Cornelis Berharap Kesejahteraan Nelayan Meningkat

Ekspor Perdana Hasil Perikanan Kalbar ke Tiongkok

TINJAU HASIL PERIKANAN. Gubernur Kalbar Cornelis menggunakan kapal pergi meninjau hasil perikanan dari para nelayan Kalbar di PT Xinhaiyuan Indonesia Fisheri yang akan di ekspor, Senin (11/12) di Desa Sungai Rengas, Kubu Raya. Humas Pemprov for RK

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Gubernur Kalbar Cornelis meresmikan tiga fasilitas tambahan dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Senin (11/12). Keberadaan dermaga ini guna memaksimalkan proses ekspor ikan ke Tiongkok.

Tiga fasilitas itu merupakan perpanjangan dermaga, pos pengawasan perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalbar, serta garasi kapal pengawas perikanan. “Pembangunan dermaga ini menggunakan dana dari APBN 2017. Pembangunan inipun untuk memaksimal ekspor ikan Kalbar,” kata Cornelis.

Peresmian tiga fasilitas tambahan di TPI Sungai Rengas tersebut sebagai bukti dari komitmen Pemprov Kalbar untuk memaksimalkan potensi perikanan yang ada. Saat ini potensi produksi ikan Kalbar sebesar 1.546.000 ton per tahun, dengan luas laut 26.000 km kilometer per segi. Dari jumlah potensi itu produksi Kalbar baru mencapai 175 ribu ton per tahun. “Harapannya ada tambahan fasilitas, lalu ada ekspor perdana maka produksi ikan Kalbar semakin meningkat,” ujarnya.

Saat ini Kalbar memiliki 3.600 kapal. Terdiri dari 84 Kapal Oceanic dan sisanya kapal pesisir (daya jelajah pendek). Hasil tangkapan kapal pesisir seperti teri, kembung dan ikan-ikan kecil lainnya. Sedangkan tangkapan kapal Oceanic seperti tuna, tengiri, tongkol serta ikan besar lainnya. Semua ikan ini memiliki potensi ekspor.

Pada hari itu juga, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kalbar melakukan ekspor perdana hasil perikanan yang dilakukan PT Xinhaiyuan Indonesia Fisheri serta peresmian pembangunan pelabuhan perikanan Pantai Sungai Rengas di Pelabuhan Perikanan Pantai sungai Rengas, Jalan Pramuka Nipah Kuning, Kecamatan Sungai Rengas, Kubu Raya. Pelepasan ekspor perdana hasil perikanan ini dilakukan langsung Gubernur Kalbar Cornelis. Hasil perikanan nelayan Kalbar ini menjadi yang pertama kalinya yang di ekspor ke Tiongkok. Menurut Cornelis, potensi di perairan atau kelautan Kalbar hingga saat ini belum dapat dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pemerintah bersama masyarakat dan pihak-pihak swasta berupaya untuk memanfaatkan laut beserta isinya untuk mensejahterakan rakyat. “Masih banyak rahasia-rahasia di laut belum terungkap,  peristiwa-peristiwa di lautan belum terjawab,” ujarnya.

Cornelis berharap para nelayan Kalbar dapat meningkatkan cara berpikir dan bertindak. Sehingga dapat mengelola ikan hasil tangkapan dan terjamin bisa diekspor dengan kualitas yang baik. Jika mengekspor ikan yang tidak berkualitas bahkan busuk tentunya akan merugikan nelayan itu sendiri, pengepul serta merusak nama baik negara. “Tidak asal ekspor, tidak asal jual, Jangan sampai sampai di sana ikan sudah busuk atau tidak pantas untuk di ekspor,” pesannya.

Melalui kegiatan ekspor ikan ini diharapkan pula nelayan-nelayan dapat menikmati keuntungan dari hasil kerja atau hasil tangkapannya. Menjual hasil tangkapan dengan harga yang pantas dan layak, sehingga antara tantangan di lautan dengan pendapat juga seimbang. “Yang dikehendaki pemerintah agar kesejahteraan nelayan bisa meningkat,” demikian Cornelis.

Sementara Kepala DKP Kalbar Gatot Rudiyono menjelaskan, dari hasil kunjungan Gubernur Kalbar ke beberapa negara termasuk ke Tiongkok, Cornelis memperkenalkan dan mempromosikan sumber daya perikanan Kalbar. Ternyata ada yang tertarik dan mereka hadir di Kalbar, kemudian berinvestasi.

“Perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan lokal yakni PT Bandar Borneo Bahari untuk melakukan processing hasil perikanan yang diperoleh dari nelayan bukan menangkap sendiri,” ujarnya.

Gatot menuturkan, selama ini hasil perikanan Kalbar hanya di pasarkan antar pulau, yakni ke Jakarta atau ke Surabaya. Kemudian dari perusahaan yang ada di Jakarta atau di Surabaya, baru di ekspor ke luar negeri. Sehingga yang menikmati hasil ekspor itu bukan Kalbar.

“Ekspor perdana dilakukan sebanyak 40 ton. Ini merupakan terobosan baru, karena selama ini di ekspor melalui  Jakarta. Sehingga yang menerima harga ekspornya Jakarta, bukan Kalbar, karena untuk ekspor harus memenuhi persyaratan,” terangnya.

Lantaran Kalbar sudah mengekspor hasil perikanan, maka bisa memperoleh hasil yang cukup tinggi. Jika ekspor mengalami peningkatan, maka semakin banyak ikan para nelayan yang dibeli. Ini nantinya tentu akan berimbas semakin tingginya penghasilan atau pendapatan nelayan.

“Misalnya jika harga di sana Rp100 ribu per Kg, jika kita melalui Jakarta kita hanya bisa menjual dengan harga Rp50 ribu atau Rp75 ribu. Tapi sekarang kita bisa menggunakan harga Rp100 ribu, karena kita sudah bisa mengekspor,” tuturnya.

Ekspor perdana ini kata dia, memang sengaja dilakukan PT Xinhaiyuan Indonesia Fisheri, karena harga menjelang Natal cukup tinggi. Jika ekspor ditunda, maka harga akan menurun.

“Ekspor ini bisa untuk memberdayakan nelayan, karena ikan dibeli dari nelayan. Tinggal kita bina untuk kualitas dan mutunya. Ini akan menimbulkan spirit bagi nelayan agar menangkap ikan semakin banyak,” pungkas Gatot.

 

Laporan: Rizka Nanda

Editor: Arman Hairiadi