eQuator.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memetakan daerah-daerah yang diprediksi mengalami peningkatan cuaca ekstrem mulai hari ini (13/11) hingga seminggu ke depan. Pemetaan ini diharapkan bisa jadi acuan agar masyarakat kembali meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Sub-Bidang Informasi BMKG Harry Tirto Djatmiko menyampaikan, ada tiga pembagian pemetaan. Yakni daerah dengan potensi hujan lebat, thunderstorm dan angin kencang. Untuk potensi hujan lebat, BMKG memprediksi akan mengguyur sebagian besar wilayah Sumatera seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung. Begitu pula untuk mayoritas daerah di Pulau Jawa, Kalimantan dan Papua. Wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jogyakarta, dan Jawa Timur diprediksi akan mendapat guyuran hujan cukup lebat.
”Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua Barat dan Papua juga demikian,” tutur Harry di Jakarta, kemarin (12/11).
Hujan lebat disebagian wilayah tersebut juga disertai dengan thunderstorm dan angin kencang. Seperti Aceh, Sumatera Selatan, Jogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
”Wilayah lain yang diprediksi mengalami thunderstorm Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua,” paparnya.
Kondisi yang diprediksi terjadi selama seminggu ke depan ini juga berpotensi meningkatkan kejadian bencana. Menurut Harry, hujan lebat di sebagian besar wilayah Sumatera bagian Tengah dan Selatan, Jawa, Kalimantan bagian Barat dan Utara, Papua Barat dan Papua harus mendapat perhatian ekstra. ancaman terjadinya genangan, banjir dan longsor cukup besar.
Merespon peringatan ini, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memastikan, pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi dan persiapan mulai September 2016 hingga April 2017. Koordinasi bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus diperkuat. Terutama untuk penanganan bencana hidrologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung.
”Posko diaktifkan 24 jam 7 hari untuk memantau bencana. Tim reaksi cepat BNPB dan BPBD selalu bergerak di lokasi bencana. Peringatan dini juga lebih ditingkatkan,” ungkapnya. Upaya ini, lanjut dia, sudah dilengkapi pula dengan perkuatan logistik dan peralatan pada pihak BPBD.
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Sebab ancaman banjir, longsor dan puting beliung akan makin meningkat. ”Hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama akan makin meningkat,” ujarnya.
Selain itu, kepala daerah diminta mengevaluasi drainase di wilayahnya masing-masing. Terutama di daerah-daerah langganan banjir. Sehingga, upaya-upaya preventif bisa dimaksimalkan.
Sebagai informasi, sejak Januari akhir Oktober 2016, BNPB mencatat adanya 1692 bencana hidrologi. Jumlah tersebut didominasi oleh banjir 639, disusul puting beliung 536, dan tanah longsor 464 kejadian. (mia)