eQuator.co.id – Sintang-RK. Harga jual hasil sadapan karet di Sintang kembali anjlok. Sementara, nominal pendapatan dari buah kelapa sawit tak kunjung naik. Kekhawatiran memburuknya perekonomian masyarakat setempat pun mencuat.
Sebelumnya, karet sempat dijual di level Rp6 ribu hingga Rp7 ribu perkilogramnya pada Agustus hingga September 2016. “Saat ini hanya berkisar Rp5 ribu hingga Rp5.800, perkilo,” tutur Gogik, satu di antara petani karet di Kecamatan Binjai Hulu, Desa Sungai Risap, Sintang, kepada Rakyat Kalbar, Jumat (21/10).
Kemerosotan harga jual karet terjadi ketika memasuki Oktober 2016. “Kalau harga jual karet tidak turun, kita biasanya jual bersih itu mencapai Rp7 ribu. Akan tetapi, melihat kondisi saat ini, saya rasa tidak mungkin kita bisa menjual harga bersih karet di angka Rp7 ribu,” ungkapnya.
Gogik mengaku tidak tahu persis apa penyebab anjloknya harga karet di Kecamatan Binjai Hulu. Meski begitu, ia berharap pemerintah daerah memperhatikan nasib para petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil penjualan karet.
Sebagai petani ia merasa bingung, kemana lagi harus mencari solusi dan mengadu akan persoalan ini. “Rata-rata kami di sini menggantungkan hidup dengan karet. Sawit ada, tetapi juga mengalami penurunan saat ini,” terang Gogik.
Imbuh dia, “Makanya kita minta perhatian pemerintah daerah untuk segera mencarikan solusi yang sedang para petani alami saat ini”.
Senada, anggota DPRD Sintang, Kusnadi. Ia juga belum mengetahui penyebab turunnya dua hasil perkebunan andalan masyarakat Sintang tersebut.
“Jangan-jangan ada sekelompok oknum yang sengaja membuat kondisi perekonomian seperti ini,” duganya, ditemui di Gedung DPRD Sintang.
Turunnya harga sawit dan karet, ia menyatakan, berimbas pada daya beli masyarakat. “Harga sawit murah, harga karet pun murah, masyarakat mau makan apa jadinya?” tanya Dewan dari Fraksi PKB ini.
Ia meminta pemerintah beserta instansi terkait bisa secepatnya menyelesaikan persoalan tersebut. Apalagi, sebutnya, mata pencaharian masyarakat Sintang umumnya berasal dari sawit dan karet.
“Harapan kita, pemerintah mencari terobosan, dengan harapan para petani bisa bergairah kembali dalam bekerja. Intinya pemerintah harus mencari solusi, minimal membantu menciptakan lapangan kerja baru,” tandas Kusnadi.
BUPATI DORONG GREEN ECONOMY
Di sisi lain, kemarin Bupati Sintang Jarot Winarno menerima perwakilan dari World Wildlife Fund (WWF) Finlandia dan Indonesia. Selain diskusi terkait potensi perekonomian, yakni sektor pariwisata, untuk masyarakat Sintang di luar dua komoditas andalan, juga dibahas peta perkebunan kelapa sawit.
Terlihat Orang nomor satu di Bumi Senentan tersebut dengan ceria dan mudahnya menggunakan bahasa Inggris tanpa kesalahan dalam tutur bahasa. Dari diskusi itu terungkap bahwa WWF Finlandia menyatakan peta perkebunan kelapa sawit yang sudah dibangun di Kabupaten Sintang telah didukung oleh mereka.
WWF sendiri sudah bekerja sama dengan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam mendorong Program Sawit Lestari dan pemanfaatan limbahnya. Menurut Liisa Rohweder, CEO WWF Finlandia, pihaknya sudah melihat kebun sawit, sungai, dan hutan di Kabupaten Sintang. Dia menilai, Sintang merupakan salah satu jantung Kalimantan dengan kenaekaragaman hayati yang harus dibanggakan.
Ia sempat mengungkapkan kekhawatirannya dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini. Tapi, Liisa mengerti bahwa masyarakat Sintang masih bergantung kepada penjualan hasil perkebunan. Namun, dia tetap berharap agar hutan dan sungai tidak terlalu tercemari limbah pabrik sawit.
“Kita harus menjaga alam, supaya alam bisa menjaga manusia sebagai sumber air dan makanan. Inilah cara kami untuk berbagi di Indonesia, mari kita bersama menghadapi tantangan ini untuk kepentingan umat manusia,” ajaknya dalam diskusi dengan Jarot, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sintang, Jumat (21/10).
Dipaparkan Bupati, pihaknya sedang mengupayakan pembangunan perekonomian yang juga memperhatikan lingkungan hidup. “Kita memiliki komitmen untuk menjaga hutan dan mendorong green economy (bisnis masyarakat yang juga menjaga lingkungan hidup,red),” tutur Jarot.
Dikatakannya, Pemkab Sintang merancang pembangunan pembangkit listrik tenaga air di Nokan Nayan dan pembangkit listrik tenaga bambu di Sepauk dan Tempunak. Setakat ini, pihaknya pun sedang merencanakan proyek pembangunan jaringan air bersih dari Bukit Saran ke Kota Sintang yang berjarak 89 Km.
“Konsekuensinya, hutan alam di Bukit Saran harus dijaga,” ujarnya.
Menurut dia, Program WWF di Sintang selama ini sudah berjalan dengan baik dan sangat membantu Pemkab Sintang serta masyarakat di lokasi kegiatan. “Harapan saya supaya ditambah dan diperkuat lagi program WWF di Kabupaten Sintang sehingga dapat berdampak baik bagi masyarakat Sintang,” pinta Jarot.
Senada, Sekretaris Daerah Yosepha Hasnah. Ia mengakui bahwa WWF sudah membantu menyusun Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sintang 2016-2036.
“Kami minta bantuan lagi untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Konservasi WWF Finlandia, Jari Lukonen memaparkan kunjungannya ke Sintang ini akan disampaikan sebagai gambaran kondisi hutan di kalimantan kepada masyarakat Finlandia. “Sawit yang berasal dari Indonesia juga sampai ke Eropa, sehingga kami harus mengenal sawit tersebut,” ungkapnya.
Laporan: Achmad Munandar
Editor: Mohamad iQbaL