sinden banyak yang protes, tapi aku kasih pengertian dan semakin ke sini semakin mengerti. Aku tidak merusak, justru aku memperkenalkan, dulu itu nggak ada yang ngerti sinden,” jawabnya sambil tersenyum.
Kini Soimah dikenal sebagai artis serba bisa. Dia bisa nyanyi campur sari, ketoprak, pop Jawa, hip-hop hingga menjadi presenter. “Aslinya aku nggak seperti yang terlihat di TV. Berangkat dari rumah aku orangnya nggak banyak omong, tapi ketika sudah dandan dan sudah naik panggung itu sudah otomatis aku bisa berubah,” ungkap Soimah.
Karakter orang kaya yang sering didapatkan Soimah selalu membuat dirinya merasa tidak enak dengan memperagakan kesombongannya. Istri dari Herwan Prandoko ini sadar bahwa dunia hiburan memang seperti itu, dan mau nggak mau harus dijalani. “Karena suka mendapatkan peran-peran yang menjadi orang kaya jadi otomatis aku meresapi, karena aku orang kampung jadi bayanganku orang kaya yang di kampung. Bukan orang kaya yang di sini. Kadang-kadang disuruh bagiin duit. Yang nggak enak di sini, ntar dikira sombong tapi ini karakter ya nggak papa. Untuk meraih karakter sombong itu tidak gampang, jadi aku ya wis aku nikmati wae lah,” tutur wanita kelahiran Pati, Jawa Tengah ini. (RM)